55 - PAST

22.3K 4.4K 1.3K
                                    

╔╗╔═╦═╗╔╦╦╦══╗
║║║║║║║║║║╠╗╔╝
║╚╣╦║║╠╝║║║║║
╚═╩╩╩╩╩═╩═╝╚╝ ®ît@ñy

---------------------------------------------

Sumpah, seumur hidup aku belum pernah berlari secepat ini, mengerahkan seluruh tenagaku walau rasanya jantungku seperti diremas. Aku takut... sangat takut jika aku terlambat. Apabila Rengganis sampai... sampai... Aarrggg... membayangkannya saja sudah membuatku takut. Parahnya jika Raden Panji Kenengkung sampai tahu... MATI AKU.

Akhirnya rumah mulai terlihat, rasanya aku ingin berteriak tapi lebih baik aku gunakan sisa tenagaku untuk berlari, bahkan aku sudah mengangkat kain jarik yang aku gunakan sebisanya. Tata karma tidak penting lagi saat nyawa orang terancam karena kebodohanku. Aku lupa jika Rengganis itu sepuluh kali lipat lebih keras kepala daripada aku.

"Braaaaak," Berderap lalu membuka gerbang kayu yang tertutup dengan sekuat tenaga.

"RAGASAAAAA!!!" teriakku sekeras-kerasnya sambil berlari mencarinya. Lagian tumben dia tidak ada di pendopo depan.

"Ono opo Ayu? Ojo bengok-bengok, saru!!!" ucap Tejo yang sedang membawa peti entah berisi apa.

"Ragasa... mana RAGASAAAA?" melotot memandang sepupuku itu.

"Ckckck... Ora waras tenan!" menggeleng-gelengkan kepala lalu berlalu melewatiku begitu saja. Sialan...

Berbalik badan untuk menumpahkan kejengkelan menghadap sepupu yang... yang... Aaarrrgg "Tejo gend____"

"Kenapa kau berteriak tengah hari begini, Ayu?"

Suara berat Ragasa yang terdengar membuatku berbalik badan sekali lagi. Daripada berdebat dengan sepupu "semprul" lebih baik membantu Rengganis. Jujur jantungku agak tenang sekarang karena orang yang aku cari muncul sendiri.

"Syukurlah... cepat Ragasa tolong Rengganis!!!" ucapku sambil memegang tangannya.

"Haaah..." balasnya tak lupa melepaskan tanganku dari tangannya.

"Haduuuh... jangan haah... haah saja. Ayo cepat ikut aku. Tadi ada perampok dan Rengganis... Rengganis... aduh nanti saja aku ceritakan tapi sekarang cepat pergi menolong dia... Rengganis dalam bahaya!!!" ucapku kesal.

"RENGGANIS KENAPA AYU??? ADA APA???" suara Raden Panji Kenengkung yang menggelegar membuatku terperanjat sekaligus berbalik badan sekali lagi menghadapnya.

"____" Tak ada suara yang muncul dari mulutku entah karena kaget atau takut atau malah dua-duanya. Dia ini manusia atau jin, bisa-bisanya muncul tiba-tiba.

Mataku melebar ngeri walau masih mengerikan raut wajah Ndoro-ku itu. Tidak marah saja aku segan apalagi begini penampakannya. Menelan ludah yang entah mengapa rasanya tersangkut di tenggorokan... mati aku... dari semua orang yang ada di Tumapel, dia ini... hanya dia yaitu Raden Panji Kenengkung yang paling tidak ingin aku temui saat ini. Tidak sebelum Rengganis pulang dengan selamat... Dewata tolong hambamu ini.

"AYU, JAWAB AKU!!! ADA APA DENGAN RENGGANIS???"

"Itu... itu... anu... anu Ndoro... hmm... anu..."

"AYUUUU!!!" bentak Raden Panji Kenengkung keras.

Tersentak sekali lagi karena bentakan yang pertama kalinya aku dengar selama tujuh tahun aku bekerja di rumahnya "Kami memergoki perampokan dan Rengganis tidak mau pergi dari tempat itu. Dia meminta hamba pulang serta membawa Ragasa lalu kembali ke tempat itu. Ampu______ " ucapku tiba-tiba lancar tanpa hambatan karena bentakannya walau terpotong juga karena Ndoro-ku seperti marah... Oh, bukan marah tapi MURKA

SINGASARI, I'm Coming! (END)Where stories live. Discover now