Chap. 7 (Rencana)

809 66 11
                                    


Pagi tiba dengan cahaya sang mentari yang membentang tinggi. Membawa sebuah kehangatan bagi para makhluk hidup di bumi.

Kelopak mata terbuka secara perlahan, menampilkan netra merah delima yang sedikit meredup walau cahaya terang yang menghampirinya.

Merasa terusik dengan cahaya yang tembus dari korden jendela. Sang empu berusaha bangun dari tidurannya. Entah memang hari ini dingin atau tubuhnya memang merinding walau bisa di katakan keadaan di luar mulai menghangat.

Mengingat dia tadi malam tidak tidur di ranjang, akhirnya ia berarumsi bahwa ia masuk angin. Tapi tak ingin memikirkan hal tersebut, ia segera memasuki kamar mandi dan melaksanakan ritual paginya.

Jam dinding di kamarnya menampilkan sederet angka yang menunjuk pada pukul 06.30 artinya 30 menit lagi ia akan terlambat ke sekolah.

Setelah selesai melakukan semua kegiatan pribadinya, ia segera keluar dari kamarnya. Tapi sebelum dapat membuka pintu kamar, ia merasakan massa pintu yang lebih berat dari sebelumnya. Apakah pintunya makan sesuatu sampai bisa menambah berat badannya? Begitulah pikiran seorang Halilintar sebelum melihat sepenuhnya 2 makhluk yang tidur di depan pintu kamarnya dengan selimut dan bantal yang menemani tidur manis mereka.

Tanpa pikir panjang, Hali langsung melangkahkan kakinya melewati kedua makhluk tersebut yang tidak lain dan tidak bukan adalah saudara kembarnya, Taufan dan Gempa. Tak ingin membangunkan mereka juga tak ingin berurusan dengan ceramah mereka berdua, Hali memutuskan untuk menghindari semua orang untuk hari ini dan seterusnya. Karna jujur ia sangat benci dan kecewa akan suatu hal, yah anggap saja Hali badmood tingkat akut :v

Sesampainya turun dari tangga, Hali melihat saudara yang lainnya masih setia tidur di sofa. Menerawang seluruh ruangan Hali tak dapat melihat sosok yang paling di bencinya ada di tempat ini. Melewati semuanya, Hali memutuskan untuk berangkat ke sekolah sendirian.























"Hoaaammmm..." Taufan terbangun karena merasakan sesuatu menggrliat di perutnya. Dengan kesadaran yang belum senua terkumpul, Taufan kaget dengan kepala seseorang yang ada di setia di atas perutnya

"HUAAAAA...KUYANG!!!" Teriakan Taufan langsung mengundang sang pemilik kepala yang langsung kaget.

"HA? KUYANG!!! DI MANA?!" Sontak Taufan berhenti berteriak, sekarang ia malah malu, karena kepala yang di sebutnya kuyang adalah kepala adik kembarnya, Gempa yang bagian tubuhnya tertutup selimut.

Keduanya diam sesaat, sampai akhirnya "Hehe, nggak ada kuyang kok...Mimpi laknat tadi" Tawa garing Taufan hanya di tatap datar oleh. Sang adik. Setelah beberapa menit, mereka baru ingat bahwa tadi malam mereka sengaja duduk di depan pintu kamar sang kakak untuk merayu sang kakak, tapi akhirnya malah ketiduran dan Ice tanpa di suruh, membawakan mereka berdua selimut dan bantal untuk tidur di depan pintu.

Setelah lama berpikir, mereka tersentak ketika merasakan suasana yang sudah siang hari, segera mereka bergegas ke kamar masing - masing untuk bersiap siap ke sekolah. Tapi sebelum Gempa memasuki kamarnya, ia melihat kamar Blaze dan Ice yang kosong, di ikuti kamar Thorn dan Solar yang ikut kosong, pikiran Gempa mereka sudah berangkat lebih dulu ke sekolah, tapi pandangan Gempa terpaku pada 4 sosok yang masih tidur di ruang tamu dengan keadaan yang beragam. Bahkan mereka kelihatan seperti ikan sarden yang bertumpuk.

Taufan sudah selesai mandi di kamar mandi atas juga ikut melongo melihat pemandangan asburd di depannya, mau tidak mau mereka berdua harus kerja ekstra untuk membangunkan mereka ber 4.

Pertanyaan besar mereka berdua, apakah ini mimpi?


















Di lain tempat

ELEMENTAL DREAMS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang