Restu ( Oneshoot )

6.7K 457 52
                                    

Dilan bohong !, bukan rindu yang berat tapi restu.

Seorang laki-laki tampan terlihat diujung jalan sedang menatap kearahku dengan tangan kiri memegang bunga mawar putih kesukaanku, tangan kanannya melambai dengan senyum di bibirnya yang mempesona.

Suara beratnya terdengar memanggil namaku, suara termerdu yang sudah kudengar sejak tiga tahun lalu.

Aku menengok kekanan dan kekiri sebuah jalan raya, melihat apakah ada kendaraan yang melintas, jika tidak aku akan berlari menuju lelaki tampan tersebut, memeluknya dengan erat dan mencium bau tubuhnya yang menjadi canduku selama beberapa tahun ini.

Aku berlari pelan, selangkah demi selangkah menuju kearahnya yang sudah merentangankan kedua tangan menyambutku.

Pelukan hangat serta kecupan kasih sayang yang mendarat diujung kepalaku memberi ruang hangat dalam hati yang hampir hampa karena tak bertemu selama satu minggu ini.

" aku rindu " bisikku dengan menempelkan pipiku makin dekat dengan detak jantungnya yang berdebar keras, kulingkarkan tanganku erat memeluk tubuhnya.

" aku lebih rindu padamu " suara berat terdengar dari celah bibir merah alaminya meski dia seorang lelaki.

Pandu, laki-laki ini pemenang dari semuanya dalam diriku. Dia menjabat sebagai pemilik hati, pikiran, dan tubuhku.
Semuanya tampak sempurna, bertemu dengan laki-laki ini bagiku seperti anugrah, laki-laki ini yang sering aku adukan pada Tuhan, betapa beruntungnya aku memilikinya.

Semuanya baik, kami saling mencintaimu satu sama lain sama besarnya, namun hanya satu kekurangan dalam hubungan kami yaitu " restu ", restu dari orangtuanya yang hingga detik ini tak aku dapatkan meski berbagai cara aku dan priaku lakukan untuk bisa mengambil hati mereka.

Semuanya semakin runyam dalam dua bulan terakhir ini sejak dia hadir, seseorang yang di inginkan oleh kedua orangtua Mas Pandu. Katanya dia memiliki latar belakang yang sama dengan keluarga kekasihnya, pendidikan yang tinggi, keluarga yang terpandang serta karir yang menonjol. Sedangkan aku, hanya salah satu pegawai di bagian Tata Usaha sebuah Poltekkes di Surabaya, ditambah seorang anak yatim piatu yang hanya tinggal disebuah flat kecil dilingkungan kumuh.

Pertemuan kami dimulai sejak tiga tahun lalu, aku ingat menjadi salah satu utusan dari Kampus untuk menangani kegiatan ini dibantu dengan para mahasiswa dalam acara Seminar tentang Mental Health, kebetulan salah satu narasumbernya adalah Mas Pandu, seorang Dokter Spesialis Kejiwaan. Pandu Adipati Wibowo, Sp.Kj nama yang bagus seperti orangnya. Intinya sejak saat itu hubungan kami berkembang jauh, tak perlu aku ceritakan cukup aku dan Mas Pandu yang tau, meskipun itu kalian.

Pembawaanya santai dengan wajah rupawan yang membuat para mahasiswa perempuan utamanya berjalan dengan antusias kearahnya hanya untuk sekedar memberi gombalan receh dan foto bersama yang akan di pamerkan dalam feed jejaring sosial mereka.

Sekali lagi bukankah aku begitu beruntung memilikinya, diantara para wanita aku lah pemenangnya.

Kehadiran perempuan itu sebut saja namanya Maria, membuat Restu yang ingin kudapatkan semakin jauh ku raih hingga mendekati kata mustahil.

Haruskah aku menyerah saat ini, atau kembali berandai andai dalam denting jarum jam yang bertalu menggantikan waktu.

" bagaimana pekerjaan Mas Pandu di Malang ?" Tanyaku

" baik, tapi mahasiswi disana genit genit "

Aku terkekeh mendengarnya, sudah kutebak.

" oh yah, memang apa yang mereka lakukan ?" Tanyaku sambil membelai bulu bulu halusnya yang tumbuh.

Short Story Collections ( Tamat )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang