Bab 28

13.5K 745 8
                                    

Happy Reading 💚

•••
°°°

"Alzam!" teriak Alisia yang melihat Alzam berlari menuju anak kecil yang sedang bermain Boneka Barbie di teras rumahnya, "Kamu jangan jauh dari Mama. Kalo kamu ilang bisa bahaya. Mama kurang tau daerah sini," tambahnya ketika sudah berhasil mengejar Alzam.

Sudah dua hari Alisia berada di Surabaya, lebih tepatnya di rumah neneknya Fathan. Namun, sekarang rumah tersebut ditinggali oleh Budhenya Fathan. Rumah yang tidak begitu luas, namun nyaman. Terletak di perumahan yang masih sedikit asri ditengah panasnya kota Surabaya. Budhe Hasna tidak menetap di rumah ini, hanya menempati seminggu sekali atau sebulan sekali. Hanya ada orang kepercayaan keluarga Fathan yang menempatinya.

Alisia menghubungi Budhe Hasna karena pengen liburan ke Surabaya. Dengan senang hati Budhe Hasna menyuruh Alisia menginap di rumah nenek Fathan. Tentu saja tidak kalah senangnya Alisia menerima dan berniat berlibur selama satu Minggu.

"Kamu mau tinggal di sini seterusnya juga nggak papa. Terbuka lebar untuk kamu dan Alzam," ungkap Budhe Hasna sumringah, karena baru pertama kali bertemu dengan Alisia dan Alzam.

"Suami aku nanti bisa uring-uringan dong, Budhe."

Iya, uring-uringan nyari istrinya yang minggat. Batin Alisia.

"Kamu izin nggak kalo mau ke sini?" Detak jantung Alisia langsung berhenti berdetak. Mulutnya seketika terkunci dengan rapat. Lidahnya kelu tidak bisa berbicara.

"Eh, u-udah kok, Budhe. Mas Fathan nanti nyusul ke sini," jawab Alisia gelagapan. Ia takut jika Budhenya akan memberitahu suaminya.

"Ya sudah, kamu istirahat dulu. Budhe mau ke tetangga sebentar, udah hampir satu bulan budhe nggak main ke sini," pamit Budhe Hasna mempersilahkan Alisia untuk beristirahat sejenak, karena Alisia baru sampai.

Sudah dua hari ini Alisia menonaktifkan ponselnya. Tidak menyentuh sama sekali benda pipih itu, bahkan hanya meletakkannya di atas nakas samping tempat tidur. Sebegitu menghindari suaminya, Alisia rela tidak berselancar di sosial media.

"Alzam ayo ikut Mama beli susu," ajak Alisia. Jarak minimarket memanglah dekat dengan rumah. Hanya perlu waktu 5 menit saja, berjalan kaki.

"Beli jajan banyak-banyak ya, Ma." Alzam sangat antusias sekali.

"Iya dong, kita habiskan uang papa untuk jajan."

Biarin duitnya habis, biar cewek kegatelan itu nggak ganggu lagi. Alisia membayangkan jika suaminya itu tidak mempunyai uang, maka perempuan gatel itu akan pergi ninggalin suaminya. Tidak akan mendekati atau berusaha untuk merebutnya.

"Siap, Mama."

"Budhe mau nitip?" tanya Alisia pada Budhe Hasna yang juga ada di sana. Budhe Hasna juga sudah mengetahui niat asli Alisia ke sini.

Ya sudah, budhe nggak akan menelpon suami kamu. Budhe nggak akan memberitahu siapa pun kalau kamu ada di sini. Ucap Budhe Hasna ketika Alisia memberitahu niatnya ke sini. Budhe Hasna juga menasihati Alisia terkait dengan masalah Alisia. Tidak membenarkan jika Alisia main kabur seperti ini. Namun, memang dasarnya Alisia keras kepala, Alisia tetep kekeuh dengan pendiriannya. Budhe Hasna hanya akan membantu sampai satu Minggu ke depan. Namun, jika dalam waktu kurang dari satu Minggu Fathan sudah menemukan Alisia. Berarti memang suami Alisia itu tidak akan tinggal diam.

Kamu tau kan kalau suami kamu itu banyak koneksinya? Kamu tau kan kalo Abang kamu juga kuliah di kota ini? Jadi, harus siap jika dalam waktu dekat, suami kamu udah berada di sini. Alisia lupa jika abangnya juga berada di kota ini.

Alisia (END)Where stories live. Discover now