Bab 30

5.7K 848 17
                                    

Happy reading, semoga suka.

Ebook sudah available di Playstore ya.

Atau bisa dibaca online di karyakarsa.com

Luv,
Carmen

________________________________________

Keira merasa begitu bahagia sehingga rasanya ia takut. Apakah benar seseorang diizinkan merasakan begitu banyak kebahagiaan? Untuk waktu yang sangat lama, Keira akhirnya merasa benar-benar bebas.

Ia dulu berpikir luka di hatinya tak akan pernah sembuh, ia akan selamanya merasa bersalah, bahwa ia pantas diperlakukan buruk tapi semua itu salah... kesedihannya karena kehilangan keluarganya masih tetap ada, tapi Keira sudah berhenti menyalahkan dirinya. Ia berhak bahagia. Ia ingin bahagia. Ia ingin membahagiakan Rashid.

Keira beranjak dari dapur, membawa satu cangkir kopi besertanya. Pria itu pulang cepat dan masih mengurung diri di ruang kerja, bahkan meminta Keira membawa makan malamnya ke sana. Saat masuk, ia melihat pria itu masih begitu serius menunduk di atas meja, kepala hitamnya bergerak pelan, membaca dokumen tebal, lalu laporan lainnya, sambil menggoreskan pena di lembar catatan di hadapannya. Keira senang melihat pria itu bekerja, tapi jika dipikir-pikir lagi, ia senang melihat pria itu dalam segala keadaan.

"Sebaiknya kau minum selagi panas," ujarnya mendekat lalu meletakkan satu cangkir di dekat pria itu.

Rashid mendongak lalu tersenyum. Akibatnya, jantung Keira berpacu. Adilkah? Pria itu terlalu tampan. 

"Terima kasih, Keira."

"Kau tampak sibuk. Ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk membantumu?"

Pria itu menurunkan cangkir kopi yang disesapnya dan meletakkannya kembali ke atas tatakan sambil menatap Keira mesra. "Ya, ada. Kau cukup duduk di sana sehingga aku bisa menatapmu setiap saat," ujar pria itu sambil menunjuk ke sofa.
Keira memanyunkan bibir. "Berhentilah menggodaku."

"Atau apa?" tanya Rashid.

"Atau aku akan menciummu hingga kau hilang akal." Keira tak percaya ia berkata seperti itu. Tapi ia selalu ingin melakukannya, ia tidak ingin selalu menjadi pihak pasif yang menerima.

Rashid tergelak.

"You dare?"

"Try me," jawab Keira makin berani.

Ia melihat Rashid bangkit dan berjalan keluar dari mejanya. Pria itu lalu duduk di sudut meja besarnya dan menatap Keira dengan tatapan penuh arti. "Kalau begitu kemarilah, show it to me, Keira."

Keira maju lalu masuk dalam pelukan pria itu. Ia nyaris mendesah saat lengan-lengan itu memeluknya. Ia membalas pelukan pria itu sebelum menjauhkan dirinya. Keira mendongak dan meraih wajah Rashid, menatapnya dalam sambil membisikkan apa yang sedari tadi ingin diucapkannya.

"I love you, Sheikh Rashid al-Khalid."

Keira lalu memeluk tengkuk pria itu, menariknya turun sementara ia berjinjit agar bisa menempelkan bibirnya di atas bibir Rashid. Ia menelusuri pelan garis bibir pria yang dipujanya itu. Rashid memiliki bibir terindah, terseksi dan yang paling enak dicium - walaupun Keira tidak akan tahu perbedaannya, ia tak punya pembanding. Keira lalu menggoda Rashid dengan lidahnya sementara pria itu diam menikmati.

Keira senang mendengar gerung pelan Rashid saat ia menggoda pria itu. Ia terus menggoda sambil memperdalam ciumannya. Hingga Rashid mengerang frustasi lalu menyerah dan mereka berciuman seolah tak ada lagi hari esok. Bibir mereka saling memuja, lidah-lidah mereka saling menari, dan Keira memegang janji mencium pria itu hingga Rashid hilang akal, bahkan saat menjauhkan bibir mereka, pria itu tersengal kekurangan udara.

How to Please a SheikhTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon