PROLOG

5.8K 760 118
                                    

DRRZZZTT-
Aku membuka pintu kamar yang sudah tak berpenghuni itu. Sudah sekitar lima tahun dan aku tak memiliki niat untuk mengubah sedikitpun posisi benda-benda yang berada didalam sini. Walaupun semuanya terllihat berdebu, tapi aku tak ingin kehilangan vibes tentang dirinya.

Ruangan ini menjadi saksi kesendiriannya selama bertahun-tahun. Jika ruangan ini bisa berbicara, mungkin ia akan mengejekku karena tak mengetahui banyak hal tentang saudara kembarku. Iya, disaat ia tertawa bahagia, sedih, dan kecewa. Ruangan ini tahu lebih banyak daripada aku.

Aku sangat ingat betul, betapa aku tak menyukai ruangan ini, dulu. Tapi sekarang aku selalu menghabiskan waktu disini, sendirian. Memang, walaupun aku dan dia adalah anak kembar, tapi kami memiliki selera yang berbeda dalam segala hal. Termasuk dalam hal menghias kamar.

Kubuka lemari kayu yang engselnya sudah sedikit goyang itu, didalamnya ada beberapa pakaian yang sepertinya masih muat ditubuhku.

Mataku tertuju pada baju yang sering ia kenakan.

"Lo gak akan bisa marah kalau sekarang gw pakai baju lo, kan?" Aku bergumam sendiri sambil membawa baju itu.

Lagipula, hari ini aku berniat menunjukkannya langsung dihadapannya.

^°^°^°^°^°^

"Selamat sore, maaf jarang datang. Aku sibuk dengan skripsi akhir-akhir ini." Ucapku saat tiba di hadapan makam keluargaku.

Aku berjongkok sambil mencabut rumput-rumput kecil yang terlihat panjang. Entahlah, aku tak tahu harus berbicara apa dihadapan mereka. Saat ini aku sibuk memanjatkan doa dari dalam hatiku.

"Hei, gw pake baju punya lo nih. Marah gak?" Aku bergurau kecil dihadapan gundukan tanah itu.

Cuaca yang sedikit mendung membuat suasana hatiku menurun. Aku selalu ingin menangis jika berada terlalu lama disini. Rasanya ingin menceritakan tentang segala kesendirianku. Tentang bagaimana aku bangun, sarapan, beraktivitas, hingga makan malam sendirian dirumah.

"Please, someday you'll live without me, and I'll be watching you from heaven.."

"Iya, ya. Harusnya gw selalu inget kata-kata terakhir lo itu." Aku tersenyum simpul sambil menatap langit-langit. Ia pasti selalu melihatku dari atas sana.

"I miss you, bro." Ucapku sambil mengelus ukiran namanya pada batu nisan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Halo!
Akhirnya author bisa tepatin janji untuk upload hari ini.
Fyi, untuk fanfic kali ini akan di-update setiap dua hari sekali. Kurang lebih setiap pukul 8 WIB.
Enjoy, ya. Tissue nya jangan lupa.
❗ Author gamau tanggung jawab kalo kamu nangis 🗿❗
Happy Reading! ✨

Lanjut Chapter 1 ⬇️

When You're Gone - Miya Osamu [END] ✓Where stories live. Discover now