6. berpura pura

3.6K 543 1
                                    

Happy reading~

Typo!!!

.

.

.

.

Areum melangkah lebar ke arah jendela saat mendengar suara mobil masuk ke pekarangan rumah.

Mengintip di balik jendela, menatap tak percaya mobil mewah dengan mulut terbuka, terparkir di depan rumahnya. Dengan kegirangan Ia hendak keluar namun seseorang yang tak ia sangkah keluar dari mobil mewah itu berhasil menghentikan langkahnya.

Mengepalkan tangan tak terima dengan rahang yang mengeras. Menatap tajam lalisa yang tampak centil di matanya.

Ya, lalisa lah yang keluar dari mobil mewah itu dengan laki laki tampan yang tersenyum ke arah gadis itu dengan elusan lembut pada surai halusnya.

"terimakasih younghoon"

"hem, sama sama. Sana masuk jangan lupa besok aku jemput ya"

Lisa hanya mengangguk dengan senyuman kecil lalu berbalik, melangkah masuk meninggalkan younghoon yang terus mengukir senyuman di bibir tipisnya menambah kesan tampan yang mampu melelehkan hati bagi siapa saja yang melihatnya.

Seperti seorang gadis yang mengintip di jendela itu, Areum terpanah pada pandangan pertama terus menatap laki laki itu hingga menghilang dari penglihatannya.

Lisa yang baru saja masuk mengernyit, menatap Areum bingung.
"Areum apa yang kau lakukan?!"

Bukannya menjawab pertanyaan lisa, ia malah bersidekap menatap tajam saudara tirinya itu sembari berucap_
"heh! dasar gadis kecentilan, ayah menyuruhmu untuk sekolah bukan untuk menjadi wanita bayaran" pekiknya keras, beruntung pria paruh baya itu sedang bekerja jadi ia lebih leluasa pada gadis di hadapannya itu, meskipun ada dan tidak adanya ayah ia tetap akan melakukan semaunya.

"a_apa maksudmu?!"

Plak~

"kau tak mau mengaku huh. Lihat saja akan aku adukan pada ayah nanti"

Setelah menampar dan mengatakan kalimat ancaman Areum berbalik, melangkah lebar ke arah kamarnya meninggalkan lalisa yang terpaku.

Gadis itu menunduk dalam dengan tangan kanan ia taruh di atas pipinya yang terasa kebas.

Mengusap kasar air matanya yang jatuh lalu melangkah ke arah kamarnya. Terisak tanpa suara.

.

.

Setelah membersihkan diri dan mengenakan pakaian santai dengan cepat lalisa meraih tas kecil yang berisi handphone, memakainya di depan kaca namun pandangannya teralih pada pipi tembemnya yang memar.

Menyentuhnya perlahan bersamaan dengan jatuhnya air mata, kembali terisak tanpa suara di dalam kamar yang sunyi.

Lisa hanya tak terima di perlakukan seperti itu makanya ia hanya butuh menangis agar bisa menjalani semuanya tanpa beban.

Karna melawanpun percuma, tetap ia yang akan berakhir di salahkan.

Setelah lima menit lalisa baru bisa meredakan isakan, duduk di depan kaca dengan tangan yang sibuk melepas cepolan rambutnya.

Niat awalnya memang ingin mencepol rambutnya karna hari ini sangat panas tapi saat melihat pipinya seperti itu ia urungkan.

Merapikan rambutnya hingga menutup sebagian pipinya yang memar lalu melangkah keluar kamar.

Satu Satunya GADIS (lalisa) End!Where stories live. Discover now