Chapter 17-suatu jebakan

1.4K 296 53
                                    

~Happy Reading~

Drap drap!

"Asahi!" Sepasang kaki pendek dari putra Watanabe ke-2 tengah berlarian menyusuri sepanjang koridor kastil guna mengejar si adik yang bersurai blonde itu.

Merasa namanya terus terpanggil, pemuda ini menghentikan langkahnya untuk menoleh ke belakang.

"Ada apa?"

Mashiho mengatur nafas sejenak, "kau akan kemana?"

"Mencari angin di luar"

"Malam-malam seperti ini?"

Asahi mengangguk, "ya"

"Ada yang ingin ku katakan ... Besok jasad Yoshi akan sampai kemari"

"Sudah ditemukan? Apakah pemakaman akan diadakan besok?"

"Benar"

Asahi menepuk-nepuk bahu sang kakak, "terima kasih untuk informasinya. Sekarang kembalilah ke kamar mu, kakak harus tidur agar cepat tinggi" setelah mengucapkan kata terakhir, secepatnya ia berlari menyingkir dari hadapan Mashiho yang hendak melempar sepatunya.

Asahi tertawa terbahak-bahak mendengar kakaknya mengeluarkan berbagai macam sumpah serapah.



Mencari angin? Di malam yang dingin seperti ini?

Semua itu hanyalah bualan Asahi. Membual agar dapat menemui Haruto, dia ingin berbincang sebentar dengan adiknya selaku pelaku pembunuhan si Watanabe sulung.

Tempat pertama yang dia datangi adalah rumah kayu di tengah bukit itu.

"Menangis lah, bagus ... TERUSKAN KELUARKAN AIR MATA MUNAFIK MU ITU!"

Mendengar sebuah jeritan yang memekikkan telinga, sontak Asahi mengehentikan langkah dari keempat kaki kudanya. Bersembunyi di balik pepohonan dan kegelapan, menguping pertengkaran dari pasangan buronan ini.

"Bukan begitu. Hiks ... Junkyu, kumohon!"

Asahi merutuki dirinya sendiri, ia datang terlambat untuk menonton pertengkaran adiknya. Sangat disayangkan ia tak dapat mengetahui awal ceritanya hingga keduanya menjadi bertengkar. 

"Bukan begitu? Huh? Bukan begitu? Semua sudah jelas, Haruto bajingan!"

Dibuat sampai menganga. Junkyu bisa berkata kasar juga, batinnya.

Kali pertama pula ia mendengarkan rintihan dan tangisan mohon yang terdengar sangat rapuh pada suara Haruto. Adiknya yang bengis juga bisa menangis putus asa seperti saat ini.

Sepertinya Junkyu adalah orang yang benar-benar menduduki tempat spesial di jiwa Haruto, bahkan memaksanya untuk tidak melangkah pergi.

"Sayangnya, aku sudah tidak menaruh kepercayaan lagi padamu. Cukup, cukup disini saja kebodohan ku!"

Senyuman miring tercetak di wajah putih porselen milik Asahi. Seakan menemukan celah kesempatan dari pertengkaran ini, seketika ia memiliki niat lain tatkala mendapati Junkyu yang pergi meninggalkan sang suami. Alih-alih mengobrol bersama Haruto, Asahi lebih memilih untuk putar balik.

Ada hal yang lebih penting harus dia lakukan, malam ini.



Kembali ke kastil Opacity guna membereskan suatu hal yang penting baginya. Kaki rampingnya berjalan cepat menuju kamar sang kakak keduanya, Mashiho.

Kedua daun pintu kayu dengan ukiran cantik dia buka, tak terkunci berarti Mashiho belum tidur.

"Asahi? Apa yang kau lakukan?" Benar saja, Mashiho masih sibuk berkutat dengan wajah putih bersihnya di depan cermin raksasa.

The Last King Of Darkness {Harukyu}✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang