Petak 3

879 138 10
                                    

Happy reading!
.

.

.

"Siapa Rick?" tanya Farhan yang sedang duduk di sampingnya.

Sekarang Ricky, Farhan, Gilang dan juga Shandy berada di kantin kampus, mereka sudah kenal lama semenjak SMA dan berlanjut hingga sekarang menempuh pendidikan di satu kampus yang sama.

"Si Aji ngajak ketemu!" jawabnya sembari meletakkan gawainya ke meja dan melanjutkan makan.

"Gua kalau liat dia hidupnya makmur sekali ya, apa-apa ada semua kek sultan," cerocos Gilang

"Lo juga sultan!" timpal Farhan.

"Pinter juga anaknya, the real off nikmat hidup," balas Shandy.

"Entahlah, tapi gua liatnya kayak gak semenyenangkan itu!" gumam Ricky yang memang dari awal melihat ketidaknyamanan dari sepupunya.

"Bilang aja iri Lo!" ejek Shandy.

"Adik gua aja betah disono, malem-malem minggat gara-gara diganggu Qeela," lanjutnya.

***
Sepulang latihan basket, Fajri ijin ke sahabatnya pulang duluan karena mau pergi ketemu Ricky

"Gue pergi duluan ya!" pamitnya kepada Fenly, Fiki, dan Zweitson. Fajri langsung melajukan motornya pergi

"Lu mau kemana ?" teriak Fiki tapi tak ada respon dari Fajri karena sudah melenggang jauh.

"Aneh banget temen Lo" heran Zweitson.

"Temen lu juga bukan?" sindir Fenly yang sedang memakai helm.

"Gue cabut dulu, Adek rese gua pasti udah nunggu di tempat les," pamit Fiki disertai salaman tos kebiasaan mereka.

Tak lama Fajri sampai di cafe, clingak-clinguk mencari tempat kosong tapi ternyata Ricky sudah menunggu di sana.

"Nunggu lama bang?" sapa Fajri meletakkan tasnya di meja sembari duduk.

"Nggak juga!" jawab Ricky santai.

"Mau ngomong apa lu kesini? Tumben banget anak mami belom pulang jam segini," ledek Ricky

"Udah bilang," malas Fajri.

"Pantes aja!"

"Bang sisa waktu kos Lo tahun ini kapan berakhirnya?" tanya Fajri spontan membuat Ricky heran.

"Bulan depan, kayaknya mau gue perpanjang lagi setahun mungkin. Ada apa lu tiba-tiba nanya begituan ke gue?" Ricky mulai menatap serius sepupunya itu

"Gapapa santai aja kali bang gausah kaget!"

Ricky menormalkan kembali ekspresi wajahnya. Hingga beberapa saat suasana menjadi hening.

Wajah Fajri tampak merenung, seperti memikirkan suatu hal dan ingin mengatakannya. Tapi terhalang tembok besar, sejujurnya tembok apa yang membuat Fajri sulit menceritakan hal itu kepada Ricky yang sudah dia anggap seperti kakak kandungnya sendiri. Setidak berani itukah Fajri cerita? Sebesar apa sih masalahnya?

Sebenarnya banyak sekali pertanyaan hinggap di kepala Ricky, hanya saja ia belum berani untuk bertanya lebih dalam. Membiarkan Fajri yang akan cerita sendiri daripada harus dipaksa.

"Lo mau olimpiade ya?" tanya Ricky memulai obrolan.

"Trus gimana dengan turnamen basket Lo?" lanjutnya.

Fajri bangun dari lamunannya dan kembali terheran kenapa Ricky bisa tau, kenapa semua orang bisa tau tentangnya. Darimana mereka tau?

"Kok lu tau?"

The Maze End [SELESAI]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum