🍁My Depression Diary🍁 [LENGKAP✅]

🍁 [10] U l a n g T a h u n 🍁 ✅

Wajib putar lagu!👆

🎶🎶Hari ini, hari ulang tahunmu
Bertambah satu tahun usiamu
Ku doa'kan
Bahagia s'lalu untukmu
Tercapai s'gala cita-citamu🎶🎶

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

[Note: Harap Bijak dalam memilih bacaan!]

Bacanya pelan-pelan,
nggak usah buru-buru.
Jangan pernah lewatkan satu paragraf nasari atau dialog karena kalian bisa juga melewatkan satu info penting di sana atau pembelajaran.

Jika berkenan, beri komentar di setiap part:)

》》》》🍁HAPPY READING🍁《《《《

🍁 S E P U L U H 🍁

🍁🍁  U L A N G T A H U N  🍁🍁

"Nyatanya ulang tahun terindah akan ada, jika syukur yang mendahuluinya dan memenuhinya."
-Seseorang-

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Rumah itu terlihat kosong, bahkan tidak ada satupun kendaraan di garasi tadi. Ola hanya mengedikkan bahunya acuh, ia sudah tidak berharap lebih lagi. Semakin dia berharap, maka akan semakin parah sakit yang akan ia tanggung.

Gadis berkuncir itu melempar asal tasnya, ia membuang tubuhnya ke atas kasur, menghirup udara dalam-dalam seakan nanti ia tidak akan bisa menghirupnya lagi. Matanya terpejam, guna menetralisir rasa penat yang masih menyelimuti dirinya. Rasanya hari ini sangat melelahkan, padahal menjadi seorang pelajar sudah menjadi tanggung jawab dan  kewajibannya sejak bertahun-tahun lalu.

"Keras kepalaku sama dengan mu, caraku marah, caraku tersenyum. Seperti detak jantung yang bertaut, nyawaku nyala karena denganmu ...."

Gadis itu bersenandung sambil berjalan dengan santai memasuki kamar mandi. Suara gemericik air turut serta menjadi melodi untuk menemani lantunan suaranya. Beberapa menit kemudian Ola keluar dari kamar mandi dengan pakaian santai. Baju putih polos dan celana panjang berbahan kain.

Ola berjalan menuju meja belajarnya, mengambil sebuah kalender kecil dengan senyumnya yang merekah. Ia membulatkan sebuah tanggal di sana, tepatnya hari ini.

09 Oktober.

Ola lalu meraih kamera polaroidnya dan membidik kalender itu. Seperti biasa, setelah menuliskan tanggal di belakang hasil foto itu, ia menempelkannya di dinding. Sejenak ia menghela napas berat, memejamkan matanya, lalu kemudian ia memaksakan sebuah senyum untuk terbit di bibirnya.