. 11

136 25 5
                                    

Jace menatap horor ke arah Ren, diam diam mungkin sebenarnya Ren lapar, namun gengsi untuk bilang padanya. Percayalah, sudah berapa porsi makanan yang Ren habiskan seorang diri. Mungkin begitu Rio bangun, dia akan langsung memainkan pipi berisi Ren itu. Ren yang sedari fokus makan merasa sedikit terusik karena merasa diperhatikan, ternyata benar, diam diam Jace memotret nya, untuk apa coba dia melakukan nya.

" Ngapain lu foto foto gw "
Jace yang baru akan mengarahkan kembali kameranya ke arah Ren segera menyembunyikan ponselnya.

" Buat nanti gw tunjukkin ke Rio "
Ren yang baru kembali asik pada makanan nya kini kembali berhenti dan memikirkan kata kata Jace. Benar juga, bagaimana keadaan Rio saat ini? Dia memang belum lama pergi ke kantin rumah sakit, tapi rasanya sudah cukup lama meninggalkan suaminya itu.

Tapi dia tidak terlalu khawatir, di depan ruangan itu ada Naren, Juna, dan juga Samudra yang menjaga ruangan Rio. Jace orang yang sering mengikuti, mengawasi, bahkan hampir seperti bodyguard untuk Ren, karena itu Ren lebih memilih kemanapun bersama Jace, karena dia lebih dekat dengan gadis itu, ketimbang sahabat suaminya yang lain.

Sahabatnya sendiri? Mereka tidak bisa datang ke rumah sakit, mereka juga sibuk mengurusi urusan mereka sendiri. Ren bersyukur, karena sahabat suaminya bekerja di satu perusahaan yang sama, sehingga mereka bisa meluangkan waktu bersama demi Rio. Korban selamat dari kecelakaan itu ada sekitar 25%, sungguh angka yang sudah cukup besar untuk korban selamat di sebuah kecelakaan pesawat yang kemungkinan korban selamat nya saja tak ada.

Ren berharap, Rio benar benar bertahan, bukan hanya menunda kepergian yang tidak akan pernah dia terima. Biar bagaimanapun, dia masih memerlukan Rio dalam hidupnya. Setelah menghabiskan jatah makannya itu, Jace mengajak Ren ke supermarket terdekat. Sekedar membeli camilan atau hal lain yang dapat menghibur nya dari kejadian ini.

" Lu mau beliin sesuatu buat Rio juga ? "

" Gw mau beliin dia seaweed, biasanya kalau lagi sakit, gw bikinin dia nasi kepal biasa, habis itu dia pasti sembuh lagi.. "

" Iya, gw yakin dia bakal segera sembuh "
Senyum tipis Ren mulai terukir, ya, bukan hanya dia yang berharap Rio kembali sadar, tapi banyak orang.

                             — Twilight —

Jace dan Ren berjalan santai ke arah ruangan Rio, di depan ruangan itu baik Naren, Samudra, maupun Juna sudah tak ada di sana. Mungkin mereka ke kantin atau ke taman rumah sakit, tidak mungkin mereka pergi jauh kan? Berbeda dengan Jace, jelas firasat Ren mengatakan ada sesuatu yang terjadi pada Rio, segera dia berlari ke ruangan khusus tersebut. Dan benar saja, Rio tak ada di ruangan nya.

" Jace ! Rio gak ada di kamarnya ! "

" Ha ?! Gak bercanda kan lu ? "

Tak menjawab pertanyaan Jace, Ren lebih memilih mencari Rio. Dia tak ingin hal buruk terjadi lagi pada Rio, cukup kecelakaan tadi, jangan lagi bertambah. Jace jelas tak tinggal diam, dia juga membantu Ren mencari Rio. Sesekali tangan nya yang kosong itu mencoba menelepon sahabat nya yang lain, menanyakan kabar Rio. Tapi tak ada satu pun dari mereka yang ponsel nya aktif.

Meskipun tangan nya kesusahan karena membawa barang belanjaan tadi, Jace tetap bisa bergerak kesana kemari mengikuti Ren yang sudah berjalan lebih dulu darinya. Pikiran Ren lagi lagi di landa pikiran yang tidak tidak, bagaimana dia bisa tenang sementara suaminya yang baru di tinggal beberapa jam yang lalu itu kini sudah tak ada di ruangan nya.

" Lu dimana sih.. gak kasian sama gw apa ? "

" Ren, ke resepsionis dulu yuk.. kita tanyain, kali aja dia tau, duh pegel "
Baru setelah Jace memberikan ide nya itu, akhirnya Ren bisa sedikit berfikir jernih soal keberadaan suaminya.

Twilight [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang