❄TF 36❄

1.2K 112 10
                                    

.




.
.




Tiga minggu yang suram telah terlewati. Di sini, tepatnya Mansion Jeon Jungkook. Keluarga Kim dan Jeon tengah berkumpul. Mereka tinggal bersama setelah Jungkook di nyatakan depresi.

Jungkook sakit seminggu kemudian selepas kepergian Taeri. Ia tak mau makan dan mengurung dirinya di kamar. Sikapnya ini jauh berbanding terbalik dengan dirinya sebelum mengenal Taeri. Jeon Jungkook yang kuat, tegas, dan berpikiran rasionalㅡberubah jadi sosok kekanakan dan keras kepala.

Appa Jeonle dan Namjoon sudah menghiburnya dengan mengatakan Taeri pasti pulang padanya. Namun Jungkook seolah tak mau mendengarkan mereka. Ia tak percaya pada kata kata itu sebelum Ia melihat sendiri bahwa Taeri kembali padanya.

Selama Jungkook terus mengurung diri di kamar dan berakhir sakit dan harus di rawat, Ia tetap tak mau di bawa ke rumah sakit. Dan di sinilah sekarang, di atas tempat tidur king size, dengan tangan yang di tusuk jarum infuse dan hidung mengenakan selang okesigenㅡJungkook tak sadarkan diri.

~

Sedangkan tiga minggu yang lalu. Suasana malam kota Paris yang telah lama Ia rindukan, akhirnya bisa Taeri rasakan lagi. Menara Eiffel yang anggun menjulang dengan cahaya kuning ke emasan begitu memukau serta aroma makanan khas kota ini begitu menyeruak membuatnya lapar.

" Jimine, Tae lapar " Ucapnya sambil menoleh ke arah Jimin di sebelah kanannya.

" Kau lapar?, baiklah kita istirahat dan makan dulu " Jimin langsung menggandeng Taeri masuk ke sebuah restoran sederhana.

Saat menunggu makanannya siap. Tiba tiba pikiran Taeri terlintas sosok suaminya. Taeri amat kecewa saat mendengar ucapan Jungkook malam itu. Ia memilih pergi tanpa ingin mengetahui kejadian setelahnya.

Ia pikir, saat masalah antara dirinya dan Jungkook belum terselesaikan, kenapa Suaminya itu malah tega berbicara seperti itu pada wanita lain. Terlebih pada wanita yang sangat Ia benci. Taeri sangat ingin kembali pada Jungkook lagi, tapi Jimin memberinya saran agar Ia dan Jungkook saling berjauhan untuk mereda emosi serta instropeksi diri.

" Tae!, kau melamun?. Apa yang kau pikirkan? " genggaman tangan Jimin menyadarkannya. Taeri tersenyum tipis seraya menatap Jimin yang tengah mengkhawatirkannya.

" Tidak ada Jim... aku hanyaㅡapa keputusan ini adalah yang terbaik? " ucapnya ragu.

Jimin menghela napasnya dan menggenggam kedua tangan Taeri untuk meyakinkannya.
" Tae... ini adalah keputusan yang terbaik saat ini. KauㅡJungkook sama sama salah!. Kalian perlu waktu untuk menyadari kesalahan kalian. Maafkan aku yang seolah olah ingin mengulur kalian untuk bersama kembali. Tapi Kau dan Jungkook tak bisa selamanya hidup tanpa kejujuran satu sama lain. Seharusnya kalian saling terbuka dan melengkapi."

" Tae.. kau taukan aku begitu menyayangimu layaknya adik kandungku sendiri?, Aku hanya menginginkan yang terbaik untuk hubungan rumah tanggamu dan Jungkook. Jadi, menurutlah padaku saat ini. Satu bulan waktu yang cukup untuk kalian merenungi dan menyadari semua kesalahan kalian. " Jimin mengusap pipi Taeri dengan lembut, menghapus air mata yang lolos begitu saja tanpa isakan.

Taeri memegang tangan Jimin yang menangkup pipinya lantas tersenyum. " Aku mengerti Jim, Terima kasihㅡHyung... " ucapnya lirih kemudian di susul suara isakan tertahan.

Jimin langsung mendekat dan memeluknya dengan erat. " Sudah! Sudah... jangan menangis lagi Nee~ baby harus makan agar tetap sehat. Cha! Kita makan sekarang!. Lihat!, aku memesankan ratatouille kesukaanmu "

THE FIRST |국뷔| ĆØMPŁËŤETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang