Bab 28: Terungkap

4.3K 439 115
                                    

Dua insan. Menimbun diri dalam balutan sehelai selimut. Berbagi kehangatan.

Seungcheol merengkuh tubuh Jeonghan yang berbaring membelakanginya. Sesi bercinta mereka baru saja usai, dan kini keduanya berbaring lemas melepas peluh yang masih bercucuran. Sambil mengatur tempo nafas masing-masing, mereka menikmati kehangatan tubuh satu sama lain dalam dekapan. Tak pernah Jeonghan sangka dirinya akan begitu nyaman berteduh dalam kehangatan itu. Lambat laun kedua matanya berkedip lemah, dan dia hampir saja terlelap kalau saja tidak mendengar pria yang memeluknya berkata,

"Sebenarnya aku tahu identitas penguntitmu."

Pernyataan itu sukses membuka kembali kedua mata Jeonghan yang tadinya menutup sempurna. Dia spontan memutar kepalanya ke belakang. "Siapa?"

Lama Seungcheol terdiam, sampai kedua bibirnya menyebut sebuah nama. "Jung Dongguk."

Jeonghan melotot, setengah syok mendengar nama itu. "Dia...?"

"Sebentar, aku punya buktinya." Seungcheol bangkit dari ranjang, memakai celana, lalu beranjak menuju kamarnya. Semenit kemudian, dia kembali membawa sebuah amplop cokelat. Isi amplop itu beragam, mulai dari recorder berisi testimoni para pelaku pemukulan yang disuap Jung Dongguk, hingga screenshot CCTV yang menunjukkan bahwa pria itu mengikuti Jeonghan di tengah kota sepuluh tahun yang lalu. Jeonghan sampai bergidik ngeri mencermati bukti-bukti itu.

"Dia adalah adik kelas kita di SMA Kyunghee. Dia yang menyewa orang untuk memukuli temanmu dan menguntitmu selepas kegiatan klub," Seungcheol menjelaskan.

Cukup lama Jeonghan termenung, kemudian ditatapnya Seungcheol dengan penuh tanda tanya. "Bagaimana kau bisa mendapatkan informasi ini?"

"Aku menyuruh Jihoon menyelidikinya. Lagipula dulu aku sendiri yang menyaksikannya menguntitmu. Malam ketika kau diikuti, kebetulan aku juga baru pulang dari kegiatan klub. Lalu aku memergokinya mengikutimu. Tapi begitu kutegur, si brengsek itu malah lari terbirit-birit. Sayang aku tidak sempat mengejarnya karena melihat kau terjatuh."

Jeonghan tertegun mendengar cerita itu. Ternyata dia memang salah paham.

"Aku juga melihatnya melempar batu dari jendela kelas. Meski aku terlambat mencegahnya, beruntung batu itu tidak menimpa Jun. Intinya aku memergoki perbuatannya beberapa kali," lanjut Seungcheol.

"Tapi mengapa waktu itu kau tidak bilang padaku? Jika sepuluh tahun lalu aku tahu dia penguntitnya, aku sudah menjebloskannya ke penjara!"

"Hari itu...aku ingin memberitahumu. Tapi tanpa terduga kau malah menamparku sampai aku syok dan lupa mengatakannya."

Tak sulit bagi Jeonghan mengerti maksud dari 'hari itu', hari di mana Seungcheol memanggilnya ke atap sekolah dan menyatakan perasaannya. Hari di mana dia malah menamparnya karena salah paham. Memikirkan kenyataan bahwa dia telah bersikap buruk, Jeonghan merasa bersalah.

"Jeonghan," Seungcheol mendadak membuyarkan gelut pikirannya. "Berhati-hatilah dengan Jung Dongguk. Dia gila. Dia akan melakukan segala cara untuk mendapatkanmu dan menghancurkan segalanya."

Peringatan itu ditandaskan dengan amat serius sampai Jeonghan merenungkannya. Namun dia lalu mendengus dan menjatuhkan kembali kepalanya ke atas bantal. "Kau kira aku akan membiarkannya? Aku membencinya, asal tahu saja."

Seungcheol mengulas senyum senang bercampur lega. Dia memiringkan tubuhnya untuk menatap sisi wajah Jeonghan. "Aku juga akan melindungimu. Jika dia berani berbuat macam-macam, dia harus menghadapku dulu."

Perasaan aman menyelimuti hati Jeonghan ketika mendengarnya. Namun dia terlalu malu untuk membalas ucapan itu.

"Tapi mengapa sejak kemarin kau merahasiakannya dan tidak langsung memberitahuku identitas Dongguk sebenarnya?"

My Long Time AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang