» pomh.18 - flashback

310 53 2
                                    

lemesin readers!
⚠ bahasa absurd, umpatan, typo, bijak dalam menyikapi ya!

---

lembar kedelapan belas, flashback.

—masih flashback,

Bugh!
Bugh!

Jervine mencengkeram kerah baju Dana " Siapa yang nyuruh?" Cowok itu meringis pelan, bibirnya lebam dan sobek. Tapi tetap tampan, stay cool man! Dana still handsome.y

" Helvin," Jawab Dana tegas dalam satu tarikan nafas. Mendengar nama Helvin disebut membuat Jervine menghempaskan Dana begitu saja.

Dadanya bergemuruh, bagaimana bisa?

" Dibayar berapa lo sama dia?" Tanyanya tajam.

Dana meringis karena sudut bibirnya yang terluka, " Seyan." Mata Jervine langsung membelalak.

Satu pukulan hendak melayang menghantam wajah Dana lagi, sebelum cowok itu dengan sigap menahannya.

" Dengerin dulu," Pintanya. Jervine menghempaskan tangan Dana " Apa!?"

" Gue pacaran sama Seyan gara - gara Helvin, dia saudara tirinya." Jervine mengangkat sebelah alisnya " Bukannya lo dicomblangin Jemi?"

Dana menggeleng, " Sebelum Jemi kenalin pun gue udah pacaran sama dia." Dana mengatur nafasnya " Gue tau siapa Al, dan gue juga tau apa arti Seyan buat lo." Jervine diam.

" Al itu, Sharen kan?" Tidak dijawab.

" Gue tau Jer, lo bertiga kenapa. Makanya gue lepasin Seyan, gue tau lo kenapa." Jervine melengos, tak ingin terhanyut dalam tatapan Dana.

" Obsesi?" Jervine menggeleng " Lo ngga akan pernah tau," Tukasnya tajam, ia kesal bila ada yang masuk dalam dunianya.

Dana terkekeh " Jervine, Jervine. Gue tau Jer, gue tau." Kemudian ia menghela nafasnya " Lo ada something sama Sharen kan?" Jervine menolehkan kepalanya.

" Gue ga bisa sebut ini hubungan, ya mungkin gitu. Karena gue tau lo gimana, Sharen juga gimana." Perkataannya terhenti. Dana memandang Jervine serius " Kalau lo ngga serius sama Sharen, mending lep—"

" Ga. Lo gatau apa - apa Dan, jadi diem aja." Kemudian Jervine berbalik, hendak pergi meninggalkan Dana yang menatapnya bingung.

" Oh ya, wait!" Langkah Jervine terhenti.

" Fyi aja, yang bikin ulah di sekolah itu Seyan. Dia nyuruh Mauren buat nempel - nempel sampah kaya gitu di papan pengumuman."

Seperti tak menghiraukan ucapan Dana, ia pun melenggang pergi begitu saja.

Dana menghela nafasnya, kemudian meraih saku celananya untuk mengambil ponsel " Ngomong kok sama setan." Gumam cowok itu seraya mendial nomor seseorang.

" Apa?!" Cowok itu menjauhkan ponselnya dari telinga " Santai Dar."

" Buruan! Gue kalau ngomong sama lo bawaannya emosi mulu."

" Jemput gue."

" Dimana?!" Dana merotasikan bola matanya.

" Di neraka. Bukannya lo tau gue tadi pamit kemana?" Dara yang ada di seberang panggilan pun terkekeh.

" Iya tau, ke pangkuan tuhan kan?"

---

—keesokan harinya,

" Oh Mas Jervine, masuk saja mas. Mba Seyannya ada di dalam." Tanpa babibu Jervine langsung mengendarai motornya masuk ke dalam area rumah besar tersebut.

Memarkir asal, toh juga tidak ada tuan rumah yang akan memprotesnya.

" Seyan!"

Orang yang diteriakkan namanya pun lansung berlari turun menghampiri Jervine. Bahagia karena melihat pujaan hatinya datang.

" Ini rumah, bukan hutan." Celetukan tersebut membuat Jervine menoleh ke asalnya, Helvin yang tengah memangku bungkus besar makanan ringan sembari menonton televisi.

" Jervine, tumben kamu mau dateng?"

" Gue mau tanya sama lo." Dapat Jervine lihat cewek di depannya ini mengangkat sebelah alisnya " Kok ngomongnya kasar?"

" Gada waktu buat lembutin cewek kayak lo." Helvin dari tempatnya menertawai Seyan, kemudian kembali berkata " Cocok banget kok lo buat dikasarin, gausah sok tersakiti gitu lah."

Karena kesal, entah kenapa Jervine memilih untuk menghampiri Helvin. Toh ia juga mengincar Helvin, nah sambil menyelam minum air.

Bugh!

" Lo ngikutin cewek gue kan?!" Geramnya, sementara tangan Jervine sudah bertengger di kerah baju Helvin " Wait wait, cewek lo yang mana? Tuh yang dibelakang bukanya cewek lo ya?" Helvin terkekeh mengejek.

Jervine semakin mengencangkan cengkeramannya " Jauhin Sharen!" Karena emosi, Jervine hendak melayangkan bogem mentah lagi kepada Helvin sebelum kepalan Helvin lebih dulu menghantam wajah tampan-nya.

" Harusnya gue yang bilang gitu,"

Bugh!

" Lo yang jauhin Sharen! Dia tuh ga pantes buat lo!"

Helvin ikut tersulut emosi, " Lo tuh pantesnya sama bibit pelakor tuh!" Kemudian dagunya menunjuk Seyan yang berdiri di belakang.

" Kayak dia! Yang nggak ngehargai suatu hubungan."

" Sama - sama sampah!"

Dadanya naik turun karena amarah. Kemudian suara pintu dibuka pun terdengar, Jervine tetap pada posisinya, tak menoleh sedikitpun.

" Lo liat ke belakang, cewek yang berdiri di tengah itu."

Jervine menoleh. Sharen ada disana, diapit oleh Rere dan Somi yang wajahnya sudah memerah.

" Itu cewek gue."

Netra Jervine membelalak, ingin ia memukul Helvin lagi sebelum teriakan itu menghentikannya.

" Jervine, stop!"

Sharen berjalan menghampiri keduanya, " Lo gaboleh nyakitin cowok gue."

Kata - kata itu sukses membuat orang yang ada disana membelalakkan mata mereka. Terutama mba jablay dan nyai lampir yang hadir sebagai saksi bisu.

" Al?"

" Ayo," Kemudian Sharen menarik pergelangan tangan Helvin untuk menjauh. Jervine speechless.

---
otw jadi titanic

to be continued.

𝗣𝗥𝗢𝗢𝗙 𝗢𝗙 𝗠𝗬 𝗛𝗘𝗔𝗥𝗧𝗕𝗘𝗔𝗧Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang