-Chapter 23

1.7K 239 8
                                    

нαℓℓσ~ мιииα.

кєρα∂α кαℓιαи ѕємυα уαиg ѕєαиg мємвαςα вσσк ιиι мααf кαяєиα куυ нαяυѕ мє-яєνιѕι иуα.

тєяιмαкαѕιн✿ 

✿✿✿✿

"Maaf, aku terdengar seperti memaksamu."

Kedua sudut bibir itu tertarik keatas membentuk seulas senyum kecut. "Tidak apa-apa, Fushiguro. Aku akan memikirkannya terlebih dahulu sebelum memutuskan.." ujar (Name) sambil menggerakkan tangannya ke kanan dan ke kiri.

Terdengar helaan nafas berat dari lawan bicaranya, dapat (Name) lihat sirat kikuk diwajah tampan pria pemilik surai hitam jabrik itu.

"Aku benar-benar minta maaf" ulang Megumi sambil sedikit menundukkan kepala.

"..tidak masalah, tidak perlu meminta maaf seperti itu!" katanya.

Megumi kembali mengangkat kepalanya, melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 11.48 siang. Lalu berkata: "..aku akan pergi, ada beberapa urusan yang harus segera ditangani. Sekali lagi, aku minta maaf padamu, Tadashi."

(Name) mengangguk. "Iya, tidak apa. Terimakasih sudah menjengukku.."

Megum tersenyum tipis, dia segera berbalik dan berjalan keluar dari ruangan meninggalkan (Name) sendirian dengan pemikiran yang terus bertanya-tanya pada diri sendiri.

'Kenapa dia? aneh sekali..' batinya masih melihat pintu yang telah ditutup kembali oleh Megumi.

Pasalnya, sejak Megumi datang menjenguk gerak-gerik serta mimik wajahnya benar-benar membuat (Name) merasa janggal; seperti tengah menutupi sesuatu darinya.

---

(Name) mendengus, menonton dengan bosan acara anak-anak yang ditayangkan disalah-satu stasiun televisi. Tidak bisa dihitung sudah berapa kali wanita itu menghela nafas berat.

Ceklek

Suara pintu terbuka membuat (Name) segera mengalihkan atensinya dari televisi, tersenyum senang saat melihat wanita bersurai hijau gelap masuk sambil membawa keranjang berisi buah-buahan yang begitu segar, diikuti Keiji dibelakangnya.

"Tadashi, aku benar-benar merindukanmu.." beritahunya, memeluk tubuh wanita pemilik surai merah-muda itu dengan lembut dan dibalas baik oleh (Name).

"Aku juga merindukanmu.."

Keiji yang melihat interaksi antara keduanya tersenyum hangat, dia menutup secara perlahan pintu dan segera berjalan mendekati kedua wanita berbeda usia tersebut.

"Maaf, kemarin aku tidak bisa datang" beritahu Maki.

"Tidak apa-apa, kak" balasnya, dia melirik sekilas sulung Tadashi yang berdiri tepat dibelakang Maki.

"Tadashi, lihat —

"(Name) saja, kak" potong (Name) tiba-tiba membuat kedua insan itu terdiam

"Kenapa?" tanya Maki, menoleh; menatap penuh tanya kepada Keiji dengan kedua mata yang sedikit membulat. (Name) yang melihat hal tersebut tertawa membuat Maki serta Keiji kembali menatapnya.

"Kenapa tertawa?."

(Name) menggeleng sambil berusaha menghentikan tawanya, benar apa yang Kenichi bilang tentang hubungan antara Keiji dan Maki. Acting dua kekasih yang tengah berdiri dihadapannya benar-benar buruk seakan-akan tidak mengerti apa-apa.

Keiji akan tiba-tiba menjadi batu ketika berbohong. Seperti saat ini.

Maniknya menatap jahil Maki yang terlihat tersenyum kikuk. "Jangan menutupinya, acting kalian benar-benar buruk!" katanya sambil mengangkat sedikit alis.

"Ha? apa.. apa maksudmu?" tanya Keiji, wajah pria itu sudah sangat memerah.

"..aku sudah tahu kalian sedang dalam hubungan.. serius. Ya, sepertinya begitu~" beritahu (Name), menyandarkan punggungnya nyaman; memperhatikan perubahan mimik wajah dari dua orang tersebut secara bergantian.

Senyum jahil muncul dibibirnya, "kakak ipar?."

Blush!

"Ha? kau ada-ada saja, ahahaha.."

Plak!

Seketika tubuh (Name) merinding, seakan-akan tersengat oleh aliran listrik saat dengan tidak sengaja Maki memukul cukup kuat kakinya yang mengalami retak tulang.

"Jangan dipukul, kak!" ingatnya sambil meringis pelan, dahinya mengerut.

Keiji serta Maki panik, sulung Tadashi dengan cepat menekan tombol agar perawat segera datang untuk memeriksa keadaan kaki sang adik.

"Ah-! maaf, aku lupa.." ujar Maki, wajahnya menunjukkan raut merasa bersalah. Mengusap-usap perlahan punggung (Name); berniat untuk mencoba menenangkan wanita pemilik surai merah-muda tersebut.

---

"Sialan, kau!."

"Ha? kenapa tiba-tiba memaki begitu!?"

Satoru yang tengah bersiap-siap untuk menjemput Kenichi sontak menghentikan langkahnya, mengerutkan dahinya bingung serta penuh tanya saat tiba-tiba Megumi memakinya.

"Dengar ini! aku tidak mau menuruti perintahmu lagi."

"..apa maksudmu?" tanya Satoru.

"Masih bertanya? ah, sialan! jangan menyuruhku untuk menyampaikan permintaan maaf-mu pada Tadashi. Pengecut!."

Beep

Sambungan terputus sepihak, Satoru menatap layar ponselnya dengan kedua mata yang sedikit membulat. Dia sudah tahu apa yang dibicarakan oleh pria pemilik surai hitam jabrik itu.

"Pengecut?" gumam Satoru.

*
*
*
*

𝓣𝓸 𝓑𝓮 𝓒𝓸𝓷𝓽𝓲𝓷𝓾𝓮𝓭
﹏﹏﹏﹏﹏

𝓢𝓪𝓶𝓹𝓪𝓲 𝓭𝓲𝓼𝓲𝓷𝓲 𝓭𝓾𝓵𝓾 𝔂𝓪 𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝓲𝓷𝓲
𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓵𝓾𝓹𝓪 𝓥𝓸𝓶𝓮𝓷𝓽 𝓷𝔂𝓪 𝔂𝓪 
𝓢𝓮𝓮 𝓾

𝚁𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒 : 1 𝙹𝚊𝚗𝚞𝚊𝚛𝚒 2024

_________________________________________

Sesuatu janji, Double-up(⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ⁠✿⁠)

Ngomong-ngomong, makasih banget udah mau nungguin book sedikit aneh ini.

Terimakasih💗

𝙋𝙡𝙚𝙖𝙨𝙚, 𝙁𝙤𝙧𝙜𝙞𝙫𝙚 𝙢𝙚 | Gojo Satoru [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang