63. Perusuh

189 7 0
                                    

"Nggak!!" Teriak orang dibelakang Devano membuat Reina maupun Devano terkejut.

"Lo nggak bisa bersama Reina lagi. Sekarang dia milik gue! Lo nggak berhak ngatur-ngatur dia, Lo sekarang bukan siapa-siapanya Reina." Lanjutnya

"Anjir Lo ngapain disini curut?!" Gerutu Reina yang masih di pelukan Devano, namun Devano langsung menurunkan Reina lalu berbalik menatap orang yang menentangnya.

"Kenapa Lo bisa masuk kesini?" Tanya Devano

"Anu ini bang, ini nih si Kevin katanya tadi pengin banget masuk. Terus Reina tadi juga udah kasih tau pin pintu kamar Abang. Tapi kita mau keluar sekarang ko. Selamat menikmati waktu berdua hehe." Jawab Aldebaran dengan sedikit mendorong badan Kevin. Yap, yang barusaja berteriak itu adalah Kevin.

"Cepet keluar bego. Mau dibogem bang Devano Lo?" Bisik Aldebaran ditelinga Kevin.

"Gue mau tetap disini sama Reina. Sayang sini sama aku, jangan sama cowo nggak bener itu." Ujar Kevin dan Reina langsung menghampirinya.

"Rei, kamu kenapa sama dia?!" Pekik Devano

Reina tidak menjawab pertanyaan Devano dan ia sudah berdiri didepan Kevin. Menatap wajah pria didepannya lalu...

"Aduh aduh aduh. Shh sayang sakit, jangan cubit cubit sekarang. Nanti aja dirumah kita yang nggak ada orang, biar cuma kita berdua. Kasian nanti yang jomblo iri." Seru Kevin yang baru saja mendapatkan cubitan maut dari Reina di pinggangnya.

"Ngomong gitu sekali lagi, gue gorok leher Lo." Kata Reina sembari mengusap leher Kevin.

"Ampun Rei, iya gue nggak ngomong gitu lagi ko. Sumpah deh demi Reina sekarang gue pasti langsung turutin permintaan Lo. Tapi jangan potong leher gue nanti cewe cewe nggak ada yang mau sama gue kalau kepala sama badan gue pisah."

"Al temen Lo nyebelin banget tau nggak. Males gue sama dia." Seru Reina menghampiri Aldebaran

"Yaudah tinggalin dia sendiri aja Rei. Gue juga udah males sama dia. Biarin dia jadi orang gila karena nggak punya sahabat kayak kita." Balas Aldebaran menatap Kevin mengejek.

"Dasar setan, jangan dengerin dia Rei. Nanti Lo sesat. Mending Lo sama gue aja, jangan mau sama setan kayak dia." Sergas Kevin menarik tangan Reina menjadi disampingnya.

"Eh enak aja Lo,Reina pasti milih gue lah. Secara gue pernah hadir dihati dia, gue itu perlakuin dia dengan baik, dan yang paling penting gue lindungi dia dari curut kayak Lo." Seru Aldebaran menarik Reina dan menjadikan Reina disampingnya lagi.

"Gue juga perlakuin dia dengan baik ko, gue selalu ada buat dia dari waktu pertama kali ketemu sampai sekarang gue nggak pernah tinggalin dia. Sedangkan Lo pernah ninggalin dia dan lebih parahnya lagi Lo PHP-in dia." Balas Kevin tidak mau kalah.

"Heh! Waktu itu gue kerasukan setan jadinya gue tinggalin Reina. Lo juga pernah tinggalin dia satu bulan yang lalu karena Lo mikir Reina nggak percaya sama apa yang Lo bicarakan tentang Alya. Iya kan? Apa gue salah?" Balas Aldebaran detail.

"Setan ko kerasukan setan. Banyak alasan bangs__"

Plak
Plak

Kevin dan Aldebaran mendapatkan satu tamparan masing-masing di pipi kiri.

"Kenapa Lo tampar gue Rei? Seharusnya cuma Kevin yang ditampar."

"Lo berdua kebanyakan bacot bangsat."

"Reina?!" Terdengar suara berat dari belakang Reina.

Karena kedua sahabatnya ini, Reina jadi lupa kalau ada Devano. Bahkan sekarang Devano menatap dirinya datar.

"Omongan kamu kenapa jadi kasar gitu? Siapa yang ngajarin?" Tanya Devano

"Kevin." Terdengar dua suara dan pemiliknya adalah Reina dan Aldebaran yang menjawab bersamaan.

"Lah ko jadi gue anjing?!"

"Tuh kan dia kalau ngomong pasti selalu keluar kata-kata kasar, kan aku jadi ikutan ngomong kasar." Seru Reina yang akan menghampiri Devano

"Kalian bisa pergi dari sini nggak? Gue mau berdua sama Reina." Nada suara Devano sangat datar bahkan ia seperti sedang menahan amarahnya.

"Nggak bisa gitu dong. Gue kesini kan mau bawa Reina pergi, ko Lo malah ngusir kita? Lo bukan siapa-siapa dia sekarang." Tolak Kevin

"Pergi sekarang atau gue buat Lo masuk rumah sakit!!" Bentak Devano membuat semuanya terdiam dan Reina langsung berhenti melangkah.

"Ck iya iya ini juga mau pergi anjir. Nggak perlu bentak bentak bisakan? Reina jadi ketakutan bangsat." Cibir Kevin melangkah pergi meninggalkan kamar Devano.

"Rei hati-hati ya. Kalau ada apa-apa hubungi gue." Ujar Aldebaran lalu ikut pergi meninggalkan Devano dan Reina yang perlahan juga melangkahkan kakinya mundur menjauh dari Devano.

Sedangkan Devano tersadar setelah ucapan Kevin dan bergerak mendekati Reina.

"Rei maaf aku tadi kelepasan. Aku mau berdua sama kamu tanpa ada yang ganggu. Aku terlalu takut kehilangan kamu, nanti kalau kamu di dekat mereka terus, lama-lama kamu suka mereka dan ninggalin aku gimana. Aku nggak mau itu terjadi. Maafin aku" Lirih Devano

Reina menggeleng pelan "aku pikir kamu bisa merubah sikap kamu setelah aku pergi. Aku kira kamu sekarang jadi lebih baik setelah aku pergi. Aku pikir kamu udah bisa ngendaliin emosi kamu. Apa semua yang aku pikirkan salah?" Ucap Reina masih melangkah mundur.

"Aku cuma mau sama kamu aja Rei. Sejak ada mereka kamu nggak ingat aku, aku nggak mau kalau aku diabaikan kamu Rei, tolong ngertiin aku. Mereka berdua seperti sayang kamu, aku nggak mau kamu direbut orang lain. Kamu cuma milik aku by!!" Devano sedikit meninggikan nada bicaranya di kalimat terakhir.

Reina yang kembali mendengar suara Devano meninggi pun membalikkan badan dan mulai berlari. Namun langkahnya kalah cepat dengan Devano.

Devano langsung memeluk tubuh Reina dari belakang dengan erat. Ia mencoba menghentikan Reina yang memberontak dalam pelukannya.

"Devan lepas!! Jangan dekat dekat, kamu nggak bisa berubah menjadi lebih baik buat aku Devan. Aku semakin takut sama kamu."

"Maaf. Maafin aku Rei, aku cuma mau kamu jadi milik aku. Jadi tolong jangan takut sama aku. Aku janji akan berubah menjadi lebih baik demi kamu. Beri aku waktu Reina, asalkan kamu jangan pergi dari hidup aku."

"Terserah kamu Devan. Aku nggak peduli, sekarang lepasin aku."

Bukannya melepaskan pelukannya, Devano malah mengangkat tubuh Reina seperti karung beras lalu membaringkannya di kasur miliknya.

"Tidur. Pasti capek banget kan?" Tanya Devano yang ikut berbaring dan memeluk tubuh Reina lagi.

Reina hanya menggelengkan kepalanya yang terbenam di dada bidang Devano.

Devano sedikit memundurkan badannya dan menatap Reina. "Kenapa, hm?" Tanya Devano sembari mengusap lembut pipi Reina.

"Jangan apa-apain aku ya? Kalau kamu buat aneh-aneh aku langsung pergi dari sini bahkan aku akan pergi dari hidup kamu." Jawab Reina membuat Devano terkekeh

"Iya aku nggak akan apa-apain kamu. Aku nggak akan apa-apain kamu sebelum nikah. Mana mungkin aku berbuat aneh-aneh ke pacar aku yang super duper baik ini." Sahut Devano membuat Reina terdiam lalu langsung membenamkan kembali wajahnya di dada Devano.

"Rei kamu nangis? Kamu kenapa? Ada kata-kataku yang salah? Maaf sayang." Panik Devano saat merasakan baju bagian depannya basah.

"Ak-aku cuma senang bisa sama kamu lagi ko. Kamu nggak salah jadi jangan minta maaf. Aku ngantuk, aku mau tidur, jangan dibahas lagi." Ujar Reina dan Devano mengangguk lalu mengusap pelan rambut Reina hingga terdengar dengkuran halus dari Reina.

"Makasih udah maafin aku, makasih udah mau kembali ke aku, makasih untuk semua yang kamu lakukan ke aku. Aku cinta kamu Reina." Lirih Devano mengecup puncak rambut Reina lalu bangkit dari posisi tidurnya dan melangkah ke sebuah sofa. Dan akhirnya Devano tidur di sofa kamar.

Jangan lupa vote dan komen part ini 💙

REINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang