Nirina's Side

1.1K 115 14
                                    

Alunan musik klasik terus memekakkan pendengaranku dengan sangat luar biasa. Siapapun yang mendengarkannya akan sangat menikmati alunan ini. Di atas karpet merah yang indah dan menawan ini, aku berjalan terus menerus menatap masa depanku diujung sana. Di dampingi sosok pria yang aku cintai dari kecil hingga aku tumbuh dewasa.

Senyumanku terus menerus terbit dari wajah cantikku. Hari ini, detik ini, aku memutuskan melepas masa lajangku bersama seorang pria yang aku cintai dan pria yang akan menemaniku hingga menua nanti. Aku menatapnya dengan senyum terbaikku, aku tau bahwa dia sangat gugup saat ini. Terlihat dari jarinya yang dipermainkan olehnya, sudah menjadi kebiasaannya jika ia gugup.

Aku telah sampai dihadapannya, ia melihatku dengan senyum tampannya tak lupa dua lubang menawan yang berada di wajahnya tersebut. Sebelum pergi, ayahku berpesan kepada priaku untuk menjaga, membahagiakanku, serta saling percaya hingga maut memisahkan kita. Priaku mengangguk mantap seraya berterima kasih kepada ayah.

Tibalah saatnya, pengucapan janji suci antara aku dengan Bagas. Pria yang akan menjadi suamiku setelah ini. Ia mengambil kedua tanganku seraya menatapku dengan tatapan dalam dan memuja. Aku pun begitu, menatapnya dengan tatapan penuh cinta yang aku beri untuknya.

Pastur pun telah mengucapkan janji sucinya diatas altar megah ini, disaksikan oleh keluarga, kerabat, burung-burung yang berkicau, serta Tuhan yang aku yakini. Bagas mengucapkannya dengan sangat lugas dan lantang, ia memang pria yang selalu membanggakan di setiap apapun kondisinya. Aku pun juga mengucapkan janji suci itu dengan perasaan suka cita dan haru dalam diri.

"Kalian boleh mencium satu sama lain" ujar pastur itu dengan senyum hangatnya.

Bagas sedikit menarikku agar mendekat dan menempelkan bibirnya ke bibirku. Kami saling mencium dengan perasaan suka cita yang sungguh luar biasa membuncah dalam hati. Suara tepuk tangan dan riuh cuitan undangan yang hadir membuat senyuman kami mengembang layaknya adonan kue.

"I love you more and more, Nirina" ucapnya pelan dengan tatapan lembut penuh cintanya. Aku ikut tersenyum seraya mencium pipi priaku. "I love you too, Bagas. More than you know".

Kami pun turun dari Altar untuk menemui keluarga dan kerabat kami. Sungguh hari yang begitu bahagia untuk kami, seperti alunan musik suka cita. Siapapun akan merasakan kebahagiaan tersebut.

-ELEGI-

Aku terkikik geli kala melihat wajah tampan itu terkejut bukan main saat aku memberikan hadiah terindah dalam hidupnya. Bagas menatapku dengan mata yang memerah menahan tangis, aku tau ia akan menangis setelah ini. Ya, menangis bahagia tentunya.

"Aku tak percaya akan mendapat hadiah yang sangat spesial di ulang tahunku ini. Terima kasih sayang. Sungguh aku tak tau harus berkata apa, aku sangat sangat bahagia. Aku mencintaimu, Na" ujarnya seraya memelukku erat.

Aku terkekeh mendengar ucapan bahagianya. Hatiku pun ikut menghangat ketika ucapan kebahagiaannya terdengar di telingaku. Kehamilanku memang akan membawa kebahagiaan untuk kami. Satu berkah kembali kami terima setelah 2 tahun kami menikah.

"Aku akan memberitahu ayah dan ibu serta mama dan papa tentang kehamilanmu ini. Pasti mereka sangat bahagia mendengarnya" ujarnya antusias seraya berlari untuk mengambil ponselnya dan menghubungi kedua orang tua kami.

Aku tertawa kecil melihat tingkahnya yang selalu antusias jika mendapat satu kebahagiaan dalam hidupnya. Aku bersyukur atas apa yang aku dapatkan, salah satunya suamiku dan juga calon anak kita.

-ELEGI-

Aku mengelus perutku yang sudah sangat besar layaknya bola dunia itu. Dengan mengucapkan kalimat-kalimat sayangku untuk kedua anakku di dalam sana. Ya, anakku ada dua atau kembar. Tuhan memang sangat baik memberikan kami kebahagiaan yang sungguh luar biasa.

ELEGI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang