☘️Empat☘️

439 54 38
                                    

☘️𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌☘️
.
.
.
.

Alina melangkah memasuki sebuah tempat yang saat ini tengah ramai akan pengunjung. Para pelayan seketika tersenyum ramah atau bahkan membungkukkan badan ketika berpapasan dengan Alina. Dengan senang hati Alina membalas balik senyum para karyawannya.

Tempat itu bernama Nina's Cafe, cafe kecil yang berhasil Alina dirikan 2 tahun silam dengan hasil jerih payahnya sendiri. Cafe dengan nuansa tema K-pop ,perpaduan antara gambar-gambar artist Korea ditambah dengan alunan musik K-pop tanpa henti selalu menemani para pengunjung disana. Makanan yang disajikan pun bermacam-macam hingga tak akan membuat para pengunjung bosan.

Tiba-tiba langkah Alina terhenti ketika netranya menangkap  seseorang yang sangat dia kenal, tengah duduk tak jauh dari tempatnya, mengobrolkan hal yang sepertinya serius. Alina bersembunyi di balik tiang dinding. "Alka....," gumam Alina, "tapi, sama siapa dia?" Alina bertanya pada dirinya sendiri ketika melihat sesosok remaja gadis bermasker.

Alina terus memperhatikan interaksi keduanya dengan serius. "Kayak nggak asing,dari postur tubuhnya,gelagatnya kayak kenal. Tapi siapa yaa?" pikir Alina, "ck.. sayangnya pakek masker. Mana suaranya kecil banget lagi, jadi gak bisa denger. Duh,mata gue lola banget. Gak asing tapi kenapa gue gak bisa tau di—."

"Karena lo bukan cenayang," celetuk Riska malas yang tahu-tahu sudah berdiri di belakang Alina.

"Beh ngagetin aja sih lo! Kayak kakek gayung tau nggak. Datang tak di jemput, pulang tak di antar. Tiba-tiba nongol, kalau gue kena serangan jantung gimana hah?!" kesal Alina berlebihan pada Riska.

Riska kembali merotasikan matanya sembari menggeplak kepala Alina. "Lebay anj-."

"Heh!" Alina melototkan matanya. "Gak sopan banget lo sama boss." Alina melirik sinis Riska, namun Riska hanya mengacuhkan saja.

Alina memutar badannya untuk kembali melihat kedua pasutri itu, namun tiba-tiba mereka sudah hilang entah kemana. "Loh? Kok udah ilang sih Alka?! Lo sih Ris, pakek segala ngagetin gue! Dia kan jadi pergi!" decak Alina.

"Enak aja nyalahin gue! Salah sendiri nguping pembicaraan orang, kayak gak ada kerjaan aja. Noh udah numpuk berkas kerja sama yang harus lo tanda tangani," tutur Riska, "buruan sana keruangan! Ngapain masih disini!"

Alina melirik sinis Riska. "Kok kesannya kek gue jadi babu lo deh? Yang bos disini lo apa gue heh?!"

"Serah!"

"Dih."

♨️♨️♨️

"Lo gak perlu lagi buat bantu Alina, karena Alina itu dalang dari komanya Alena!" ucap seorang remaja gadis tersebut pada Alka

Alka hanya menatap datar tanpa menjawab sedikitpun.

"Gue suka. Gue suka lo udah gak percaya lagi sama Alina. Bisa benci sampek lontarin kata yang sampek nusuk ke hati—"

"Lo mata-matain kita?" sela Alka dengan muka tanpa ekspresi.

"Hhh.. ngapain juga gue harus mata-matain kalian berdua, cuma bikin capek aja. Anak buah gue banyak, tinggal suruh mereka, gue langsung dapet informasinya," ucap gadis tersebut menyombongkan dirinya.

"Gue suka lo bisa berpihak pada gue. Ini kebenaran yang asli dan apa yang dibilang Alina, ditunjukin sama Alina cuma sekedar karangan! Inget tuh!" lanjutnya dengan senyum sinis menghiasi wajahnya.

𝐀𝐥𝐨𝐧𝐞 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang