Part 13

5.6K 796 11
                                    

Langkah kaki Radit terhenti melihat seseorang yang menggunakan tempat kesukaannya. Gazebo atap di gedung kampusnya dan Gena tengah duduk bersandar di sana. Menikmati semilir angin yang selalu menyejukkan kepala.

Perkataan Abe kembali terngiang di kepala Radit. Jadi Gena tengah menghadapi masalah besar. Pantas saja dia terlihat kacau.

Dan kini Gena sibuk meminum susu kotak dengan rasa cokelat kesukaannya. Tapi Radit tau, fikiran gadis itu pergi entah kemana. Tatapannya terlihat kosong. Bahkan Gena tidak menyadari keberadaan Radit di dekatnya.

"Gena?"

Suara Radit menyadarkan lamunan Gena. "Ya?" tanya Gena.

"Tumbenan di sini?"

Biasanya hanya Radit dan teman-temannya yang senang memakai gazebo ini. Bahkan mahasiswa lain pun malas karena letaknya yang berada di lantai atas dan harus menaiki tangga cukup banyak.

Jika saja mereka tau gazebo ini sangat nyaman dan terasa sejuk walaupun berada di tengah kota.

"Lagi nyari tempat yang sepi. Kebetulan penghuninya lagi cabut semua." Perkataan Gena membuat Radit tertawa.

Penghuninya.

Pastilah kata-kata itu merujuk pada Radit, Jojo, dan Judith. Radit akan menggunakan gazebo ini untuk beristirahat sejenak, lalu Jojo untuk bermain gitarnya atau Judith yang ingin mencari saklar listrik kosong saat bermain games.

"Gapapa kan gue di sini dulu?" tanya Gena. "Apa ada yang bilang ini tempat punya gue?" Radit bertanya balik pada Gena disambut senyuman Gena.

"Kita belum selesai belajar. Mau belajar lagi? Kebetulan gue kosong, anak-anak les udah pada libur. Gue bisa ke kosan lo buat belajar," jelas Radit.

"Serius? Bisa?"

Radit menganggukkan kepalanya. "Sore ini mau? Besok kan mata kuliahnya lumayan ribet," tawar Radit.

Gena mengangguk semangat. Di balik wajah kacaunya ia masih berusaha terlihat baik-baik saja. Bahkan bisa melemparkan senyum lebarnya.


~~~


Ruang belajar kos Gena kosong hari itu. Untung saja karena kos itu adalah sebuah kos ekslusif dengan sedikit penghuninya. Menjadikan tidak begitu banyak yang berada di ruang belajar.

"Ini apa?" tanya Gena pada Radit yang membawa satu kantong plastik putih.

"Molen. Buat jadi cemilan pas belajar." 

"Eiyy, apa lo ngestalk gue? Tau makanan kesukaan gue?" 

Gena bertopang dagu dan menatap Radit dengan tatapan usilnya, membuat Radit hanya bisa mendengus kecil. 

"Nggak, abang-abang molennya suka ngelebihin tiap gue beli. Makanya gue beli ini," sanggah Radit. 

Walaupun sebenarnya alasan Radit memilih molen saat membeli cemilan karena Gena yang beberapa kali ia lihat menikmati benda kecil dengan rasa pisang dan cokelat ini. 

Radit menarik bangku kosong di samping Gena dan mulai membuka buku catatannya. "Mau mulai dari mana?" tanya Radit. 

Pertanyaan Radit terpotong oleh dering ponsel Gena. Ia melirik ponsel itu, tertulis Papa pada layar ponsel Gena. "Gen, hp lo." 

Dengan cepat, Gena mematikan ponselnya. Seakan tidak ingin diganggu dan tidak berniat mengangkat telfon ayahnya. Melihat tingkah Gena, Radit teringat akan perkataan Abe padanya. 

Bittersweet by Radit [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang