Bagian 11

334 67 15
                                    

Sudah satu minggu dengan kabarnya David yang sudah masuk sekolah setelah menerima masa skorsnya, dirinya tidak menunjukkan aksi-aksi mencurigakan terhadap Gisela. Lebih terkesan tenang dan tidak pedulian. Sebenarnya membuat Gisela serta teman-temannya kebingungan tapi ada rasa syukur karena si biang onar tidak berbuat rusuh atau buruk terhadap Gisela.

Berbeda pikiran lagi dengan Jordy, ia merasakan akan ada sesuatu hal terjadi yang akan menimpa Gisela. Dari gerak-gerik David yang terlalu santai dan mendadak menjadi diam membuat muncul spekulasi serta kecurigaan didalam benaknya. Tapi meskipun begitu, Jordy akan tetap mengawasi gerak-gerik David serta menjaga Gisela.

Sementara Narendra yang mendengar kabar masuknya David sebelum masa skorsnya habis, benar-benar marah dengan sistem sekolahnya. Sampai-sampai bolpoin yang ia pegang pun patah dalam satu tekanan. Ia benci dengan fakta tersebut apalagi menjaga sang adik tidak begitu bisa ia ketatkan karena ada kesibukan tersendiri untuk dirinya.

Kabar ini pun juga terdengar sampai ke telinga orang tuanya tiga hari lalu dan membuat sang ibu benar-benar overprotektif terhadap Gisela. Narendra pun sudah diwanti-wanti oleg sang ibu agar lebih menjaga dan memperhatikan saudara kembarnya saat disekolah. Narendra bimbang bagaimana caranya ia memperhatikan kembarannya, jikalau dirinya punya kesibukan sendiri.

Terkadang ia ingin marah pada keadaan karena terlalu mendesaknya untuk melakukan hal yang tidak bisa ia lakukan, apalagi ini adalah perintah ibunya. Tapi ia bisa apa, hanya bisa mengikuti perintah tersebut sesekali akan berbohong mengenai izin untuk berlatih teater.

Gisela, Karenina, beserta Jordy jalan beriringan menuju kantin sekolah. Sebenarnya, Gisela membawa bekal karena ibunya tidak begitu menyukai anaknya memakan makanan kantin takut tidak higienis alasannya. Jadilah, hanya dirinya yang menenteng sebuah tas bekal menuju kantin dengan dua orang berbeda gender tersebut.

Semenjak kejadian Gisela hampir dijamah oleh tangan sialan David, Jordy jadi sering menemani gadis cantik tuna rungu tersebut. Teman-temannya saja sampai heran mengapa dirinya mau meluangkan waktunya hanya untuk gadis tuna rungu seperti Gisela. Tapi bukan Jordy jika tidak menempati janjinya sendiri, ia sudah kepalang janji agar selalu melindungi gadis tersebut. Lagi pula, ia mencintai gadis itu apa adanya. Untuk masalah pendengaran dan pelafalan bicaranya itu tidak menjadi penghalang bagi dirinya.

Gisela pun juga rutin mengikuti terapi yang disarankan oleh dokter spesialisnya. Dan Jordy tau progres yang dialami oleh si gadis cantik tuna rungu tersebut. Mungkin memang membutuhkan waktu yang lama tetapi tak masalah yang terpenting Gisela tetap sehat dan bahagia.

"Gue mau pesen makan. Lo mau nitip apa pesen sendiri, kar?"

"Nitip hehehe. Nasi kuning pake telor balado ya. Kalo bisa tambahin kerupuknya hehe. Makasih Jordy" ucapnya tersenyum lebar hingga memperlihatkan deretan gigi rapih nan putihnya seraya memberikan uang satu lembar dua puluh ribu.

Jordy hanya mendengus sebal dan mengangguk seraya mengambil uang yang diberikan oleh Karenina, sementara Gisela yang memperhatikan hanya terkikik geli melihat wajah masam Jordy. Tersisalah mereka berdua dimeja makan dengan obrolan seputar pelajaran atau hal random lainnya.

"Kamu apa gak mau pak hearing aid, cel?"

"Aku sebenernya mau, cuman takut gak berfungsi aja hearing aid nya pas aku pake. Jadi, mending gak usah pake sekalian sih"

Karenina mengangguk seraya meminum air mineral yang ia beli tadi seraya menunggu Jordy yang masih memesankan pesanannya.

"Tapi mending dipake aja gak sih? Biar kamu tau seberapa besar progress kamu dalam mendengar. Gak ada yang sia-sia kok nanti. Dipake aja ya. Aku mau denger loh suara kamu, katanya waktu terapi 3 minggu yang lalu kamu bisa ngucapin kata mama, papa, sama kakak ya? Aku mau denger kamu ucapin nama aku, Icel"

ELEGI ✔Where stories live. Discover now