Titik Takdir ( End )

7K 451 6
                                    

Kebisuan menjadi alunan sepi yang terjadi selama separuh perjalanan. Dalam perjalanan pandanganku kerap melirik Shena yang kutau hanya pura-pura memejamkan matanya.

Aku mengulang memori yang tadi kami lakukan, tentang buah dari kecemburuan yang tak bisa aku tahan lagi. Melihat dari dekat ketika Shena tampak nyaman bersama teman lelakinya, membuatku terbakar emosi.

Aku sedikit merasa bersalah melakukan hal tersebut pada Shena, jarak usia kami yang selisih jauh membuatku seperti seorang pedofil

" apa yang sekarang Shena pikirkan tentangku " gumamku sambil meliriknya, dan kurasa bulir keringat mengalir dari punggungku

Aku membunyikan klakson, sehingga penjaga rumah dengan sigap membuka gerbang tinggi rumah keluarga Yudhasena

Aku membunyikan klakson, sehingga penjaga rumah dengan sigap membuka gerbang tinggi rumah keluarga Yudhasena

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mobil sudah kumasukkan ke garasi, aku menoleh kearah Shena. Aku mendengar dengkuran halus keluar dari bibir merahnya yang masih terlihat membengkak.

" Shena bangun " panggilku lembut sambil membuka kaitan sabuk pengamannya, namun tak ada gerakan responnya, membuaku berfikir jika kali ini Shena sudah tertidur lelap.

Aku memperhatikannya beberapa saat, mengagumi keindahannya yang telah aku sadari dari pertama kali aku melihatnya. Jika kalian fikir pertemuan pertama kami terjadi waktu itu maka kalian salah, aku pernah melihat Shena 4 tahun lalu ketika dia mengikuti orangtuanya dulu pada acara ulang tahun perusahaan keluarga kami. Meski waktu itu dia baru berumur 14 Tahun namun visualnya sudah menonjol dibanding teman seumurannya. Membuatku urung untuk mengejarnya karena perbedaan umur kami, aku bahkan sudah 24 Tahun saat itu.

Dari dulu dia tampak polos dan manis, membuat netraku selalu mengikuti kemana arahnya melangkah, raut malu-malu yang ia tampilkan ketika beberapa kolega memujinya cantik membuat kedutan samar tercipta di bibirku, yang membuat Mama menanyakan keanehanku.

" cantik ya kak Adeknya, sampai sampai ngelihatin terus dari tadi " goda Mama sambil menyenggol lenganku pelan

" apaan sih Ma, orang aku bukan lihat Shena " kilahku yang sebal melihat kerlingan Mama yang menggodaku

" loh, emangnya Mama bilang Shena ? kan nggak ?" ujar Mama membuatku mati kutu

Sebal karena terus digoda, akhirnya aku pergi menghindari Mama.

Aku tersadar dari lamunanku, namun Shena masih terlelap ditempatnya, aku berinisiatif menggendongnya masuk kekamar.

Setelah membuka pintu mobil, aku menyuruh salah satu penjaga untuk membawa barang Shena kedalam.
Aku mulai memposisikan lenganku di belakang paha dan punggungnya, kuangkat dan kubawa masuk kekamar.

" kau cukup berat ternyata " bisikku lirih sambil menaiki tangga satu persatu

Setelah menaruh Shena diranjangnya, aku memilih untuk segera pergi, sebelum aku tergoda lagi untuk mengecup bibir manisnya.

Short Story Collections ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang