FIFTY EIGHT

10.3K 1.2K 503
                                    

HAPPY READING!!
🥀🥀🥀

Hari ini, setelah pulang dari sekolah para Inti Wintiash langsung bergegas untuk pergi ke rumah sakit seperti hari-hari sebelumnya. Umbriel yang sampai dini hari belum membuka matanya membuat mereka semua semakin merindukan sisi cerewet serta tak bisa diamnya. Ada rasa kehilangan saat mereka berkumpul dan dia tidak ada. Apalagi saat mereka sadar jika bukan hanay Umbriel yang tidak ada melainkan juga si kulkas Wintiash yang sering diam namun selalu memberi perhatian pada perempuan satu-satunya di dalam geng tersebut.

Dan pada saat mereka sampai di depan kamar Umbriel, betapa terkejutnya mereka saat melihat banyak orang yang berdiri di depan ruangan tersebut dengan ekspresi yang seketika membuat jantung mereka berpacu lebih cepat.

Dengan segera, Atta selaku ketua Wintiash berlari mendekat diikuti dengan keempat sahabatnya. 

Mata mereka membelalak sempurna. didalam sana terlihat banyak sekali perawat serta terdapat pula Arzia bersama dengan dokter Sila.

Apa terjadi sesuatu?

Atta yang masih terkejut pun langsung menghadap sang Ayah yang 24 jam bersama dengan Umbriel.

"Apa yang terjadi? Umbi kenapa, Yah?" Tanya Atta.

Fatih tersenyum tipis kemudian memegang bahu kiri Atta. "Gak apa-apa, jangan khawatir, dia baik-baik saja."

"G-gak. Kalo dia baik-baik saja kenapa banyak perawat didalam? Kenapa perlu dua dokter? Umbi kenapa?!" Tanya Atta sekali lagi dengan suara yang di tinggikan saat mengucapkan kalimat terakhirnya membuatnya langsung ditatap oleh semua orang yang ada disitu.

"Ta, umb-"

"Ta, ikut gue!" sebuah tarikan ditangan Atta membawa lelaki itu sedikit menjauh dari ruangan Umbriel. Dia adalah Dalvin, lelaki yang selalu setia duduk bahkan berada diruangan untuk menemani Umbriel.

"V-vin, Umbi kenapa?" Tanya Atta pada Dalvin. Suaranya terdengar bergetar membuat Dalvin sedikit tersentak.

"Hei, Ta. Umbi gak apa-apa," ucap Dalvin. "Tadi tangan dia gerak makanya gue panik terus teriak, dan Bunda langsung datang dengan mereka semua buat meriksa dia. Dia baik-baik saja, tangan bergerak merupakan pertanda baik untuk orang koma, bukan?"

Atta terkejut, tentu saja. Ini adalah sesuatu yang mereka tunggu-tunggu. Tangannya seketika gemetaran dengan mata yang memburam karena berkaca-kaca. "B-beneran?"

"Yups, dan lo jangan kek oang gila ye, teriak-teriak!! Kesana terus diam aja, tunggu sampe Bunda keluar, ngerti?" Menganggukkan kepalanya cepat, Atta kemudian kembali ke depan ruangan Umbriel bersama dengan Dalvin.

Saat mereka sampai, terlihat Arzia yang keluar dengan tangisan membuat mereka semua mengerutkan alis, bingung.

"Bund-"

Ucapan Atta terpotong karena Arzia yang langsung menghampiri suaminya dan mendapat sambutan hangat dari lelaki itu dengan langsung memeluknya.

"Hei, honey? What happend?" bisik Fatih.

Arzia mendongak seraya memegang dada Fatih, "Umbi bangun, Za."

Mendengar jawaban Arzia sontak semua orang langsung bernapas lega. Air mata haru langsung menjadi teman untuk mereka semua sekarang. Para Inti Wintiash bahkan langsung saling peluk dan sama-sama mengucapkan kata syukur dan selamat sesama mereka.

Ini sesuatu yang sangat baik. Sangat-sangat baik.

Bahkan Dania serta Kiyana yang ada disitu pun ikut menangis haru. Mereka berdua saling berpelukan lalu menatap keruangan Umbriel yang mana terlihat perempuan itu tengah beristirahat.

PRITI : StrategiespielWhere stories live. Discover now