☘️Enam☘️

405 43 31
                                    

☘️𝕳𝖆𝖕𝖕𝖞 𝕽𝖊𝖆𝖉𝖎𝖓𝖌☘️
.
.
.
.


Mengabaikan rasa sesak yang tiba-tiba menjalar di dadanya, serta kedutan yang terus meningkat pada kepalanya. Alina menggeleng-gelengkan kepala dengan tangan yang terus memukul kepala untuk meredam nyeri. Netranya menatap Alena datar, tanpa ekspresi. Sendu?  Bahagia? Atau marah? Entahlah. Yang pasti sekarang dirinya harus bisa membuat Alena sadar, agar dirinya bisa mendapatkan kebahagiaan yang seharusnya ia dapatkan.

Egois? Tidak! Alina tidak egois, melainkan dirinya hanya meminta hak nya saja!

Alina duduk, menghela nafas panjang, kedua tangannya bertumpu di bawah dagu. Fikirannya bernonstalgia pada kejadian 2 tahun lalu.

Flasback on

Sore ini, Alina dan Alina kini bersiap untuk pergi ke mall tepatnya bioskop dengan bermodalkan mobil orangtuanya yang telah terpakir manis dan siap untuk dikendarai.

2 saudara kembar berparas cantik yang lahir secara bersamaan dan hanya memikiki selisih  umur  3 menit lamanya.

Alina Caroline Atmaja
&
Alena Caroline Atmaja

Saat itu mereka masih berumur 15 tahun, tepatnya mereka duduk di bangku kelas 1 SMA. Mereka memasuki SMA lebih cepat dikarenakan waktu kecil mereka langsung masuk bangku kelas 1 SD, tidak ada yang namanya TK. Dan orangtuanya pun juga mengizinkan mereka untuk sudah mengendarai mobil. Padahal SIM pun belom punya. Boro-boro SIM, KTP aja belom jadi.

Mereka berdua keluar dari rumah. Sudah rapi, sudah wangi, sudah cantik dan sudah perfect intinya. Alina sibuk mengotak atik ponsel dengan raut ekspresi yang berubah-ubah. Sementara Alena hendak membuka pintu mobil, namun ketika tak mendapati sosok Alina disampingnya membuat dirinya harus menoleh, mendapati saudara kembarnya yang tetap stay di tempat.

"Ayokk Lin berangkat!" ajak Alena. "Keburu malem entar macet!"

"Wait," jawab Alina lalu kemudian wajahnya berbinar dengan senyuman yang merekah. Ia berjalan menghampiri Alena yang mengangkat sebelah alisnya.

"Lo berangkat sendiri aja ya Len,"ucap Alina tiba-tiba.

"Loh? Why? Kenapa gue harus berangkat sendiri? Jangan bilang lo mau batalin buat nonton bioskop yee?!" ngegas Alena dengan jari telunjuk yang diangkat tepat di mata Alina.

Alina menangkis telunjuk Alena. "Ya kagaklah, ya kalik tiba-tiba gak jadi berangkat."

"Jadi gini, Alka udah otewe kesini dan bentar lagi sampek. Ka—"

"Jangan bilang dia mau ikut?! Gue ogah jadi obat nyamuk anj-" sahut Alena menuduh Alina. Dirinya hanya malas jika harus melihat keuwuwan ini.

"Katanya lo yang mau nyetir mobil, lah ini? Malah gue nyetirin diri gue sendiri beh," cibir Alena.

Alina merotasikan matanya. "Gue lagi ngomong jangan dipotong bambang! Jadi katanya Alka, sekalian  dia mau berangkat  latihan basket. Terus sekalian deh anterin gue ke bioskop,kan jalannya juga searah. Terus lo entar ngikutin aja dari belakang okey. Jadi jiwa lo nggak bakal meronta-ronta hahahaha."

"Sialan lo!" Kemudian Alena langsung masuk ke dalam mobil lalu menutup dengan keras pintunya.

Brak!

"Allahuakbar Lena," teriak spontan Alina. "Kalok gue tiba-tiba jantungan, lo mau tanggung jawab?!"

"Nyenyenyenye."

𝐀𝐥𝐨𝐧𝐞 (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang