» 14 • Lovestagram

363 71 25
                                    

"Lo besok jadi, Jun?" tanya Javier.

Juna mengangguk. "Beres, kan, semuanya?"

"Yoi!" Javier menepuk dadanya bangga. "Apa, sih, yang nggak bisa Javier lakuin? Bisa semua mah dia!"

Sepulang dari beach club, sesampainya di vila, Juna menceritakan semuanya pada Javier. Sejak dulu Juna memang selalu begitu. Ia paling tidak bisa jika tidak cerita pada Javier. Karena walaupun ia sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menutupinya, Javier──entah setinggi apa ilmu cenayang yang dimilikinya, cowok itu selalu tahu jika dirinya sedang menyembunyikan sesuatu.

"Thanks," ujar Juna sambil terkekeh.

Javier ikut terkekeh. "Gue kawal lo berdua sampe jadi pokoknya!"

Juna bertekad untuk membantu Lia melupakan kejadian buruk malam itu. Maka, dengan bantuan Javier yang keluarganya memiliki bisnis di bidang pariwisata, Juna menyusun sebuah rencana. Besok pagi ia akan mengajak Lia untuk menaiki yacht.

🌹🌹🌹

Dan betulan. Besoknya saat pagi-pagi buta, Juna sudah mengajak Lia untuk keluar dari vila. Awalnya Lia kebingungan, tetapi Juna memintanya supaya ikut dulu saja, nanti-nanti juga tahu. Mereka pergi menggunakan salah satu mobil Jeep sewaan anak-anak Degaf dengan Juna sebagai pengemudinya.

Matahari belum menampakkan diri. Langit masih gelap. Sementara itu mobil Jeep yang membawa Juna dan Lia terus melaju di jalanan yang lengang. Udaranya segar sekali meski hawa dingin terasa menusuk kulit. Baik Juna dan Lia, masing-masing menggunakan jaket kulit dan cardigan sebagai penghangat.

"Kita mau ke mana, sih, Jun?" tanya Lia untuk ke sekian kalinya.

Juna terkekeh. "Bentar lagi sampe, kok, di tempatnya."

Lia kecewa karena Juna tak kunjung memberitahunya. Entah gadis itu sadar atau tidak, ia memasang wajah cemberut dengan bibir yang dimajukan beberapa senti. Juna gemas sendiri melihatnya.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, tepat pada saat matahari terbit, Juna dan Lia akhirnya sampai di tujuan. Dahi Lia berkerut dalam ketika menyadari bahwa tempatnya berpijak sekarang adalah sebuah dermaga. Suara deburan ombak terdengar menyenangkan di telinga, backsound yang serasi untuk mengiringi momen sunrise. Sesekali pekik burung camar terdengar di kejauhan.

"Kita ngapain ke dermaga, Jun?" tanya Lia setelah Juna turun dari dalam mobil.

Mendengar pertanyaan itu sontak membuat Juna tertawa. "Lo kayaknya udah penasaran banget, ya, Li?"

"Suruh siapa dari tadi sok misterius!" Lia memukul lengan Juna. Tidak keras, tapi cukup untuk menunjukkan bahwa Lia tengah dirundung kekesalan karena Juna tak kunjung memberitahunya.

"Cie ngambek," goda Juna dengan senyum tengilnya meski hanya bertahan sebentar. Setelah itu Juna menunjuk ke arah barat laut. Lia pun menoleh ke arah yang Juna tunjuk.

"Apa yang lo liat di sana?"

"Kapal."

"Lo tahu itu kapal apa?"

"Itu yacht, kan?"

"Hm."

"Terus?"

"Kita jalan-jalan. Naik kapal itu. Berdua."

🌹🌹🌹

Sebagai manusia normal, Lia tentu pernah ngehalu seperti gadis remaja kebanyakan. Siapa, sih, yang tidak pernah demikian? Ketika kita memiliki mimpi yang sangat tinggi tapi di saat bersamaan kita sadar diri bahwa mimpi itu berada di luar batas kemampuan kita, ngehalu menjadi jalan ninja  paling favorit. Namun, bahkan dalam fantasi terliarnya sekalipun, Lia sama sekali tidak pernah membayangkan dirinya akan melakukan hal gila ini.

ABBLS | #3 I.J.U.Where stories live. Discover now