. 13

145 26 14
                                    

Hari ini Rio akan pulang ke rumah setelah dirawat beberapa hari, Ren? Ren sedang merapihkan barang barang Rio yang akan dibawa pulang. Kebetulan sekali luka Rio sudah baikan, meskipun luka di punggung nya masih meninggalkan bekas nya, tapi tenang saja lukanya akan perlahan hilang bila di obati. Sembari menunggu Ren selesai, Rio memutuskan untuk menanyakan suatu hal. Dia teringat beberapa kali Ren sempat ingin mengatakan sesuatu tapi selalu dipotong atau terpotong suatu hal.

" dek.. sebenernya kamu mau bilang apa dari beberapa hari belakangan gak jadi terus ngomong nya "
Ren yang sedang merapihkan barang barang Rio itu melirik sekilas ke arah suaminya.

" eum.. itu, aku udah siap punya bayi dirumah mas "
Rio yang mendengar itu jelas sangat senang, saking senangnya dia sampai turun dari ranjangnya dan memeluk Ren erat erat.

" makasih ya sayang ! gak tau lagi, aku seseneng ini kamu mau kabulin mimpi kita "

" eh ngomongin itu, aku jadi keingetan sama sesuatu deh "

Rio dan Ren sama sama diam berfikir, apakah mereka sama sama teringat kejadian yang sama? Ini baru saja terjadi sekitar 2 tahun yang lalu. Saat mereka masih dekat sebagai teman satu apartemen. Mari kita kembali ke zaman muda Rio dan Ren yang masih sama sama belum terlalu yakin soal perasaan mereka masing-masing.

Flashback

" gw mau ke sana Ri.. plis "
Ren yang jarang sekali merengek itu, pertama kalinya merengek dengan sangat pada Rio.

" apa bagus nya tempat itu sih Ren, heran gw sama cara pikir lu "

" lu yang bego apa gimana sih ! tau ah, gw gak mau baikan soal masalah kemarin kalau lu gak mau anterin gw ke sana ! mau lu rengek, atau lu sampe sujud sujud pun, gak sudi gw maafin lu ! bye ! "

Ren mulai kehabisan kesabaran, padahal kemarin yang memulai permasalahan juga Rio, tapi kenapa ketika di beri solusi untuk berbaikan dia malah menolaknya. Rio sering kali seperti ini, jelas itu membuat Ren kesal. Bahkan mulai muak kalau boleh jujur, padahal Rio lebih tua darinya, tapi terkadang sikap nya tidak sedewasa usia nya. Ini kah yang di namakan dewasa tak memandang umur?

Rio melihat kepergian Ren kembali ke kamarnya. Mereka seperti sudah menjadi suami istri yang kebetulan sedang di landa masalah, hingga harus pisah ranjang. Kalau boleh Rio akui, dia sendiri juga bingung kenapa dia sangat kekanak-kanakan seperti ini. Apalagi dia seperti itu pada sahabat dekatnya, Ren. Dia tahu Ren orang yang mudah risih, apa Rio tak ingat point penting itu?

Ya kalau boleh Rio akui, saat ini dia sedang di ego nya. Dia jelas tidak menerima cara Ren untuk mengajaknya berbaikan, dengan menemani Ren seharian di panti asuhan. Ayolah, Rio bukan pria manis yang bisa luluh hanya karena anak kecil, bahkan bisa dibilang dia bisa saja langsung marah hanya karena anak kecil. Jelas dia menolaknya, menghindari emosi yang meledak-ledak pada dirinya sendiri.

Namun, entahlah.. setelah Ren pergi dan mengatakan kalimat tadi, semua terasa seperti benar benar salah. Seharusnya Rio menerima cara Ren untuk berbaikan dengan nya, bukan nya seperti itu. Karena merasa bersalah, Rio menghela nafasnya, dan segera menelepon pihak agensi. Dia mengeraskan suaranya agar Ren yang sedang dikamarnya pun dapat mendengarnya.

" iya, tolong kosongkan jadwal selama 3 hari ke depan, saya ada urusan. terima kasih "

" lu mau kemana ? "
Rio segera berbalik mendengar suara Ren yang ternyata tergerak keluar kamar setelah mendengar percakapan singkat Rio dan staf agensi lain.

" gw mau ambil cuti, besok kita ke panti asuhan yang lu mau itu "

" serius ?! "

" iya sayang, serius "
Mata Ren jelas menggambarkan kebahagiaan.

Twilight [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang