Realized

747 112 14
                                    

Pandangannya kosong dengan arah yang lurus ke depan. Tubuhnya yang menjadi kurus dan kulit pucat bersandar pada kepala ranjang. Makanan pada meja nakas di sebelahnya belum tersentuh sama sekali, hanya air putih dalam gelas yang tinggal setengah.

Setengah tahun bahkan lebih suaminya tidak kunjung kembali, semua karena emosinya saat itu. Moon Taeil membenci dirinya sendiri. Taeil mengetahui jika teman-temannya selalu menjenguk namun pintu yang selalu terkunci tidak membiarkan seseorang masuk kecuali untuk mengantar makan walaupun tidak disentuh olehnya.

Taeil tidak membenci Doyoung tapi Ia hanya kurang menyukai keberadaan anak yang Doyoung temukan. Sejujurnya Taeil cemburu karena Doyoung lebih memilih dan menghabiskan waktu dengan Yangyang.

Lambat laun perasaan bersalah kepada keduanya menggerogoti isi hatinya. Terutama pada saat Wendy memberikan penjelasan pada Taeil. Wanita itu baru angkat bicara setelah dua bulan pasca waktu kejadian kecelakaan. Trauma sudah pasti menjadi satu alasan kenapa Wendy baru bisa menceritakan semuanya.

Wendy begitu marah besar hingga wanita itu tidak segan-segan untuk menampar wajah Taeil, tidak lupa kata-kata cacian yang kekuar dari mulut wanita cantik itu. Taeil pantas mendapatkannya atau bahkan kurang. Wendy bercerita mengenai bagaimana Doyoung mengurus Yangyang dari anak itu bangun hingga kembali tidur, wanita itu yakin kalau Taeil tidak tahu soal itu karena sudah terbawa emosi dan rasa benci.

Perasaan bersalah terus menerus Taeil rasakan ditiap kalimat yang Wendy ucapkan. Doyoung tidak salah, sudah jelas Ia yang salah sehingga membuat Doyoung tidak kembali lagi kepadanya. Wendy juga mengecam Taeil jika sesuatu yang buruk terjadi pada Doyoung dan Yangyang, wanuta itu tidak segan-segan untuk memenjarakan Taeil.

Taeil memijat pelipisnya jika teringat tuturan Wendy. Kepalanya pening, orang yang Ia perintahkan belum juga dapat menemukan dimana keberadaan Doyoung, berarti sudah empat bulan setelah Taeil tersadar akan salahnya.

Bodoh jika Taeil berfikir kalau Doyoung akan kembali padanya, apalagi jika Ia kehabisan uang untuk menghidupi dirinya dan Yangyang. Taeil semulanya berpikir seperti itu sebelum tamparan keras dan cacian wanita yang dulu mengandung anaknya.

"Apa kau masih waras hyung?" Suara Haechan membuatnya tersadar.

"Aku sudah dengar semuanya dari Wendy noona. Tidak kusangka kalau kau bisa bertindak sebodoh dan gegabah seperti itu" Haechan merebahkan tubuhnya tepat di sebelah Taeil yang duduk bersandar.

"Anak itu, sama sepertiku bukan?" Taeil diam mendengar tuturan Haechan.

"Kenapa kau bisa setega itu Moon Taeil?" Haechan bangkin menatap netra Taeil.

"Kenapa kau bersikap seperti itu?!" Mata Haechan berkaca-kaca, tangannya mencengkram kerah kaos yang Taeil kenakan.

"Haechan aku-"

"Apa huh?! Kau bisa memperlakukan ku dengan baik kenapa tidak dengan anak itu Moon Taeil?!"

"Dia bukan anak kandungku" Jawaban Taeil membuat Haechan semakin murka, satu tamparan Haechan layangkan ke pipi kanan kakaknya itu.

"Aku juga bukan adik kandungmu Moon Taeil! Kau menyayangiku, memberikan apapun yang aku mau, bahkan kau mengganti margaku. Apa kau punya maksud dan tujuan lain saat kau mengangkatku sebagai adik?"

Taeil bungkam, Haechan benar kenapa Ia harus bertindak seperti itu pada anak yang ditemukan Doyoung padahal selama ini Ia memperlakukan Haechan sangat baik.

"Aku sangat kecewa padamu hyung." Ucap final Haechan sebelum kembali meninggalkan Taeil sendirian dikamarnya.

Taeil meringkuk, menangis menyesali perbuatannya. Dua orang sudah memberinya tamparan bahkan sampai membuat orang tersebut berteriak dan mengatakan kekecewaan padanya. Perbuatannya pada Yangyang dan Doyoung sudah kelawatan.

Hello Baby!! [Moon Taeil x Kim Doyoung]Where stories live. Discover now