Bab 11

7.9K 1.2K 21
                                    

Happy reading, semoga suka.

Luv,
Carmen

_________________________________________

Rashid tidak tahu kenapa ia melunak. Tujuannya datang ke sini adalah berbicara pada wanita itu sekaligus memberitahu rencana Rashid untuknya. Ia akan melaporkan kejadian ini pada pihak berwenang, menyerahkan urusan ini pada mereka dan membiarkan mereka membereskan hal ini. Rashid tidak punya tanggungjawab apapun atas wanita itu, dia hanya orang asing yang ditemukan tanpa sengaja, sebagai warga yang baik, sudah menjadi tugasnya melaporkan hal-hal seperti ini dan bukannya memutuskan untuk menanganinya.

Tapi tekadnya luntur saat ia menatap bola mata wanita itu. Keira, begitu aku wanita itu, tampak begitu ketakutan dan bingung, matanya memancarkan kecemasan seperti anak kecil polos yang takut ditinggalkan dan Rashid tak tega. Mungkin ia kasihan pada wanita itu, mungkin ia prihatin, yang pasti bukan karena wanita itu terlalu cantik, karena siapapun wanita yang memohon seperti tadi, Rashid yakin ia pasti tak akan tega. Jadi, ia berjanji pada Keira untuk membiarkannya tetap tinggal, bahkan berjanji melindunginya, sampai setidaknya ingatan wanita itu mulai kembali - yang entah kapan baru akan terjadi. Tapi Rashid sudah memberikan janjinya, ia tak bisa mundur lagi, ia hanya berharap Keira tak memberinya masalah ataupun membuatnya repot.

Saat ia masuk ke tenda utama, asistennya langsung bergegas menyambut Rashid. Ia mengeluh dalam hati, tahu pasti apa yang akan diucapkan pria itu.

"Bagaimana, Sheikh? Kau ingin aku menghubungi Omar sekarang?"

Rashid melirik Akhbar muram. "Kau ingin merepotkan kepala kepolisian dengan hal kecil seperti ini?" tandasnya.

"Kalau begitu, aku akan..."

"Sudahlah, lupakan saja," potong Rashid.

"Sheikh?"

"Jangan melakukan apa-apa dulu. Biarkan saja wanita itu tinggal di sini sementara ini."

"Tapi Sheikh, ini tidak benar. Lagipula dia bisa saja..."

"Cukup," ujar Rashid. Ia tak menaikkan suara tapi nadanya final. "Kalau aku bilang dia tinggal, maka dia akan tinggal. Dokter Hasyid akan merawatnya sampai dia benar-benar sembuh. Beri dia waktu beberapa lama sampai ingatannya kembali. Setelah itu, baru kita putuskan."

"Tapi Sheikh, ini beresiko. Dia wanita asing, tanpa identitas, muncul dalam keadaan mencurigakan. Bagaimana kalau dia bukan wanita baik-baik? Kalau dia memiliki catatan kriminal atau dia..."

Rashid mengerti kecemasan Akhbar. Ia tahu pria itu hanya bertindak untuk kebaikannya. Tapi tetap saja, ia tidak suka dibantah. Keputusannya sudah bulat.

"Kau tidak mendengarku, Akhbar? She stays."

Kali ini Akbhar diam tak membantah.

"Dan jika suatu saat, dia terbukti memberikan masalah, kau boleh menyeretnya sendiri ke kantor polisi. Tapi untuk saat ini, lakukan seperti yang kuperintahkan."

"Baik, Sheikh."

Rashid mendengus kasar saat melihat Akhbar menunduk pelan.

"Minta bagian dapur umum menyiapkan makanan untuk wanita itu."

"Baik, Sheikh."

Sebelum Akhbar keluar, Rashid menambahkan, "Pita bread and hummus." Hampir saja ia melupakan permintaan wanita itu.

"Baik, Sheikh. Ada permintaan makanan tertentu lagi untuk wanita itu, Sheikh?"

Rashid tidak tahu Akhbar bersungguh-sungguh atau hanya sedang kesal. "Tidak ada lagi," ujarnya ketus.

"Baik, Sheikh."

"Dan hubungi Dokter Hasyid, katakan kalau wanita itu sudah sadar."

"Baik, Sheikh. Aku akan melakukan persis yang Anda inginkan."

"Dan Akhbar?"

Pria yang sudah berbalik itu kembali menghadap Rashid.

"Ya, Sheikh? Ada yang lain?"

Ia menyipit kesal pada pria itu. "Sekali lagi kau berkata 'Baik, Sheikh' padaku, aku akan menendangmu dari gurun ini," ancamnya.

"Aku... Jadi, apa yang harus kukatakan, Sheikh? Anda tidak ingin aku mendebatmu," protes Akhbar.

"Sudahlah, keluar saja," usir Rashid.

Ia tahu Akhbar benar. Akhbar juga tahu Rashid bertindak tak seperti dirinya. Tapi ia sudah memberi janji pada Keira dan melihat bagaimana wajah wanita itu menjadi lebih tenang dan ekspresinya terlihat senang membuat Rashid... entahlah, yang pasti ia tak ingin kembali ke tenda wanita itu dan menjadi orang yang mematikan semua sinar harap di mata tersebut. Lagipula ia percaya, Keira wanita baik-naik, wanita biasa, dia terlihat lemah dan ketakutan dan kejam sekali bila Rashid membuat wanita itu semakin takut dan panik.

How to Please a SheikhWhere stories live. Discover now