-Chapter 32

1.2K 190 0
                                    

нαℓℓσ~ мιииα.

кєρα∂α кαℓιαи ѕємυα уαиg ѕєαиg мємвαςα вσσк ιиι мααf кαяєиα куυ нαяυѕ мє-яєνιѕι иуα.

тєяιмαкαѕιн

✿✿✿✿

Ceklek

"Selamat pagi~!" sapa Satoru dari balik pintu kamar putranya, Kenichi yang melihat kemunculan ayahnya terlihat menunjukkan senyum lebar hingga memperlihatkan gigi susu yang tersusun rapi.

Kedua tangannya diangkat keudara, meminta untuk digendong oleh pria albino itu. Satoru tertawa kegirangan, berlari kecil lalu segera menggendong putra tampannya.

"Hup!."

"Hehehe.."

Kenichi tertawa saat pipi gembilnya terus dikecupi oleh Satoru, dua tangannya mendorong wajah Satoru membuat (Name) yang duduk diatas tempat tidur tampak mengulas senyum tipis.

"Papa akan pergi bekerja?" tanya Kenichi dan dibalas anggukan oleh Satoru. "Lalu, kapan Ken berangkat sekolah?" tanya anak itu lagi sambil sedikit memiringkan kepala bersurai putih. Tapi, kali ini dengan dahi yang mengernyit.

(Name) beranjak dari tempat tidur, mengaduk bubur tersebut. "Setelah Kenichi pulih, oke~" balasnya sambil menyuapkan sesendok bubur kedalam mulut kecil Kenichi.

"Jam berapa kau pulang?" tanya (Name) sambil masih tetap fokus menyuapi putranya bubur, melirik Satoru yang terlihat membuat wajah seakan-akan tengah berpikir dan diikuti oleh Kenichi. (Name) tertawa.

"Hmm, sepertinya tidak lama, mungkin sekitar jam 4 sampai 5 sore!" jawab girangnya, (Name) mangut-mangut sebagai respon atas balasan untuk pria albino itu.

Satoru memiringkan kepala dan lagi membuat Kenichi mengikuti apa yang dilakukan sang ayah. "Apa ada yang kau inginkan, (Name)?" tanyanya.

"Apa ada yang mama inginkan?."

(Name) tertawa dibuatnya, wanita pemilik surai merah-muda itu menggeleng kecil lalu menatap Satoru sambil menyunggingkan senyum. "Aku hanya bertanya.." beritahu (Name).

"Baiklah, kukira ada yang kau inginkan" katanya, mengelus surai halus calon istri dengan begitu lembut.

"HA!?."

(Name) serta Satoru sontak menoleh secara bersamaan, menatap sirat bingung pada putranya yang membulatkan matanya sambil menutup mulut menggunakan dua tangan; seakan-akan baru saja terkejut. Kenichi kenapa?.

"Ken, ada ap—

"Mama dan papa sudah berbaikan!?" tanya Kenichi terlihat penuh keantusiasan, kedua insan berbeda usia itu tertawa serentak saat mendengarnya.

"Betul sekali! Ken tahu, mama memaafkan papa dengan wajah malu-malunya, ahaha..!" beritahu Satoru diselingi tawa mengejek, manik biru jernihnya melirik (Name) yang sudah menunjukkan wajah sedikit kesal.

"Waa, benarkah!?."

"Iya—

"Kalau Ken mau tahu, papa juga menangis, wajahnya bertambah jelek!."

"Hei!."

Kenichi tertawa kencang, memenuhinya kamarnya. Memegangi perutnya yang mulai sakit karena melihat perkelahian 'Saling Mengejek' yang menurut anak laki-laki berusia 5 tahun sangat menyenangkan.

---

Esok hari.

Suhu tubuh Kenichi sudah kembali normal, dia terlihat begitu bersemangat karena akan berangkat sekolah bersama kedua orangtuanya.

Kenichi berlari dengan tas berwarna biru muda yang berada dipunggung. "Ken, jangan berlari!" peringat (Name) dan berhasil membuat langkah Kenichi terhenti, dia memeluk mamanya dan mendongak; tersenyum.

"Ayo, berangkat!" katanya semangat.

"Kita tunggu papa dul—

"Papa disini!."

Suara berat Satoru berhasil membuat keduanya menoleh, pria itu berlari kecil menuruni tangga lalu segera menggendong tubuh berisi putranya. "Ayo, berangkat!" serunya, berjalan tanpa menyadari (Name) yang lebih memilih mengekor.

Mobil melaju setelah keluarga kecil itu berada didalam, (Name) yang duduk tepat disebelah Satoru sedikit menoleh kebelakang, mengulas senyum gemas saat melihat Kenichi yang tengah membaca buku cerita mengenai hewan-hewan.

Tring Tring~

Suara ponsel (Name) berdering, wanita pemilik surai merah-muda itu mengambil benda pipih berwarna putih didalam tas selempang. Menatap bingung pada layar ponsel yang menyala.

"Siapa?" tanya Satoru.

"Kak Keiji."

Satoru mengangguk, (Name) segera menggeser tombol berwarna hijau. "Hallo, ada ap—

"Cieeee, yang sudah berbaikan~."

Dahi (Name) mengernyit saat yang didengarnya adalah suara Maki, wanita pemilik toko buku itu terdengar tertawa seakan tengah menggoda. Manik mata (Name) perlahan melirik Satoru.

Pria itu asik menyetir sambil sesekali menyenandungkan dengan kacamata hitam yang bertengger indah menutupi kedua matanya. 'Aku tahu ulah siapa ini..' batin (Name).

"Yasudah, selamat bersenang-senang. Kiw-kiw~."

Setelahnya, sambungan telepon diputus sepihak oleh Maki meninggalkan (Name) yang terdiam dengan seulas senyum kikuk yang terlihat begitu jelas. Satoru melirik, terbatuk pelan untuk menyadarkan wanita itu.

(Name) tersentak, memperhatikan sekeliling yang ternyata sudah tepat berada didepan gerbang taman kanak-kanak. "Eh, sudah sampai?" gumamnya lalu segera menyusul Satoru serta Kenichi.

"Teman-temanku sudah berkumpul! mama, papa ayo cium!" seru Kenichi, kedua kaki mungilnya tidak berhenti bergerak-gerak antusias. (Name) dan Satoru tersenyum gemas, membungkukkan tubuhnya.

Chuu~

Satu kecupan mendarat dimasing-masing pipi Kenichi dan sekelebat kilat Kenichi membalas kecupan yang baru diberikan oleh orangtuanya. "Ken sayang mama dan papa, dah~" katanya lalu berlari kecil mendekati teman-teman yang sudah berkumpul.

Kepalanya menoleh saat tiba-tiba merasakan tangan besar serta terasa hangat yang menggenggam tangannya, menatap Satoru penuh sirat tanya serta bingung membuat pria albino itu tertawa sedikit keras.

"Begini, tidak apa-apa, 'kan?" tanya Satoru, dua alisnya terangkat. (Name) diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya wanita berusia 23 tahun tersebut mengangguk kecil sebagai jawaban; senyum Satoru mengembang kesenangan.

*
*
*
*

𝓣𝓸 𝓑𝓮 𝓒𝓸𝓷𝓽𝓲𝓷𝓾𝓮𝓭
﹏﹏﹏﹏﹏

𝓢𝓪𝓶𝓹𝓪𝓲 𝓭𝓲𝓼𝓲𝓷𝓲 𝓭𝓾𝓵𝓾 𝔂𝓪 𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 𝓲𝓷𝓲
𝓙𝓪𝓷𝓰𝓪𝓷 𝓵𝓾𝓹𝓪 𝓥𝓸𝓶𝓮𝓷𝓽 𝓷𝔂𝓪 𝔂𝓪
𝓢𝓮𝓮 𝓾

𝚁𝚎𝚟𝚒𝚜𝚒 : 11 ᴀᴘʀɪʟ 2024

________________________________________

Hallo~
Minal'aidin wal faizin, minaa~
Gimana sehat-sehat, 'kaan?
Pada mudik gak, nih?

𝙋𝙡𝙚𝙖𝙨𝙚, 𝙁𝙤𝙧𝙜𝙞𝙫𝙚 𝙢𝙚 | Gojo Satoru [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang