Jurig 2 - Doa Buka Puasa

105 27 81
                                    

"Ya ampun. Capek ngejar ni anak satu." Ada suara kursi menahan empasan tubuh. "Lincah amat kayak beruk. Muncul di mana-mana."

"Yah, cepat banget capeknya! Aku masih mau maiiin." Wira hendak mengambil ponsel Gala lagi, tapi kini refleks cowok itu bekerja lebih cepat, sehingga serangan Wira bisa ditepis dengan mudah.

"Jangan ganggu, ah."

"Dih, orang tua cepet capeknya." Wira bergumam sebal.

"Heh! Tadi mukamu kayak kucing kurang gizi, kenapa sekarang bisa nyebelin gitu? Cepet amat berubahnya." Gala ikutan dongkol. Pandangan cowok itu sejenak teralihkan dari ponsel. "Lagian, aku baru lulus SMP. Tua dari mananya?!"

"Dari Jonggol." Wira terkekeh.

Gala tak menanggapinya lagi selain memutar bola mata malas. Dibuka obrolan WhatsApp bapaknya, Yandi. Bisa dilihat pria itu membombardir Gala dengan pesan bertubi-tubi yang memiliki inti serupa: mencari pacar.

Dicomot satu biskuit di meja menepis jengkel yang mendadak hadir menyeruak. Pria itu selalu punya cara untuk mengusili orang. Mengapa dia sangat ingin anak tunggalnya punya pacar?

Bapak:
Gala atos dugi?
(Gala udah sampe?)

Gala terlonjak dari kursi melihat notifikasi masuk. Kunyahan cowok itu terhenti ketika ibu jarinya mengetikkan sesuatu untuk membalas.

Insting Yandi sebagai ayah kuat sekali. Kok bisa tahu Gala ingin bicara? Eh, apa cuma memperhatikan status online?

Gala:
Atos, Pak.

Bapak:
Kumaha kos si Bibi?
(Gimana kos bibimu?)

Gala:
Enakeun, da, Pak.
(Nyaman, kok, Pak.)

Bapak:
Lamun kabogoh kumaha?
(Kalau pacar gimana?)

Gala hampir tersedak mati membaca pertanyaan itu. Segera dia sesap teh yang sudah hilang hangatnya membasuh perih di kerongkongan, lalu kembali menekuri ponsel dengan laju ketikan yang mengganas perlahan.

Gala:
Ck. Bapaaak.

Abi karek lima belas taun.
(Aku baru lima belas tahun.)

Kunaon miwarang milari kabogoh wae, sih?
(Kenapa nyuruh cari pacar mulu, sih?)

Gala mengirim stiker beruang putih yang wajahnya berubah galak dan memerah, tapi centang biru menjadi akhir pembicaraan. Cowok itu bersandar sambil membuang napas. Obrolan singkat begitu saja sudah menguras tenaga.

"Pasti Bapak ketawa-ketawa di sana." Gala mengusap wajahnya geregetan.

Namun, tak berhenti di situ, Gala bisa merasakan sesuatu berkelebat, saat itu juga gawainya tersambar untuk yang kedua kali.

"Aduh, lama-lama aku bisa darah tinggi!" Gala memandangi Wira yang berlari sambil menoleh ke arahnya.

Tiga detik berikut, Wira terdiam karena reaksi tak sesuai dugaan. Dia kemudian berbalik dan mengembalikan ponsel cowok yang tampak kehilangan semangat hidup.

Gala berdecak. "Aku yang di-bully di sini. Nggak usah murung gitu wajahnya." Dia mengambil kembali ponsel dan melihat chat Yandi.

Gala:
Abdi bogoh ka anjeun.
(Aku suka sama kamu.)

Cowok itu terbelalak sampai matanya mau keluar. Dengan tergesa dia berusaha menarik pesan, tapi centangnya sudah menjadi biru. Gala cepat-cepat keluar dari aplikasi dan menutup ponsel. Benar saja, notifikasi dari Yandi sekonyong-konyong masuk beruntun.

[DREAME] Jurig - Peliknya Hawa Para PenasaranWhere stories live. Discover now