failed

206K 9.5K 498
                                    

"Dimana?" sambar Andrea saat panggilan sudah terhubung.

"Bi? Kita jadi nonton nggak sih?!" lanjutnya terdengar kesal.

"Bi!"

Sudah lebih dari 5 kali dia menelepon pacarnya itu dan baru diangkat sekarang. Menunggu jemputan sang pacar 2 jam di halte depan kampus membuat Andrea seperti orang hilang. Tak sedikit teman Andrea yang menawarkan untuk pulang bersama tapi ia menolak.

Sebenarnya bisa saja dia menerima tawaran itu atau naik ojol. Namun Andrea sudah ada janji dengan Bian untuk pergi nonton. Dia sudah menunggu dari jam 3 sore sampai sekarang sudah hampir jam 5 sore. Andrea ada kelas siang tadi sedangkan Bian kelas pagi. Jadi Bian pulang dulu.

"Gue lupa." jawab Bian tanpa rasa bersalah dengan suara serak. Sepertinya dia baru bangun tidur.

"Gila ya, gue udah nunggu 2 jam dan lo dengan entengnya bilang lupa?" Andrea mencak-mencak kesal sekali, bisa-bisanya Bian lupa dengan janji itu.

"Gue ketiduran. Tunggu disitu bentar gue otw." balas Bian malas. Sebenarnya Bian masih sangat mengantuk tetapi dia tidak tega membiarkan pacarnya menunggu lebih lama lagi.

Bip!

Andrea langsung mengakhiri panggilan tersebut. Siapa sih yang tidak kesal? Menunggu 2 jam dan ternyata malah ditinggal tidur.

15 menit kemudian, sebuah mobil hitam berhenti didepan halte. Andrea tau itu Bian. Ia beranjak dari duduknya lalu masuk ke dalam mobil tersebut. Tanpa basa basi, Bian langsung melajukan mobilnya.

Suasana hening sepanjang perjalanan. Bian sedikit bosan karena tidak ada percakapan. Ia tahu kalau Andrea sedang dalam mode marah. Lalu Bian mulai membuka percakapan.

"Ini jadi nonton nggak?"

"Pulang aja." balas Andrea singkat.

"Lo marah?"

"Menurut lo gimana?" sewot Andrea balik tanya, tanpa menatap Bian. Fokus pada ponsel digenggamannya.

"Nggak tau. Makanya gue tanya."

"Seharusnya kalo lo punya otak, bisa dong buat mikir." sinis Andrea masih fokus dengan ponselnya.

"Lo sekarang sopan banget ya sama gue." sindir Bian merasa tidak suka dengan kata-kata yang dilontarkan dan posisi saat Andrea berbicara, fokus dengan ponsel. Tidak menatap Bian.

Andrea menoleh pada Bian menantang, "Kenapa? Nggak suka?"

"Iya! Gue nggak suka!" jawabnya keras.

Lalu dengan kasar, Bian merebut ponsel Andrea dan langsung melemparnya ke jok belakang dengan sembarang.

Untung mobil sedang berhenti di lampu merah dan terlihat kondisi jalanan yang sudah mulai macet karena sore hari jam jam pulang kerja.

"Lo apa apaan sih?!" Andrea kesal setengah mati diperlakukan seperti itu. Rasanya seperti ingin menangis saja.

"Lo yang apa apaan! Sopan banget? Lagi diajak ngobrol main hp?!" bentak Bian dengan emosi.

Andrea sedikit terkejut dan takut mendengar bentakan Bian. Namun, ia tetap mempertahankan ekspresinya agar tidak terlihat lemah di depan Bian.

BIREA✓ [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang