Bagian 3

468 95 21
                                    

Semilir angin malam yang begitu sejuk menghunus langsung pori-pori kulit si wanita mungil tersebut. Dengan langit malam dihiasi benda kecil yang terlihat begitu indah disana. Nirina menghirup udara sejuk tersebut sampai memehuni rongga dada yang begitu menyakitkan baginya. Menutup matanya merasakan betapa menyenangkannya hal seperti ini ketika hanya dirinya yang berada disana sendirian tanpa ada gangguan sedikit pun.

Tapi suasana menenangkan itu harus berakhir sejenak ketika kedua pasang tangan kekar melingkar di area perutnya. Siapa lagi kalau bukan suaminya, Bagaskara. Ia menatap kearah taman belakang yang begitu asri nan tentram, yang ditemani oleh temaramnya lampu taman. Seraya memainkan jemari besar itu yang bersemayam diperutnya.

"Gak mau menyapa suamimu ini?" ujarnya seraya mencium tengkuk istri mungilnya. Nirina tersenyum kecil dan menggeleng.

"Gak, ngapain nyapa kamu. Setiap hari kok maunya disapa pas pulang kerja" cibirnya dan ia dapati bahwa sang suami mencebik tetapi tak melepaskan pelukannya pada sang istri.

Nirina terkekeh melihat suami besarnya ini merajuk, persis seperti Narendra yang merajuk jika sudah dihiraukan ketika kecil. Ia terus mengelus tangan kekar ituu sesekali mencubit-cubitnya kecil. Ia menyukai ketika suasana seperti ini, jarang sekali mereka melakukan hal seperti ini. Apalagi ketika mereka memiliki anak, waktu berdua begitu tersita tentunya.

"Kamu gak dingin? Udah jam 9 malam loh, Na" ujar Bagas seraya mengelus surai itu sayang. Nirina menggeleng dan memeluk tubuh kekar itu kedalam tubuh kecilnya. Hangat. Sangat hangat dan juga nyaman tentunya. Masih sama seperti beberapa tahun silam.

"Ada yang kamu pikirin ya? Kebiasaan kamu kalau lagi ada yang dipikirin pasti malem-malem melamun di balkon. Coba salurin pikiran yang ada di otak kamu. Kamu lupa kalo aku udah janji bakal jadi sandaran kamu?" ujarnya yang sedikit ada nada kesal.

Nirina terkekeh dan mencium dada bidang itu sekilas. Ia merapatkan pelukannya untuk meminta lebih kehangatan pada sang suami. Bagas yang mengerti langsung memeluk istri mungilnya itu lebih erat. Ia tau bahwa Nirina tidak baik-baik saja setelah kejadian itu. Kejadian yang membuat Nirina selalu melamun dan terkadang menangis pilu sendirian.

Ya, kejadian dimana Gisela hampir di perkosa oleh teman sekolahnya yang ternyata adalah anak dari wakil kepala sekolah tempat kedua anaknya itu disekolahkan. Nirina dapat panggilan dari sekolah akibat perkelahian antara Narendra dan juga David, si pelaku. Dari situlah semuanya terungkap dan membuat hati Nirina berdenyut menyakitkan.

Anak kesayangannya yang paling ia jaga selama ini hampir mendapat pelecehan seksual oleh teman sekolahnya. Apalagi kondisi Gisela yang sangat tidak memungkinkan untuk berteriak meminta pertolongan. Untung saja ada saksi mata yang melihat tersebut dan menyatakan bahwa David menjadi tersangka. Bukan Narendra karena ia menghajar David hampir menghilangkan nyawa si pelaku.

Awalnya memang pihak keluarga dari David salah satunya adalah ibu kandungnya tidak terima dan menuduh Gisela yang menggoda David dan menjebaknya, apalagi melihat wajah David yang babak belur akibat kakak Gisela, Narendra. Narendra yang tak terima langsung emosi tak terkendali, ia sampai menaikan suaranya untuk menghadapi orang tua dari pria biadap tersebut. Untung saja Nirina datang dan menenangkan putranya tersebut serta meminta penjelasan dari pihak sekolah.

Nirina awalnya tak percaya dengan apa yang didengarnya tetapi melihat Gisela yang ketakutan berhadapan dengan David dari gerak-geriknya menuntun ia menemukan jawabannya. Seseorang yang trauma akan terlihat histeris atau ketakutan ketika berhadapan dengan pelaku yang membuatnya menjadi trauma. Salah satunya, Gisela. Nirina akhirnya meminta sekolah memeriksa cctv disana tapi nyatanya tidak ada cctv di daerah gudang belakang sekolah.

Hampir diputuskan bagaimana nasib mereka, seorang pria dengan menggunakan kacamata bacanya datang seraya menunduk. Ia pun langsung menjelaskan semuanya dan tak lupa bukti fisik yang ia berikan kepada mereka semua. Nirina tersenyum lega ketika ada bukti yang membawa sang pelaku untuk dihukum. Ia pun sangat berterima kasih kepada anak pria berkacamata baca tersebut. David hanya diberi hukuman skors selama 3 bulan karena ayahnya yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Awalnya Nirina tidak terima tetapi pihak sekolah tetap memutuskan bahwa David dijatuhi hukuman skors selama 3 bulan.

ELEGI ✔Where stories live. Discover now