17. When I blushed

160 28 6
                                    

Cuma mau ingetin aja, jangan lupa vote dan kommen ya...

Kata-kata dari kalian walau hanya satu kata, atau satu huruf, itu berarti buatku... Hiks

Happy reading :)

Happy reading :)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ciee... Renjun suka lo katanya"

---

"SAID BABY, SAID BABY, SAID BABY."

Tanganku bergetar, refleks melemparkan jepit rambut dalam genggaman. Dua detik lalu aku meraihnya dari meja rias dan akan dipasang di kepala, namun suara nyanyian yang mirip teriakan orang tawuran itu menembak jantungku seketika.

"Orang gila, pagi-pagi nyanyi apa teriak sih?"

"WHAT YOU DOIN'? WHERE YOU AT?"

"Bodo, A'. Nggak peduli!"

"OH YOU GOT PLANS, DON'T SAY THAT."

"Berisiiiiik!"

"Yuhuu... Suara merdu ini sungguh membekas di kepala pendengar, Iyeaaah!!"

Tuhan, apa dosaku hingga harus memiliki kakak semacam orang hutan?

Segera, aku menyambar tas dari meja belajar. Kemudian berlari untuk melihat A' Baekhyun di kamar sebelah.

Mataku membola dengan kening berkerut dalam. Lihat, orangnya asik berjoget di atas tempat tidur. A' Baekhyun menghadap jendela besar di kamarnya, menjadikan remote televisi sebagai mic, bernyanyi (teriak) keras seolah tengah melakukan konser.

Melihat kelakuan A' Baekhyun yang sangat melewati batas kewajaran tingkah manusia normal, aku hanya bisa mengurut dada. Daripada lama-lama menyaksikan kakakku, aku mengambil langkah menuruni undakan tangga.

Di meja makan, Bunda tersenyum manis menyambutku. Beliau mengangsurkan tangannya, sengaja mencolek pipiku dengan lembut.

"Good morning, my family~~" Ayah datang menghampiri kami, lalu mengecup kening Bunda.

"Ayah iew... Masih pagi, malah mesra-mesraan."

"Dih, sirik ya, Blo!--" sentakku kepada A' Baekhyun yang tahu-tahu sudah menempati kursi kebesarannya di meja makan.

"Blo, apa? Bloon? Bunda lihat, Neng Inra ngatain anakmu bloon tuh. Pukul Bun, tampar, tendang, gorok saja, buang ke laut, jual ginjalnya."

"Blo for jomblo." singkatku.

"Oke sip, paham."

Bunda dan Ayah saling lempar pandangan sekilas, kemudian kembali menyiapkan sarapan. Mereka sudah terbiasa melihat perdebatan aneh kami, malah akan terasa lain jika meja makan tidak berisik.

"Idih, pake jepit tambut segala. Pasti mau pamer ya ke Yangyang--ups, atau Njun?"

"Apaan sih, A'?"

Annyeong Renjun [Completed]Where stories live. Discover now