Part 23

6.9K 834 20
                                    

Venue acara sudah ramai dipenuhi pengunjung. Termasuk Jojo, Judith dan Radit.

Mereka semua berdiri di bagian belakang, enggap bersempitan di depan demi melihat dengan jelas para musisi yang akan mengisi acara. Tak jarang ketiga pemuda itu menemukan satu dua orang kenalan mereka. Bahkan teman-teman fakultas mereka.

Jam menunjukkan pukul 6, bahkan bagian belakang pun terasa ramai. Radit sampai mundur hingga ke sudut.

Lagu pertama, musisi kedua, hingga bintang tamu ketiga. Ia cukup menikmati acara ini. Bahkan beberapa lagu yang dibawakan adalah lagu lama. Sesuatu yang sangat Radit sukai.

Radit mengedarkan pandangannya, mencari tempat yang jauh lebih sepi lagi. Kebetulan seating plan acara ini tidak terbagi-bagi sangat banyak. Hanya akses backstage dan festival. Itu saja. Jadi Radit bisa mundur ke bangku penonton yang jauh lebih sepi.

"Jo, Jud, gue naik dulu ya. Cari tempat kosong di atas." Jarinya menunjuk ke sebuah sudut di tribun penonton. Tempat itu memang sepi. Bahkan tidak ada yang memakai sudut itu untuk duduk karena tidak terlihat apapun dari sisi itu terhadap panggung.

"Nanti chat gue aja, kalo butuh sesuatu," ungkap Radit.

Ia berjalan menaiki tribun ke tempat yang dituju. Dari tempat itu, Radit bisa melihat area penonton. Namun tidak terlihat jelas panggung acaranya.

Tempat ini jauh lebih sepi. Dan Radit cukup nyaman. Ia hanya duduk sendirian, menunggu hingga tatapannya terkunci pada sebuah pemandangan.

Gena bersama Abe.

Berdua.

Berdiri di bawah dengan tangan Abe yang merangkul pundak Gena.

Mata Radit terpejam. Bukannya membuang tatapannya, Radit malah terus menatap atau bahkan lebih tepatnya mempelototi pemandangan di depannya.

Tidak. Lebih pantas jika disebut Radit menatap penuh amarah tangan genit milik Abe. Padahal Radit bukan siapa-siapa Gena tapi ia tidak suka melihat Gena bersama pria lain.


Cinta itu egois, Radit. Kamu cuma mau dia buat kamu. Kamu ga akan suka liat dia sama pria lain. Begitu juga untuk perempuan. Itu sifat dasarnya. Tergantung bagaimana kita menanggapinya.


Perkataan ibu Radit saat mereka berada di atap gedung kembali terngiang. Bahkan ibunya juga setuju untuk mengatakan ia menyayangi Gena. Lebih dari seorang teman.

Tch, setelah pengakuan gue. Di sini dia. Mau dirangkul cowok lain. Terus Abe... Kayaknya dia anggep remeh permintaan gue kemaren. Batin Radit dalam diamnya.

Lima belas menit terlewati dan Radit hanya menatap pemandangan yang membuat emosinya bergejolak. Tapi Radit tidak bisa melakukan apapun. Dia bukan siapa-siapa. Jika ingin melakukan sesuatu juga, dia harus berubah menjadi siapa-siapa bagi Gena.

Yang pasti untuk merubah status itu tidak bisa detik ini juga. Merasa ada yang menatapnya, Abe menoleh kebelakang. Tatapannya bertemu dengan seseorang yang ia kenal di atas sana.

Abe tersenyum geli. Sebenarnya ia sudah tau Radit berada di atas sana entah sejak kapan. Lalu Abe sengaja menarik Gena yang tengah menonton bersama teman-temannya untuk menjauh dari gerombolan itu dan mendekati Radit.

Memastikan jika Radit bisa melihat apa yang ia lakukan.

"Gen, ada yang melototin kamu dari atas," bisik Abe pada Gena.

Tak hanya melotot, kini Radit bersedekap tangan dan memasang wajah jengkelnya ketika Abe mendekat pada wajah Gena. Rasanya Radit ingin mendorong Abe dan memberikan tanda jaga jarak bagi Abe untuk Gena.

Bittersweet by Radit [COMPLETED]Where stories live. Discover now