been hit

38.3K 3.1K 456
                                    

Semakin malam, kafe ini semakin ramai pengunjung. Setelah sedikit drama tadi, Andrea dan Bian tetap melanjutkan niat awal mereka kesini, yaitu dinner.

"Lo kenal cewek tadi?" tanya Andrea pada Bian setelah menyelesaikan makannya. Tenang saja, walaupun terkadang ia harus membantu di kafe ini agar mendapat uang tambahan dari sang mama, kalau masalah makan atau pesan apapun disini tidak membayar.

Gratis, juga untuk orang yang sedang ikut memesan dengannya. Itu yang membuat sahabat-sahabatnya senang jika membeli makan di kafe ini dengan Andrea. Namun terkadang, merasa tidak enak. Seperti Bian, ia sering tidak mau diajak kesini karena hal tersebut.

Bian mengernyitkan dahinya. "Cewek mana?"

"Tadi yang nggak sengaja ketumpahan kopi."

Maksud Andrea, Flora? Bian harus menjawab apa sekarang?

"Nggak." bantah Bian. Berusaha terlihat biasa saja, seperti tidak sedang menutupi sesuatu.

"Serius? Kok dia kaya kenal gitu sama lo?"

Bian mengedikan bahunya. "Nggak tau. Mungkin aja dia yang kenal gue. Tapi gue nggak kenal."

Andrea ber-oh ria. Masuk akal juga. Mungkin saja, cewek tadi salah satu penggemar Bian juga. Dia tidak terkejut akan hal itu. Sudah biasa, jika ada yang menyukai atau mengagumi Bian. Bahkan dulu waktu awal-awal dirinya memiliki hubungan dengan Bian, Andrea pernah dilabrak oleh salah satu dari banyaknya penggemar Bian di kampus. Cewek itu satu fakultas dengan Bian. Dia tidak terima, Andrea memiliki hubungan dengan Bian. Kalau tidak salah, namanya adalah Teranica.

Andrea ingat betul kejadian tersebut. Saat itu, ia sedang berada di kamar mandi sebuah Mall. Awalnya, Andrea berniat untuk me-time. Jadi dia sendirian. Tiba-tiba Tera menghampirinya. Entah Tera menguntitnya atau bagaimana, Andrea juga tidak tahu. Katanya, Tera adalah gebetan Bian dan ia tidak terima Andrea yang malah jadian dengan Bian. Tera memaki-maki dirinya. Puncaknya, pipi Andrea ditampar. Dia yang terima pun membalas dengan menjambak rambut Tera.

Kebetulan kamar mandi di lantai itu sangat sepi. Menjadikan pertikaian berlangsung cukup panjang. Andrea yang menang dalam pertikaian itu. Ia mengeluarkan kata-kata pedasnya, membuat mental Tera lemah dan juga terintimidasi. Atas kejadian pelabrakan itulah, Tera menjadi segan pada Andrea sampai sekarang. Niatnya ingin melabrak dan mengintimidasi lawan. Eh, akhirnya malah senjata makan tuan.

Kejadian yang tidak sepele itu, sampai sekarang tidak ada yang mengetahui. Iya. Andrea memang tidak menceritakannya pada siapapun. Entah Bian. Bahkan sahabat-sahabatnya sekalipun. Menurutnya, masalah ini adalah masalah tidak penting yang berasal dari orang tidak penting pula. Bagaimana tidak penting? Tera datang-datang melabrak dirinya sampai memaki dan menampar hanya karena tidak terima melihat hubungan Andrea dan Bian. Bahkan, awalnya Andrea tidak mengenal cewek bernama Tera-Tera ini.

Beberapa Minggu setelahnya. Tera meminta maaf kepada Andrea. Mereka pun menjadi akrab setelah itu. Tetap saja, Tera masih segan pada Andrea.

Ting!

Suara notifikasi pesan dari ponsel Bian berbunyi.

WhatsApp

Flora
[20.08]
Kak
Anterin pulang
Aku masih diparkiran

(Read)

Flora
[20.10]
Tadi aku kesini bareng Nara
Tapi Nara ada acara
Kebetulan kamu di sini
Kamu masih di kafe kan?
Kak

(Read)

Flora
[20.12]
Jgn cuma diread
Kak
Aku takut naik taksi
Kamu masih di sini kan?
Kak
Anterin :((
Kak Biannnn

BIREA✓ [ SUDAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang