-Chapter 37

1.3K 192 29
                                    

нαℓℓσ~ мιииα.

кєρα∂α кαℓιαи ѕємυα уαиg ѕєαиg мємвαςα вσσк ιиι мααf кαяєиα куυ нαяυѕ мє-яєνιѕι иуα.

тєяιмαкαѕιн

✿✿✿✿

Dua hari berlalu.

Kenichi terlihat tengah membaca buku di ruang keluarga, sesekali tawa kecil terdengar yang membuat dua pipi berisi anak itu tampak sedikit memerah, sangat lucu.

"Sepertinya seru, sedang membaca apa, Ken?."

Tubuh Kenichi tersentak mendengar suara berat papanya, dia menoleh perlahan untuk menatap wajah Satoru dengan sirat takut-takut yang terlihat sangat jelas. Satoru yang melihat hal tersebut tersenyum kecut, merasa bersalah atas kejadian dua hari lalu.

Mengelus pucuk kepala putranya. Satoru berkata: "Lanjutkan membacanya, papa akan duduk disebelahmu."

Pria itu segera mendudukkan diri, merangkul bahu Kenichi membuat anak laki-laki itu terlihat tidak fokus untuk kembali membaca. Beberapa kali mata bermanik biru jernih itu melirik Satoru yang hanya memperhatikan.

"Ken, mama pulang!."

Suara (Name) berhasil membuat Kenichi terbebas dari sisi Satoru, dia segera melompat turun dari sofa meninggalkan buku cerita anak-anak serta Satoru yang ikut mengalihkan perhatiannya.

"Mama!" girang Kenichi, binar-binar terlihat dari kedua bola matanya. Kenichi cepat-cepat masuk kedalam dekapan hangat (Name), menyembunyikan wajahnya didada sang mama.

(Name) tertawa gemas, membawa Kenichi yang sekarang berada dalam gendongannya menuju dapur. "Ada kikufuku dan mochi untuk Ken.." beritahunya, lalu mengangkat dua buah paperbag.

Kepala kecil itu terangkat dari persembunyiannya, menatap paperbag tersebut dengan mata berbinar-binar. "Untuk, Ken? Yeaayyy~" seru Kenichi girang. Dia segera mengambil alih lalu mendekap paperbag tersebut.

"Punyaku?."

(Name) menoleh sekilas saat mendengar suara berat Satoru, lalu berjalan acuh tanpa mempedulikan pria albino tersebut.

---

Pukul 23.00 malam.

Satoru berjalan tenang menuju kamar wanitanya lalu mengetuk pintu sebanyak tiga kali. "Siapa?" sahut (Name) yang berada didalam, bersiap-siap untuk beristirahat.

"Ini aku, Gojo" jawab Satoru, dengan seulas senyum hangat yang tentunya tidak bisa dilihat oleh (Name). "Aku akan pergi minum bersama teman-temanku, kau tidurlah lebih dulu, (Name)" katanya memberitahu, menunggu jawaban dari (Name).

"Pergi saja, siapa juga yang akan menunggumu. Aku tidak pedulu kau pulang atau tidak!" balas (Name) terdengar begitu ketus, Satoru menghela nafas lalu bergumam kecil, dan segera melangkah menjauh.

10 menit setelah Satoru benar-benar pergi dari mansion, wanita pemilik surai merah-muda itu keluar dari kamar, memperhatikan sekeliling yang sepi lalu berjalan perlahan menuju kamar Satoru.

Menatap pintu kamar, dia tahu masuk kedalam ruangan seseorang sangat tidak sopan. Tapi, perasaan aneh dan rasa curiga benar-benar membuatnya terpaksa melakukannya.

Ceklek

Perlahan-lahan pintu itu terbuka, kedua maniknya tampak bergerak kekanan dan kekiri seakan tengah mencari sesuatu, matanya mulai berbinar saat menemukan benda pipih yang tergeletak diatas tempat tidur milik pria albino.

Menutup pintu kamar lalu segera berlari kecil, jari-jari lentiknya mengotak-atik ponsel pintar tersebut. Dahinya mengerut dalam saat tidak sengaja membuka aplikasi 'HowChat', satu kontak yang menurutnya mencurigakan karena sebuah pesan terakhir yang terakhir.

Kring Kring

Ponsel berwarna putih itu berdering, kontak yang bertuliskan 'Utahime' itu. Dengan perasaan mengganjal, ibu jarinya perlahan mulai menekan tombol hijau agar sambungan tersebut terhubung. Ragu-ragu dia mendekatkan ponsel ke telinganya.

"Hallo!."

'Suara anak kecil? Siapa ini?' batinya bertanya bingung.

"Hallo, apa ada orang disitu? Papa?."

Deg!

Kedua mata (Name) terbelalak cepat, jantungnya sekarang berhenti berdetak setelah mendengar yang diucapkan oleh anak kecil yang berada diseberang sambungan telepon.

"Hallo? Papa, apa papa ada disana?" ujarnya lagi, kali ini suaranya terdengar sedikit kesal karena tidak ada jawaban.

Wanita pemilik surai merah-muda masih terdiam, berusaha mencerna. 'Putrinya? Dia sudah menikah?' batinnya mengira-ngira, dadanya sesak membuat pandangan terasa panas.

"Papa, apa papa ada disana? Papa jawab, Kaori!."

(Name) mulai membuka mulutnya. "Siapa?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Ha? Ini siapa? Harusnya Kaori harus bertanya, kau siapa!? Kau memakai ponsel milik papaku! Aku bilang mama!" balas anak perempuan itu ketus, berhasil meruntuhkan pertahanannya.

Pandangannya mulai memburam karena air mata yang memupuk, suara pintu yang terbuka membuat perhatiannya teralihkan, maniknya tidak sengaja menatap manik biru jernih yang menyiratkan rasa terkejut.

"(Name)!?."

*
*
*
*

𝓣𝓸 𝓑𝓮 𝓒𝓸𝓷𝓽𝓲𝓷𝓾𝓮𝓭
﹏﹏﹏﹏﹏

𝓢𝓪𝓶𝓹𝓪𝓲 𝓭𝓲𝓼𝓲𝓷𝓲 𝓭𝓾𝓵𝓾 𝔂𝓪 𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝓲𝓷𝓲
𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓵𝓾𝓹𝓪 𝓥𝓸𝓶𝓮𝓷𝓽 𝓷𝔂𝓪 𝔂𝓪
𝓢𝓮𝓮 𝓾

𝚁𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒 : 17 𝙼𝚎𝚒 2024

______________________________________

Hallo~

𝙋𝙡𝙚𝙖𝙨𝙚, 𝙁𝙤𝙧𝙜𝙞𝙫𝙚 𝙢𝙚 | Gojo Satoru [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang