Bab 21

7.1K 1.1K 43
                                    

Happy reading, moga sukaa

Ebook bisa didapatkan di Playstore ya, atau di Karyakarsa.

Luv,
Carmen
_________________________________________

Jantung Keira berdegup. Karena ucapan singkat itu. Karena cengiran indah Rashid. Karena gerakan anggun pria itu ketika menyingkirkan air dari wajah dan rambutnya. Tapi terlebih karena... kedekatan mereka. Saat lengan-lengan kuat Rashid menekan dinding kolam dan memenjarakan Keira di tengah-tengahnya.

"I miss you."

Keira belum sempat mengutarakan apapun karena pria itu langsung membungkam mulutnya. Dengan bibir pria itu. Keira otomatis menutup mata saat bibir Rashid menjelajah namun seribu pikiran merasuk benaknya. Kelakuan Rashid membuat Keira bingung.

Lama setelahnya, ketika pria itu mengangkat wajah dan Keira masih dilingkupi keajaiban ciuman pria itu, ia memberanikan diri bertanya walau ragu-ragu.

"W... why?"

Rashid menjauh sejenak, berenang keliling. "Why why?" tanyanya saat mendekat lagi.

"Kenapa kau ada di sini, Sheikh?"

Rashid kembali mendekat. "Mengapa tidak boleh? I got home and couldn't find you anywhere in the house. I saw you then, dari ruang keluarga, kau sedang berenang. It's a hot and tiring day, so i decided to join."

Bukan itu yang dimaksud Keira.

Ia lalu menggeleng tak puas.

"Bukan, bukan itu maksudku... aku..." Keira bahkan tak tahu bagaimana mengatakannya tanpa membuat dirinya terkesan terlalu berharap, tanpa membuat malu dirinya sendiri. Tapi untunglah, ia tak perlu mengatakan apa-apa.

"Karena setelah malam itu, aku terkesan menjauhimu?" tanya Rashid terus-terang hingga Keira menahan napas. Mereka masih saling berhadapan di kolam itu, saling menatap. "Karena beberapa hari ini, aku seolah bersikap dingin dan menjaga jarak?"

Keira ingin mengucap 'ya' tapi kata itu susah keluar. Jadi ia hanya mengangguk, perlahan.

Rashid mendesah.

"Keira, maaf sudah membuatmu berpikir seperti itu. Tapi aku sengaja menahan diri karena ada pekerjaan mendesak yang harus kuselesaikan. Kalau aku berada terlalu dekat denganmu, kalau aku tidak menjaga jarak, aku takut aku tak akan bisa menyelesaikan apapun."

"Huh?"

"But it won't happen again."

Keira tidak tahu apa yang harus dipikirkannya, atau apa yang harus dikatakannya. Jadi Rashid merasa kacau bila berada di dekatnya, sekacau yang dirasakan Keira?

"Aku... aku..."

"The truth is, Keira... i can't stop thinking 'bout you. And these past few days... membuatku sadar betapa aku merindukanmu."

Dan Keira tidak tahu siapa yang lebih dulu memulai. Yang ia tahu hanyalah ia berada dalam pelukan aman Rashid, wajah tampan eksotis pria itu menatapnya penuh nafsu dan Keira kembali tersesat, terlebih ketika bibir pria itu kembali memagutnya.

Keira melepaskan desahan kecil saat mulut Rashid menjelajahinya. Gabungan bibir dan lidah pria itu menciptakan sensasi yang membuatnya tak sanggup menutup bibir. Ia membuka dan mengundang Rashid untuk masuk dan menjelajah dan tanpa sadar, Keira sudah membalas dengan intensitas yang nyaris sama. Ciuman mereka dalam tetapi manis, liar tetapi juga lembut, panas tetapi menghangatkan dada Keira dan ia memeluk pria itu, membiarkan Rashid memeluknya erat, membiarkan tangan pria itu menjelajah.

Segalanya terasa sempurna. Ciuman mereka, sentuhan pria itu, hangat tubuhnya, segalanya...

Keira hampir tak sadar saat tangan Rashid sudah melepaskan bikini atasnya. Dan pria itu telah mendorongnya hingga ke ujung kolam. Keira terkesiap saat ciuman Rashid berpindah ke sisi lehernya dan tangan besar pria itu telah hinggap di salah satu payudaranya.

"She... Rashid," ucapnya kaget saat telapak itu menekan kulit telanjangnya.

"I miss you so much, Keira," ujar pria itu di sela-sela ciumannya sementara tangannya mengusap berirama.

"Ooh..."

Keira kembali melepaskan desahan. Belaian pria itu, efek dari ciuman yang ditimbulkannya, panas membungkus Keira dan perutnya mengejang, ia sadar ia tidak keberatan, ia menginginkan lebih, tubuhnya seperti simpul yang meminta untuk diuraikan.

Tapi Keira tak meminta. Ia tidak tahu apakah ini benat ataukah salah. Apakah ini terlalu cepat bagi mereka? Tapi ia juga tak menghentikan Rashid... karena pria itu sepertinya tahu apa yang dilakukannya. And because it feels so nice, because it feels so right. Segala yang dirasakannya pada Rashid, segala rasa yang diberikan pria itu padanya, Keira tidak tahu apakah sebelum ini ia pernah merasakan hal yang sama, namun yang jelas baginya, saat ini adalah segala yang pertama.

Ciuman pertama...

Sentuhan pertama...

Pertama kalinya merasakan bagaimana puncak dadanya dikulum seorang pria.

Rashid mencecapnya dengan lapar. Kehangatan mulutnya yang basah seolah menyatu dengan air tatkala dia menggoda...

"Ra... Rashid..."

Jari-jari Keira mengetat.

Lalu pria itu berhenti secepat dia memulai. Napasnya masih terengah keras saat dia berbisik kasar di telinga Keira. "Keluarlah dari kolam, Keira, before it's too late. Aku benar-benar di batas kendali."

Lalu pria itu menjauh, berbalik dan berenang dengan cepat menjauhinya. Dan Keira yang nyaris lemas karena pengaruh yang ditebarkan Rashid harus bersusah payah berenang mencapai tepi kolam lain lalu meraih tangga besi kolam renang dan menghela dirinya naik. Ia lalu menyambar jubah, mengenakannya sembarangan dan menyambar handuknya kemudian berlari cepat ke kamar. Keira tak berhenti hingga ia tiba di kamarnya. Setelah menutup pintu, seluruh tubuhnya limbung dengan jantung berdebar kencang.

"Oh Keira... what is happening?"

Tapi dadanya terasa hangat. Dan mulut pria itu masih terasa di sana. Begitu juga hisapan bertenaganya. Dan wajah Keira terbakar malu. Kini, bagaimana ia bisa menatap pria itu?

How to Please a SheikhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang