FORTY SEVEN

10.9K 1.2K 339
                                    

HAPPY READING!!!
🎉🎉🎉

Setelah malam pertemuan yang tak disengaja antara Demonfier dan Wintiash, Umbriel merasakan sesuatu yang beda.

Seperti yang dikatakan oleh Ariel, lelaki itu nampak tak mengganggunya lagi namun satu. Tatapan yang begitu intens selalu dia layangkan saat bertemu dan itu membuat Umbriel selalu menaikan sebelah alisnya seraya balik menatap Ariel dengan tatapan yang begitu tajam.

Umbriel bukanlah orang yang jika ditatap dengan intens langsung salah tingkah bagai kucing mau nikah. Jika ada yang menatapnya seperti itu, maka akan dia balas menatap orang tersebut namun dengan tatapan tajam nya sampai orang tadi mengalihkan tatapannya.

Saat ini, seperti janji Arzia pada salah satu sepupu Umbriel yang sempat menghubungi mereka beberapa hari lalu, mereka berdua kali ini berada di mansion mereka.

Mansion yang begitu besar dan memiliki banyak penjagaan layaknya mansion keluarga Enceladus.

"Ayo, Um." Arzia bersama putri tersayangnya turun dari mobil mereka dan berjalan masuk dengan kepala tertunduk dari para pelayan yang berada didepan pintu utama sebagai sebuah sambutan.

"UMBI KU SAYANG!!!" Seruan itu terdengar dengan begitu lantang dari arah tangga dimana terlihat seorang lelaki yang berdiri dengan senyuman lebarnya.

Umbriel tersenyum lalu melambaikan tangannya, "halo Agam!!" Sapa Umbriel.

Agam berlari dan berhenti dihadapan mereka lalu memeluk Arzia dengan begitu hangatnya.

"Udah besar banget anak Bunda yang satu ini. Tingginya aja udah lewatin Bunda," ujar Arzia yang membuat Agam tertawa. "Cowo kan emang gitu, Bund."

"Hahaha iya-iya. Ya udah, mana Mama? Bunda mau ketemu sama Mama kamu,"

"Bentar Bund," Agam menolehkan kepalanya kearah beberapa pelayan yang terlihat hendak berjalan ke dapur. "Bi, tolong antarin Bunda ke Mama yah."

Pelayan yang tidak terlalu tua itu tersenyum lalu menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Mari, Nyonya," ucapnya mempersilahkan Arzia.

Sebelum Arzia pergi, dia menyempatkan diri untuk mengelus lembut kepala Umbriel, "jangan lupa jaga adek yah." Seketika itu juga senyum Umbriel luntur digantikan dengan wajah yang sangat datar dan terdengar pula tawa puas dari Agam.

"Mampus kan lu," ejek Agam.

Umbriel  memutar kedua bola matanya malas. "Adek mana?"

"Lagi di ruang mainnya. Mau kesana?"

"Boleh deh, udah lama gak liat dia."

"Bye the way, yang lain kemana? Kok cuma lo sama Bunda?"

"Atta lagi ngurus markas bentar, nanti dia nyusul sama mereka."

Saat sampai di lantai dua dimana terdapat satu ruangan yang merupakan ruangan khusus bermainnya adik dari Agam, Umbriel langsung masuk dan ditemukannya seorang perempuan tengah bermain bersamanya.

"Hai, mbak." Sapa Agam yang dibalas senyuman lembut dari perempuan itu. "Iya, Tuan."

"Mbak hari ini istirahat aja, biar nanti cewek ini yang ngurus adek. Dia mau latihan jadi Mama sebelum nikah nanti," Agam yang berbicara dengan serius seketika meringis pelan kala merasakan sesuatu yang menembus kulit lengannya. Kepalanya tertunduk dengan mata yang menatap lurus ke lengannya dimana ada sebuah pisau yang sangat dia kenali membuatnya langsung menatap ke sang pemilik dengan tatapan yang begitu tajam.

"Ngomong pasal nikah sekali lagi, gue mutilasi lo sekarang juga!!" Ancam Umbriel.

Agam terkekeh pelan, dia menggelengkan kepalanya kemudian menyingkirkan tangan Umbriel secara perlahan. "Oghey, baby ku sayang. Gitu aja marah,"

PRITI : StrategiespielWhere stories live. Discover now