» 25 • More Than This

411 49 20
                                    

H-1 menjelang pertunangan, tepatnya pukul 20.30 WIB, Juna memilih duduk di anakan anak tangga lapangan outdoor Akademi Budaya Baru setelah menyelesaikan satu pertandingan basket. Cowok itu duduk satu tangga lebih rendah dari Hilmi dan Javier yang sibuk meneguk sebotol air mineral hingga tandas. Matanya menatap lurus ke depan di mana para seniornya yang menjadi lawan tandingnya barusan masih asyik men-dribble bola di lapangan sana.

Perkenalkan, jajaran cowok incaran seantero kampus dari ABB46. Mereka adalah duo dari The Luciéanos──William Austen Lucieano dan Damien James Luciéano, the extrovert one Febrian Jevon Purnama──abang tertuanya Hilmi, Yongki Dwi Dirga dan rambut gondrongnya yang fenomenal, serta Si Prince Charming a.k.a. Jefri Abrisam Jodipati. Jika ABB48 punya T.G.T.F. dan ABB47 punya Chillzish sebagai 'ikon' angkatan, maka ABB46 punya mereka, bergabung dengan Dias Adisa Syailendra sang Ketua OMIA──organisasi mahasiswa terbesar di ABB.

Anak-anak yang malam ini berkumpul di lapangan outdoor ABB bisa dibilang sebagai circle cowok 127 alias anak-anak cowok lulusan SMA 127. Ada Juna-Hilmi-Javier, minus Raul karena cowok itu paling malas kalau disuruh pergi-pergi jika sudah malam, juga ada Aiden, Lanang, Xavi, dan Hendra dari Chillzish, serta lima senior tadi. Ini perkumpulan tidak resmi sebenarnya. Mereka saling mengenal dan akrab karena dulunya berasal dari almamater yang sama.

"GILA!" Hilmi susah payah menetralkan napasnya yang ngos-ngosan. "Baru basketan bentar aja udah berasa nguli seribu candi gue!"

"Ciri-ciri orang kerjaannya rebahan mulu gini, nih," sahut Javier dengan santai.

Hilmi langsung saja melayangkan tatapan sinisnya. "Lo kalo mau ngomentarin hidup orang bismillah dulu coba, Jav! Ngaca! Liat siapa yang lebih mageran dibanding gue!"

Aiden tertawa. "Giliran Ayu sama Raul nggak ada aja Javier yang lo ajak ribut, Hil."

"Dih, Javier duluan yang mulai!" Hilmi melotot tak terima.

"Hilmi siapa aja juga diajak ribut kali, Den," timpal Hendra.

"Diem lo!" Hilmi kini memelototi Hendra.

"Apa? Mau durhaka lo sama abang sendiri?"

Hilmi sontak berdecih. "Siapa lo ngaku-ngaku abang gue?"

"Tiati, Hil, lo nggak dikasih tebengan sama Hendra kalo motor lo lagi mogok," sahut Xavi.

Hilmi menyeringai. "Soal itu, sih, gue masih ada Javier. Rumah dia juga deket dari rumah gue. Ya nggak, Jav?"

"Dasar mauan lo baik-baikinnya kalo ada butuh doang!" cibir Javier.

"Dari awal gue perhatiin Pangeran ABB kita diem-diem bae."

Celetukan itu ditujukan untuk Juna, berasal dari William. Ia mendekat bersama senior lainnya. Mereka bergabung dalam formasi duduk di undakan anak tangga pinggir lapangan.

"Denger-denger lo broke up sama cewek yang jadi partner lo di pesta gala akhir tahun kemarin?" tanya Damien.

"Sejak kapan lo jadi tukang gosip?" sahut Yongki dengan alis bertautan.

"Baru tau lo, Yong? Damien mah bandarnya gosip dari jaman masih di SMA 127," timpal Jevon sambil tertawa.

"Damien, kan, join circle-nya Anna mantannya Jefri yang suka banget ngegosip," kata William.

"Kenapa malah gue yang kena?" protes Jefri sambil mengelap keringat di lehernya menggunakan handuk kecil.

Damien menepuk-nepuk punggung Jefri, akting sok iba. "Makanya lo kalo hidup yang lurus coba. Gonta-ganti cewek mulu, sih, lo! Nggak enak, kan, jadi bahan bully-an?"

ABBLS | #3 I.J.U.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang