Bagian 20 (Ending)

517 60 25
                                    

"Den, ini ibu bawakan makan siang untuk aden. Jangan lupa dimakan ya nanti sampai rumah, siapa tau dirumah belum ada makanan"

Ucapan dari bu Asri, istri pak Edi itu membuat Narendra menoleh. Ia tersenyum ramah dan mengangguk mengiyakan ucapan sang pemilik rumah. Meskipun dalam hatinya ia merasa tidak enak. Sudah menumpang hampir 2 minggu dan sekarang dibawakan makan siang.

"Repot-repot bu. Saya bisa beli nanti diwarung atau rumah makan pinggir jalan" ucap Narendra tidak enak hati. Bu Asri hanya tersenyum seraya mengelus pundak anak laki itu dengan lembut. "Enggak kok, ibu gak merasa direpotkan. Malah ibu seneng bisa ngobrol lagi sama aden, biasanya kan ketemu disekolah pas aden beli bubur tapi karena ibu gak nemenin bapak jualan lagi jadi gak bisa ngobrol sama aden. Eh kebetulan banget aden kerumah dan minta tinggal disini selama 2 minggu, ibu seneng banget dengernya"

Narendra merasa terharu kala kehadirannya diinginkan oleh seseorang tanpa harus membawa embel-embel kegiatan apa saja yang telah dilakukan disana dan ujung-ujungnya harus melakukan hal lebih dari sebelumnya. Yang ia inginkan hanya seperti ini, datang diinginkan kehadirannya meskipun tanpa ada perdebatan akan kegiatan yang diinginkan, ia hanya butuh pertanyaan 'Gimana sekolahnya? Susah? Yaudah istirahat aja, mama ngerti kok'. Hanya itu.

"Makasih ya bu, udah mau nerima Naren disini. Padahal tujuan saya disini kabur dari orang tua dan itu perbuatan buruk, tapi ibu sama bapak mau nerima saya disini dengan tangan terbuka dan mengerti perasaan saya pas saya dateng. Saya hutang budi sama bapak ibu, nanti kalo saya udah sukses pasti nanti saya bakal bangun restoran buat ibu sama bapak. Itu janji saya. Doakan ya bu" ujar Naren menggenggam tangan yang sudah tidak mulus lagi namun terdapat kehangatan disana. Wanita paruh baya tersebut mengangguk kecil dan mengaminkan segala doa yang diinginkan oleh anak lelaki dihadapannya.

Setelah siap dengan semuanya, Narendra pamit untuk pulang karena hujan pun telah berhenti menurunkan kesedihannya, meskipun menyisahkan rintik-rintik nya. Bu Asri awalnya tidak menyetujui anak lelaki itu untuk menerobos namun keras kepala Narendra tidak bisa diluluhkan, ia tetap menerobos dengan sepeda motor miliknya. Memakai mantel yang berada di jok motornya dan juga kacamata agar ia bisa melihat jalan lebih jelas lagi.

"Bu saya pamit, tolong sampaikan ke bapak sama Nirmala kalau saya pulang kerumah. Nanti kalo ada waktu saya bakal mampir kesini lagi buat jenguk bapak, ibu, dan Nirmala" ujarnya dengan menyalami tangan tersebut. Bu Asri mengangguk dan berujar hati-hati untuk si pria serta tidak melajukan motornya tinggi karena takut jika terjadi kecelakaan akibat jalanan yang licin. Narendra mengiyakan. "Hati-hati ya, den. Sampai rumah langsung ganti baju dan makan. Inget pesen ibu, jangan kebut-kebut takut jalanan licin apalagi masih rintik-rintik gini hujannya" peringatnya.

"Iya bu. Oiya bu sampai lupa, ini tolong kasihkan ke Nirmala ya bu. Bilang maaf dan terima kasih dari saya" ujarnya seraya memberikan sebuah amplop putih berisikan surat. Bu Asri mengiyakan dan menggenggam surat tersebut untuk diberikan kepada sang anak. Narendra pun pergi setelah memberikan surat tersebut meskipun hati bu Asri seperti tidak tenang dengan kepergiannya.

-ELEGI-


Suara langkah kaki tergesa merangsak masuk kedalam telinga siapapun. Apalagi isak tangis yang begitu kentara telah dikeluarkan oleh seseorang. Nirina dengan isak tangis yang tidak bisa dibendung lagi berjalan tergesa bahkan sampai berlari dilorong rumah sakit yang entah dimana ruangan sang anak. Dibelakang terdapat Bagas dan juga Gisela yang juga tak kalah mengenaskan tampilannya dari Nirina.

Mendapat kabar dari polisi bahwa Narendra kecelakaan beruntun, membuat hati Nirina mencelos bahkan tubuhnya hampir menabrak tembok jika Gisela terlambat menghampiri tubuh kurus milik ibunya. Tanpa fikir panjang, Nirina menelepon Bagas agar ke rumah sakit karena Narendra kecelakaan, detik itu juga Bagas pulang kerumah menjemput istri dan anak gadisnya meninggalkan rapat penting miliknya. Persetanan dengan rapat, nyawa anaknya lebih penting dibandingkan rapat tersebut.

ELEGI ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang