Bab 39

9.6K 538 6
                                    

Happy Reading ❤️

•••
🐊🐊🐊

Alisia semakin pusing ketika melihat laki-laki dan perempuan di depannya itu adu mulut. Alisia memegangi perutnya yang sakitnya semakin terasa. Alisia yang sudah tidak kuat langsung menjatuhkan diri ke sofa yang ada di belakangnya.

Alisia berharap suaminya segera pulang, karena dirinya sudah tidak kuat. Namun, dari arah belakang kedua orang yang sedari tadi adu mulut, muncul Nadhir dengan wajah khawatirnya. Nadhir langsung menghampiri Alisia yang wajahnya sudah pucat.

"Bang Fathan mana?" tanya Nadhir sambil memegang pundak Alisia.

"Masih keluar beli makan. Bisa tolong usir mereka berdua?" Alisia meminta Nadhir untuk mengusir Ellen dan Pak Ilman.

Ya, kedua orang itu adalah Ellen dan Pak Ilman, dosen Alisia. Alisia masih belum bisa percaya atas apa yang tengah terjadi barusan. Keduanya sedang mencari Alzam. Apa maksud dari Semuanya? Alzam anak mereka atau hanya sebuah mimpi buruknya saja?

Ellen maupun Ilman  sama terkejutnya seperti Alisia. Ellen tidak menyangka jika Alzam adalah anak kandungnya. Bahkan, beberapa kali bertemu dengan Alzam, Ellen tidak pernah sadar. Padahal mereka bertemu pada jarak yang dekat. Yang membuat Ellen semakin tidak menyangka adalah kenapa harus Fathan yang menjadi ayah angkat anaknya. Betapa bodohnya dirinya dulu saat percaya dengan mantan mertuanya. Jikalau tidak dirinya tidak menuruti apa kata mertuanya, mungkin ia masih bisa membesarkan Alzam sekuat tenaganya. Mantan ibu mertuanya menyuruhnya untuk menaruh Alzam ketika baru lahir di panti asuhan. Jika tidak dituruti, mantan ibu mertuanya tidak segan-segan untuk membuatnya hidup sengsara. Memang dasarnya dia dulu masih labil, bagaimana tidak labil diumur yang masih belia harus menikah dan cerai. Saat cerai ternyata dirinya hamil dan masih menjadi seorang mahasiswa. Jadi, apa pun yang dikatakan oleh mantan ibu mertuanya dulu langsung ia turuti tanpa memikirkan akibatnya.

Ilman tidak percaya jika Alzam anak dari Alisia, mahasiswinya yang selama satu tahun terakhir berhasil menerobos dinding pertahanan dirinya. Sejak bercerai dengan Ellen dulu, Ilman tidak pernah jatuh cinta kepada wanita manapun. Namun, saat melihat Alisia, dirinya langsung jatuh cinta. Dan sekarang tidak menyangka jika anak kandungnya adalah anak angkat Alisia. Saat bertemu dengan Alisia saat sidang dan wisuda, ia tidak menyadari akan adanya Alzam. Ia baru tahu jika anaknya adalah Alzam ketika ia memaksa ibu Panti untuk jujur. Beberapa hari yang lalu ibunya jujur soal anaknya, dan ternyata anaknya dulu diserahkan ke panti asuhan oleh ibunya sendiri.

Ilman juga sempat kecewa dengan ibunya, begitu tega ibunya memisahkannya dengan sang anak. Bahkan, ibunya menutupi semuanya selama lima tahun. Selama itu pula, dirinya selalu menyalahkan mantan istrinya. Karena selama ini tidak pernah bisa melihat wajah sang anak, buah hatinya. Ibunya memang tidak suka dengan Ellen dari awal mereka bertemu. Bahkan, untuk memberi restu saja ibunya tidak mau. Namun, Ayahnya yang selalu mendukung keputusannya membuat dirinya yakin untuk menikah dengan Ellen. Meskipun pernikahan mereka tidak bertahan lama.

"Al, izinkan saya bertemu dengan Alzam," pinta Pak Ilman dengan wajah memelas.

"Kami ingin bertemu dengan Alzam. Tolonglah kamu jangan egois, Al!" sambung Ellen tetap dengan nada angkuhnya.

Alisia tidak menyangka jika Ellen malah menyalahkannya. Padahal, jelas-jelas dirinya yang salah, masuk ke ruangan orang tanpa izin dan marah-marah. Memakinya tanpa ada sopan santunnya sama sekali. Dan sekarang malah mengatainya egois, di mana hati nurani perempuan di depannya ini. Apakah digadaikan atau memang tidak mempunyai harga diri?

"Saya egois? Nggak punya kaca anda, di sini siapa yang egois? Anda!" maki Alisia pada Ellen karena sudah tidak tahan, tentu saja Alisia menahan sakit perutnya yang semakin kuat.

Alisia (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ