☘️Tiga☘️

491 52 57
                                    

☘️𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌☘️
.
.
.
.


Alina duduk sembari menghirup dalam-dalam udara sore dari balkon apartemen miliknya. Apartemen yang sudah 2 tahun terakhir ia tempati, tempat yang menjadi  keluh kesah dirinya selama ini. Tempat yang menampung tangis pilu, bahkan peristiwa yang hanya dia ketahui sendiri. Bahkan keluarganya pun tak ada yang tahu bahwa dirinya membeli apartemen, karena uang untuk membeli hasil dari kerja kerasnya sendiri.

Sudah 2 hari ini Alina tidak kembali ke rumah, ia butuh ketenangan sementara waktu agar ia kembali kuat lagi.

Alina beranjak melangkah masuk, menarik kursi belajarnya ke belakang dengan tangannya yang terulur mengambil laptop di laci. Membuka aplikasi kamera, memulai video recording.

Alina memposisikan dirinya senyaman mungkin lalu mulutnya mulai berucap menceritakan keluh kesahnya,"Dear diary, maaf baru bisa nge-record  lagi. Kemarin sibuk banget soalnya, sibuk memikirkan masalah yang enggak pernah ada habisnya."

Fyi, Alina memang lebih suka me-record diary daripada harus menulis di buku. Katanya sih 'ada yang lebih canggih dan mudah kenapa harus cari yang susah'.

"Pengen sih rasanya bisa curhat sama bunda, sama ayah, apalagi sama abang. Tapi rasanya semua itu —mustahil. Boro-boro mereka dengerin curhat, mau ngomong aja udah di depak heheheeee," kekeh miris Alina.

"Oh ya tau nggk? Setelah 2 tahun lamanya ngilang, kemarin tuh Alka kembali lagi kesini. Seneng banget deh rasanya,apalagi  pas waktu itu dapat pesan chat yang ngabarin tentang Alka—

Ting

Bunyi notifikasi Hp membuat Alina harus memasukan tangannya ke dalam tas mengambil benda pipih itu.

Seketika mata Alina membola lalu pergerakannya tergesa-gesa untuk segera berangkat.

dari situ buanyak banget harapan yang langsung aku lambungkan buat Alka—tapi ternyata realita tak semanis ekspektasi." ucap Alina yang semula antusias kini tersenyum miris mengingat perlakuan dan perkataan Alka.

"Alka ternyata benci bahkan pakek banget, dia juga sama kayak mereka, yang masih sama-sama dibutakan oleh kebohongan."

"Emmm ... apa mungkin takdir untuk aku memang begini ya? Harapan cuma sekedar haluan, perhatian enggak pernah menjadi kenyataan apalagi kasih sayang pun rasanya sangat mustahil untuk kudapatkan." Lagi dan lagi Alina hanya  bisa tersenyum miris.

"Tapi tenang aja ... Alina bukan cewek lemah yang langsung putus aja begitu aja. Udah 5 tahun loh, masak nyerah di tengah-tengah gini. Alina 'kan cewek strong yang bakal terus berjuang apapun rintangannya,"

"Mungkin dengan nge- record gini, bisa bikin beban pikiran Alin agak berkurang. Oh ya.. kalau suatu saat aku tinggal raga tanpa nyawa, kalian jangan pernah bosen buat tontonin semua video yang aku buat ya... hehehe," kata Alina lalu menghentikan rekamannya dan menyimpan dalam folder khusus diary nya.

♨️♨️♨️

Pranggg!!!

Alina mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam rumah ketika mendengar keributan dari dalam. Ia menghela nafas lelah, lagi dan lagi rumahnya kembali mengadakan festival. Lalu dengan keberanian yang ia miliki tangannya meraih knop pintu tersebut dan seketika matanya terbelak kaget dengan apa yang ada di hadapannya ini.

"BUNDAAAAA!" teriak histeris Alina sembari berlari menghampiri bundanya yang tergeletak lemas di lantai dengan kepala bercucuran darah. Sementara ayahnya hanya berdiri diam saja dengan tangan—berdarah?

𝐀𝐥𝐨𝐧𝐞 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang