SARGIO. 37

432 75 42
                                    

Terkadang, alasan yang membuat kita sulit untuk bahagia adalah karena kita masih sulit melepaskan sesuatu yang membuat kita sedih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang, alasan yang membuat kita sulit untuk bahagia adalah karena kita masih sulit melepaskan sesuatu yang membuat kita sedih.

___***___

Kelopak bunga dari berbagai macam warna itu ditaburkan menutup gundukan tanah yang kini sudah mengering, sebotol air membasahi batu nisan yang tertulis nama seseorang yaitu, Aleta.

Kedua kalinya Salsa mengunjungi tempat peristirahatan terakhir Mamahnya setelah pemakaman waktu itu, Salsa belum sempat untuk kembali mengunjungi tempat ini.
Kini Salsa tidak sendiri, Salsa bersama Arkan dan juga Gio beserta keluarganya, Ayah dan Bundanya pun ikut untuk mengunjungi sahabat mereka yang kini telah tiada.

Keluarga Robertson lengkap berada di sana, Ayah dan Bunda sengaja mengajak anak-anaknya untuk mengenalkan mereka kepada Aleta, walaupun Aleta telah tiada, persahabatan mereka tidak boleh terpisahkan.

Bunda sendiri sangat kehilangan Aleta, sebagai seorang sahabat dirinya sangat sedih dan tidak rela, bahkan setelah sekian tahun mereka tidak bertemu, dan sekarang dipertemukan dalam keadaan seperti ini.

"Tenang di alam sana Al, kamu gak perlu khawatir anak-anak mu kita yang akan jagain," ucap Bunda, berjongkok dengan tangan yang menyentuh halus batu nisan yang tertulis nama sahabatnya itu.

Setelah selesai mereka langsung meninggalkan tempat tersebut, karena hari sudah begitu sore. Mereka memang sengaja datang sore-sore karena udara di sore hari lebih mendukung, sedari pagi hujan deras melanda Ibu Kota Jakarta untungnya ini adalah hari minggu jadi tidak ada yang berangkat sekolah, dan kebetulan kantor pun sedang libur, jadi mereka gunakan kesempatan ini untuk mengunjungi Aleta.

"Salsa, Arkan, kalian ke rumah kita dulu ya, ada yang mau kita bicarakan," pesan Agra sebelum berjalan menuju mobilnya, Salsa dan Arkan mengangguk patuh.

Salsa berjalan mengikuti Arkan menuju motornya berada. Kini Arkan sudah menaiki motornya bersiap menyalakan mesinnya, belum sempat Salsa menaiki motor Arkan seseorang menghampiri mengurungkan niat Salsa.

"Kak, lo naik mobil aja bareng Bang Gio, gue mau bareng Arkan," ucap Angga dengan tampang tanpa dosanya dan langsung menaiki motor Arkan.

Salsa cengo melihat Angga yang kini sudah berada di atas motor Arkan. "Hah?!"

"Nggak!" Salsa menarik Angga agar turun dari motor Arkan tetapi, Angga malah memeluk Arkan erat.

"Anjirr lo! Jangan modus sama gue ngapa, mentang-mentang gue ganteng!" sarkas Arkan memukul tangan Angga.

Melihat kelakuan dua bocah tersebut membuat Salsa terkekeh kecil sambil menggelengkan kepala, sampai teriakan seseorang terabaikan olehnya karena keributan yang berasal dari Arkan dan juga Angga.

"Kak Salsa sini! Bareng Anggi!" teriak Anggi untuk kesekian kalinya, dari dalam mobil lamborghini berwarna putih.

Salsa melihat mobil tersebut, itu mobil yang Gio bawa tadi, jadi apa Salsa harus satu mobil dengan Gio? Salsa kembali menimang ajakan tersebut, melihat Angga yang tetap tidak mau turun Salsa pun pasrah, tidak masalah karena di sana ada Anggi, Salsa rasa itu aman.
Bukan, bukan aman dari bahaya, justru Salsa rasa dia selalu aman ketika berada di dekat Gio. Tapi tidak untuk hatinya, sepertinya sangat tidak baik untuk kesehatan.
Ntahlah Salsa tidak mengerti dengan reaksi tersebut.

SARGIO (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang