01. YARA KANGEN....

419 33 1
                                    

      Ayyara gadis itu syok berat karena tiba-tiba saja lemon tea yang ada diatas meja kini tumpah diatas kepalanya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan....

"ANAM!" seru Ayyara murka.

"Apa? gak terima kan lo?" Anam dengan santainya menatap Ayyara yang sudah menatapnya dengan tajam seolah-olah ingin memakannya hidup-hidup.

"Kurang ajar ya lo!" Ayyara hendak melayangkan tamparan kepada Anam, namun dengan cepat Anam menahan tangan Ayyara.

"Lo aja gak suka diginiin, apalagi korban bully lo. Stop negbully orang! semua kelakuan lo bikin gue muak tau gak?! Kenapa sih orang kayak lo lahir ke dunia ini?" ucap Anam menusuk tepat ke jantung Ayyara.

"Lo gak berhak ngomong kayak gitu ke gue, anjing! tau apa lo tentang gue, hah?!" Ayyara menarik kerah baju Anam dengan mata berkaca-kaca.

Anam menghempaskan tangan Ayyara dari kerah bajunya. "Yang gue tau lo itu cewek paling sialan yang pernah gue liat!" setelah berkata demikian Anam melangkah pergi.

Orang-orang yang di kantin tampak tidak perduli dengan Ayyara yang mematung seorang diri dengan keadaan berantakan. Mereka justru tampak senang karena akhirnya ada yang membalaskan dendam mereka ke Ayyara.

"NGAPAIN LO SEMUA NGELIATIN GUE?!" Ayyara dengan nafas yang memburu melangkah pergi meninggalkan kerumunan. Gadis itu berlari ke arah belakang sekolah yang sepi.

Menjatuhkan tubuhnya di kursi tua yang sudah lama tidak terpakai. Jarang sekali ada orang yang datang ke taman belakang ini, sebab itu tempat ini menjadi tempat favorit Ayyara di sekolah.

Gadis itu mulai terisak, bukan karena ulah Anam yang menyiram rambutnya, tapi karena ucapan Anam yang mempertanyakan kenapa orang seperti nya ada di dunia ini.

Kalau bisa memilih, Ayyara juga tidak ingin lahir ke dunia ini. Ke dunia yang isinya orang-orang kejam yang membencinya.

"Itu bukannya adek lo ya, Ar?"

Ayyara refleks menoleh pada asal suara dibelakangnya, matanya bertatapan langsung dengan sang kakak yang menatapnya dengan datar.

"Biarin aja." ucap Arya acuh tak acuh dan memilih untuk lanjut merokok bersama teman-temannya.

Ayyara beranjak dari tempat duduknya, gadis itu menghampiri Arya dan merampas rokok yang sedang dihisap Arya lalu meremasnya hingga hancur, tidak peduli jika tangannya akan terluka karena rokok yang masih menyala.

Plak!

"Bisa gak lo gak ikut campur urusan gue!" bentak Arya melayangkan tamparan keras kepada Ayyara.

"Ar sabar woy! dia adek lo." ucap Agung mencoba untuk melerai pertikaian saudara kandung itu.

"Gue cuma gak suka lo ngerokok." ucap Ayyara pelan, namun masih dapat didengar oleh Arya.

"Gue mau ngerokok, mabok, balapan atau apapun itu terserah gue! lo gak ada hak ngatur-ngatur! lagian sebelum urusin hidup gue, urus dulu hidup lo sana." Arya mendorong tubuh Ayyara lalu pergi begitu saja.

Teman-teman Arya menatap Ayyara dengan tatapan iba, namun mereka juga tidak tahu harus berbuat apa.





•••



Ayyara melangkah dengan gontai masuk kedalam rumahnya. Pukul 21:00 malam, ia baru tiba dirumah. Sengaja, biar tidak bertemu keluarganya.

Tapi, ia salah. Di ruang tamu Ayah nya sudah berdiri menyambut kedatangannya. Bukan pelukan atau sambutan yang hangat, Ayyara langsung mendapatkan tamparan. Dua kali hari ini ia ditampar oleh dua pria yang diharapkannya bisa menjadi pelindung.

"Anak kurang ajar! kalau tidak mau sekolah harusnya kamu bilang! jadi, saya tidak membuang-buang uang untuk menyekolahkan anak tidak berguna seperti kamu, Ayyara! kamu pikir membully orang itu hebat?! yang saya mau itu prestasi, Ayyara! prestasiiii!" Dimas tampak sangat emosi dengan menatap wajah anak perempuannya itu.

"Maafin Ayyara, Yah..."

Plak!

Plak!

PLAK!

Tamparan terakhir Ayyara sudah tidak mampu menahan kakinya untuk tetap berdiri, tubuhnya jatuh dan tepat saat itu juga Arya pulang.

Arya menatap sang Ayah dan adiknya yang jatuh dilantai tepat dibawah kakinya.

"Jangan pukul dia disini, berisik!" sinis Arya lalu pergi begitu saja tanpa peduli isak tangis sang adik yang meminta pertolongannya.

"Ikut saya!" rambut Ayyara ditarik dan dibawa ke gudang belakang rumah.

Pihak sekolah pasti menelepon Ayah nya sehingga Ayah nya malam ini begitu marah kepadanya. Dan pasti ini semua usulan Anam untuk memanggil orang tua Ayyara agar bisa melindungi Anye, pacarnya yang dibully oleh Ayyara.

Enak ya jadi Anye.

Ada yang melindungi walaupun hanya satu orang.

Dengan tubuh babak belur, Ayyara melangkah keluar dari gudang. Matanya yang bengkak karena berkali-kali ditonjok sang Ayah membuat air mata Ayyara tidak mampu menetes lagi.

Saat akan membuka pintu kamarnya, pintu kamar Arya yang berada tepat disamping kamarnya terbuka.

"Bang...bisa obatin luka gue gak?" tanya Ayyara.

"Urus diri lo sendiri, gue sibuk!" Arya pergi begitu saja setelah mengunci kamarnya. Cowok itu pasti akan pergi balapan atau kalau tidak clubbing.

Ayyara menghela nafas berat lalu masuk kedalam kamarnya. Ia menaruh tasnya asal dan langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

"Bunda.....Yara kangen."




Ayyara Where stories live. Discover now