Petak 5

735 137 2
                                    

Happy reading!!
.

.

.

Saat ini memang kondisi rumah Fiki sepi, hanya ada dia dan Qeela, Shandy pergi kerja sampingan untuk bayar kuliahnya, sedangkan mamahnya kerja ke luar kota belum pulang-pulang hampir satu bulan katanya ada projek besar antar perusahaan.

Mungkin nasibnya hampir sama dengan Fajri hanya saja berbeda kondisi. Tak ada yang bisa dibandingkan hidup siapa yang paling enak dan paling gak enak. Semua ada pada situasi yang jelas-jelas berbeda walaupun secara pandangan sama.

Mama Fiki memang pekerja keras, sebagai tulang punggung keluarga yang harus bertanggung jawab untuk hidup anaknya semenjak kepergian suaminya. Sedangkan Shandy tidak mungkin hanya berpangku tangan dari mamahnya saja, oleh karenanya ia kerja sampingan untuk membantu bayar kuliahnya.

Sudah pukul 10 malam dua bocah remaja itu masih nonton film berdua di ruang tv, ditemani dengan camilan-camilan pendukungnya yang semakin membuat suasana menonton semakin seru.

Sesekali terjadi adu debat, itu sudah hal biasa bagi dua insan Kaka beradik itu. Ketakutan terbesar Shandy adalah ketika ia sedang pergi bekerja ataupun kuliah sedangkan mamahnya gak ada di rumah, karena tidak ada lagi yang memantau aktivitas kedua adiknya selama dirumah.

Sewa asisten rumah tangga? Sayang sekali, mereka tak sekaya itu untuk sekedar menyewa ART. Entah sekarang pukul berapa, Fiki melihat adiknya ketiduran di depan sofa. Tanpa menunggu lama ia berencana memindahkannya ke tempat yang lebih nyaman.

"Dih si bocil pake acara ketiduran segala!" celetuknya.

"Mau gua kemanain ni tuyul satu, gak mungkin kalau gua gendong ke atas, bisa encok gue!" pikirnya bingung.

Sengeselin-ngeselinnya Qeela, Qeela tetaplah Qeela, adik bungsu Fiki. Perempuan kedua yang harus dijaganya setelah mamahnya.

Setelah sekian purnama berpikir, Fiki akhirnya mendapatkan ide untuk memindahkan ke sofa saja daripada kedinginan di lantai, kasian!

Ia pergi ke kamar Qeela untuk mengambilkan selimut. Namun, apa yang terjadi saat ia mengambil selimut. Fiki tertuju pada sebuah bingkai foto, papah dan Qeela kecil.

Miris sekali, sesak rasanya melihat bingkai itu. Ia teringat kejadian malam itu disaat Qeela menumpahkan semua kerinduan yang dirasakan.

"Pa ini Fiki kecil, sudah besar kan Pa!" lirihnya pelan.

"Fiki akan selalu pegang janji Fiki kecil," lanjutnya.

-Flashback on-

Fiki kecil yang berumur 5 tahun adalah sosok anak yang sangat ceria, jarang sekali yang namanya menangis, ia sosok yang mengalah dengan adiknya.

Pagi-pagi sekali, papah, Fiki, dan Qeela berjalan-jalan di komplek, memang pada saat itu Qeela masih berusia satu tahun lebih sedikit dan belum bisa berjalan sendiri.

Qeela yang berada digendongan papah sedangkan Fiki berjalan digandengan tangan kiri papah, mereka menikmati lingkungan komplek dan mengobrol bercanda ria. Tugas shandy di rumah membantu mama untuk masak sarapan pagi. Ya itu adalah rutinitas setiap Minggu, indah bukan kelurga kecil ini.

Tiba di taman komplek Fiki kecil dan Qeela kecil bermain mainan yang ada di taman sembari di jaga oleh sang papah.

Sesekali papah melatih Qeela untuk berjalan sendiri.

"Qeela, papah lepas ya nak?" ujar papah seraya melepaskan pegangan tangan Qeela pelan-pelan agar Qeela tidak jatuh.

"Sini Qeela peluk Kaka," teriak Fiki kecil dari seberang sana yang sudah merentangkan tangan siap untuk menangkap Qeela ketika sudah sampai di depannya.

The Maze End [SELESAI]Where stories live. Discover now