CP. 2

564 155 28
                                    

Satar, sebuah kendaraan beroda dua dikendarai oleh Xyla menuju Ajelkies. Dia terlambat ke sekolah sementara Ettra terus saja mencecarnya lewat pesan yang muncul. Xyla terpaksa mematikan gadget berbentuk jam tangan di pergelangan tangannya agar fokus. Layar transaparan yang memunculkan rentetan pesan Ettra akhirnya menghilang.

Satar Xyla dia simpan berjejer dengan satar calon murid lain. Dia berlari menuju lobi, melewatinya dan melihat sebuah lapangan. Ratusan calon murid Ajelkies mulai berkumpul di lapangan terbuka yang dikelilingi oleh gedung tinggi sekolah Ajelkies. Xyla mencari barisan dengan acak. Tidak ada siapa pun di lapangan itu selain calon siswi dan siswa baru.

Ada seragam yang datang sehari kemarin yang harus dipakai calon siswa-siswi Ajelkies. Bukan hanya seragam, tetapi semua yang dibutuhkan. Di dalam kotak yang bertuliskan siswi di penutupnya berisi sepaket seragam lengkap. Jas abu-abu tua, kemeja lengan panjang berwarna putih, dasi pita abu-abu tua, rok rempel berwarna abu-abu tua yang panjangnya selutut, sepatu pantofel hitam, dan juga sepasang kaos kaki berkerah berwarna putih.

Semua calon murid yang berkumpul telah menggunakan pin perunggu di dada kanan jas. Pertanda bahwa mereka semua adalah calon murid baru. Barisan mereka rapi. Xyla terlambat jadi tidak tahu apa yang sebelumnya terjadi. Para panitia OSIS tak memunculkan diri satu pun. Apalagi guru.

Robot kupu-kupu warna-warni bertebaran beberapa meter di atas para calon murid. Xyla sampai mendongak takjub. Suara yang berasal dari atas gedung membuat perhatian semua murid teralihkan ke atas. Dalam waktu kurang dari satu menit, lapangan itu tertutup oleh atap buatan. Matahari yang tadinya menyinari lapangan tak bisa menembusnya lagi.

Seketika semua menjadi gelap, lalu menjadi terang. Langit-langit buatan itu memunculkan gambar galaksi dan bintang-bintang. Suara takjub para calon murid mengisi lapangan. Robot kupu-kupu memancarkan cahaya sesuai warnanya, beterbangan ke sana kemari jauh di atas jangkuan calon murid Ajelkies.

"Perkenalkan, saya Barry. Ketua OSIS Ajelkies yang sudah menjabat selama dua tahun." Suara bariton yang asalnya entah dari mana membuat para remaja perempuan kegirangan.

Di antara itu, Ettra sedang sibuk mencari-cari Xyla sambil terus mengumpat sampai yang di sampingnya terkejut. Dia menghubungi sahabatnya membabi buta. Sementara yang dicari sedang mencerna kata-kata sang ketua.

Langit yang tadinya bergambar angkasa berubah menjadi awan. Lampu-lampu mulai menyala dan menerangi lapangan itu seperti sinar matahari asli. Cahaya robot kupu-kupu kembali menghilang.

"Kalian adalah orang-orang terpilih. Seperti yang tertera dalam pemberitahuan bahwa jika kalian gagal melewati masa orientasi ini maka kalian tidak berhak menjadi siswa-siswi Ajelkies."

Mereka menghadap ke Timur dan tak ada yang mereka hadapi selain gedung yang hening. Xyla melihat sekeliling. Suara itu berasal dari mana-mana, yang rupanya dari pengeras suara yang ada di setiap sudut lapangan gedung atas dan bawah.

"Tempat orientasi berlangsung di tempat yang bernama Khorgari. Kalian lihat saja nanti seperti apa tempatnya. Untuk melewati daerah itu, harus pertim. Dari 300 orang akan dibagi menjadi 35 kelompok. 15 kelompok masing-masing 8 orang. Sementara kelompok lain masing-masing 9 orang."

Disaat yang lain sedang kegirangan, Xyla berdiri tegak menyembunyikan tangannya di balik punggung sembari mendongak serius.

"Robot kupu-kupu akan memilih kalian. Saat robot kupu-kupu mendekat, kalian ambil kotak kecil yang menempel di bawahnya. Jangan buka sebelum ada perintah. Paham?"

"PAHAM!"

Para robot kupu-kupu memunculkan cahaya saat turun menghampiri calon murid pilihannya. Xyla mendongak ketika robot kupu-kupu yang memancarkan cahaya merah mendatanginya. Tangan Xyla mengambil kotak yang ada di bawah robot itu. Ketika Xyla berhasil mengambilnya, pancaran cahaya robot kupu-kupu itu meredup lalu perlahan-lahan cahayanya mati, kemudian terbang memasuki gedung bersama robot kupu-kupu yang selesai dengan tugasnya.

Sudah pasti, ketua OSIS dan panitia lain sedang mengawasi calon murid baru Ajelkies di sebuah ruangan. Xyla memperhatikan sebuah kamera yang bersembunyi di atas pilar gedung.

"Sekarang buka kotaknya. Ada pin nama tim. Hanya nama tim." Sang ketua OSIS yang tak memunculkan diri itu menegaskan perkataannya. "Ada 35 pin yang berbeda, yaitu pin khusus untuk para ketua tim. Kalau yang kalian dapatkan di bawah nama timnya tertulis leader, berarti selamat. Kalian terpilih sebagai pemimpin, yang artinya tugas kalian akan lebih berat dua kali lipat dari yang lain."

Xyla membaca pin penanda yang dia dapatkan.

ZERO

(leader)

***

"Apa-apaan anak itu? Jika dia tahu sedang diawasi harusnya dia pura-pura tidak melihat kamera dan fokus dengan tugasnya." Zanna melepas headphone-nya. "Lihat tatapannya itu. Aku tidak menyukainya."

"Kau. Lagi-lagi hanya masalah ekspresi orang lain." Dorothy ikut membuka headphone-nya dan bangkit dari kursi. "Aku sudah selesai, kan? Aku akan mempersiapkan diri untuk ke ujung Khorgari." Dorothy melambai kepada puluhan panitia yang masih sibuk di dalam ruangan yang luas itu sebelum dia menutup pintu dengan keras.

Ruangan itu adalah ruang untuk mengawasi gerak-gerik setiap calon baru Ajelkies. Kamera pengawas yang terpasang di setiap sudut gedung sangat jernih dan mampu melihat wajah mereka dari jauh. Ketika mengambil gambar wajah, identitas mereka muncul di layar ruang itu. Poin akan otomatis bertambah ke bagian akhir data diri mereka. Para panitia orientasi memang ditugaskan untuk memberi poin khusus kepada calon-calon murid Ajelkies yang menarik dari segi sikap.

"Tim teknisi sudah siap, kan? Semua lift menuju Khorgari aman?" Barry bicara pada tim teknisi di ruangan lain lewat radio.

"Aman." Balas dari seberang. Barry beralih ke sambungan lain.

"Tim perlengkapan. Bersiap-siap. Sebentar lagi permainan dimulai." Barry mengalihkan pandangan dari tombol-tombol di hadapannya untuk kembali terhubung dengan calon murid Ajelkies.

Pandangannya tertuju pada layar monitor yang masih terjeda, menampilkan wajah datar Xyla yang seolah-olah sedang memandang ke arahnya.

Barry kembali menjalankan rekaman dan melihat barisan calon murid Ajelkies yang berbaris tak beraturan. Laki-laki itu tersenyum miring melihat ketidaksabaran mereka.

Apa ada yang bisa bertahan sampai akhir?

***

THE GAMEWo Geschichten leben. Entdecke jetzt