EMPAT

3.4K 528 167
                                    

4

Pukul delapan pagi.

Aku terbangun lagi karena sinar matahari yang masuk melalui jendela-ku. Pasti Atsumu sengaja melakukannya agar aku bangun pagi dan datang menonton pertandingannya.

“hoaamm…” Sejenak aku merenggangkan anggota tubuhku yang terasa sedikit kaku. Matahari pagi ini sangat terik.

“Atsumu sialan.” Keluh-ku saat tidak menemukan pakaian yang sudah aku siapkan sedari malam untuk ku-kenakan hari ini. Kenapa ia gemar memakai baju-baju milikku?
Dengan langkah geram aku berjalan menuju kamarnya. Lebih tepatnya aku berjalan menuju lemari pakaiannya dan sibuk mencari baju yang menurutku cocok ditubuhku.

“sebentar.” Aku terdiam sejenak. Kami kan kembar, itu artinya baju apapun yang cocok ditubuhya pasti cocok juga ditubuhku.

Aku mengambil hoodie hitam dan celana levis milik Atsumu, tak lupa aku mengambil sepatu yang terpampang  di rak dekat pintu kamarnya. Sepertinya ini sepatu baru, tapi aku tak memperdulikannya. Jika ia memakai barangku tanpa izin, maka aku akan melakukan hal yang sama.

“Sorry, Tsum. Kamar lo berantakan banget.”

BLAMM!

^°^°^°^°^°^

TOK! TOK! TOKK!
“Buka pintunya, anjir!” Teriak Atsumu yang menggedor-gedor pintu kamarku. Benar-benar seorang yang tidak sabar.

“berisik, Tsum.. sabar..” Ucapku ketika membuka pintu.

Ia berdiri dihadapanku sambil mendengus beberapa kali, kemudian kami saling menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki.

“LO PAKE BAJU GW, YA?!” Teriak kami bersamaan.

Terlihat mama yang sedang menggeleng-geleng sambi tertawa kecil melihat tingkah kami.

“kalian udah SMA, kenapa kelakuannya gak ikutan setara seperti anak SMA?” Ucap papa dari arah ruang depan. Kami bergegas lari mendekat kearah papa.

“Samu udah dewasa, Tsumu yang pertumbuhan mentalnya lambat.” Celotehku, yang cepat-cepat dibantah oleh Atsumu.

“Cowok dewasa mana yang hiasan kamarnya warna-warni, suka girlgroup korea pula? Aneh sih gw litanya.” Balas Atsumu.

“Haaa? Kamar lo udah kayak sarang setan, item putih semua!” Balasku lagi.

Papa memijat pelipisnya sambil memfokuskan pandangannya kearah Tv. Ia seperti berusaha tidak melihat pertengkaran kami karena hal spele itu.

“kalian kan kembar, nak. Gak ada salahnya kan, saling tukaran baju.” Saran mama. Kami mengangguk kecil.

“perkara baju, merembet kearah lain. Pusing papa ngeliat kelakuan kalian. Gak tau nanti mau kasih tanggung jawab kantor ke tangan siapa.” Ucap Papa.

Aku dan Atsumu bergegas masuk kembali kedalam kamar masing-masing. Sepertinya kami baru sadar jika hal yang kami perdebatkan sedaritadi memang cukup kekanakan.

^°^°^°^°^°^

“Udah jalan satu set, ya?”

“WAAA! Ngagetin aja.” Suna terbelalak melihat diriku yang sudah duduk di kursi penonton, tepat disampingnya. Kalau dilihat, sedaritadi ia memang fokus memperhatikan jalannya pertandingan.

Aku terkekeh kecil sembari meminta maaf, sebelum akhirnya ia kembali menghadap kelapangan. Butuh jeda beberapa detik sampai ia menatapku kembali.

“rambut-lo kenapa? ubanan mendadak?” Ledeknya.

When You're Gone - Miya Osamu [END] ✓Where stories live. Discover now