Chapter 15

7.6K 748 4
                                    

15 menit berlalu begitu saja hanya dengan saling berdiam diri sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sejujurnya keduanya sama-sama merasa canggung atas kejadian barusan, dimana Sagara memeluk Kevi tanpa alasan.

Seperti biasa, yang Sagara lakukan hanyalah menunduk memainkan jarinya karena gugup.

"Ck." Decak Kevi pelan. Kemudian ia beranjak pergi dari sana.

"M-maaf ya Kev.."

Kevi berhenti, ia menghembuskan nafasnya lelah.

"Minta maaf mulu lu." Ucapnya kemudian pergi begitu saja.

Sungguh seharian ini tak ada yang berniat untuk membuka suara hanya sekedar untuk memutuskan rasa kaku ini.

Kevi rasa lebih baik seperti dulu saja, ia pandai menghiraukan kehadiran Sagara di rumah ini.

Namun sekarang rasanya sulit untuk mengabaikan anak ini tapi entah bagaimana ia bisa agar tidak mengabaikannya.

Kalau boleh jujur sedari dulu juga ia diam-diam sering memerhatikan bagaimana Sagara ada di dekat dirinya.

Pernah diam-diam memerhatikan bagaimana anak itu tertidur setelah menangis seharian karena ditinggalkan sang ibu tanpa pamit dan berakhir sakit.

Ia sering memerhatikan anak itu tanpa sadar walaupun akhirnya ia tetap tidak menyukai kehadiran anak itu.

Karena sedari dulu ia selalu penasaran dengan apa yang membuat perhatian kedua orang tuanya begitu mudah anak itu dapatkan dibandingkan dirinya.

•••

Otak dan hatinya memang tidak pernah sejalan. Dan itu membuat Kevi mengacak rambutnya kesal.

Akhirnya Kevi memutuskan untuk memasuki kamar Sagara kembali, mengingat bahwa anak itu belum meminum obatnya kembali.

Baru ia akan masuk, suara bel terdengar dari bawah.

"Siapa si?" Gumamnya sambil menuruni tangga.

Saat membuka pintu munculah 3 orang yang Kevi kenali sebagai teman Sagara.

Ralat, Kevi hanya kenal kepada Jean dan Alvi saja. Yang satu lagi ia tidak kenal.

Ya. Dia Dion.

"Kita semua mau nengokin Saga." Ucap Alvi to the point.

"Ohh.. masuk Sagara ada di kamarnya masuk aja." Ucap Kevi menuntun mereka masuk.

"Masuk aja duluan, tar gua nyusul." Ucap Kevi lagi setelah sampai di depan kamar Sagara.

Mereka mengangguk kemudian masuk kesana.

Sedangkan Kevi pergi mengambil beberapa buah dan cemilan disana.

Ia kadang benci untuk menjadi peduli seperti ini.

....

"Ga, lu sakit mulu ihh sebulan ini udah berapa kali coba? Jangan-jangan lu udah mulai males sekolah ya?" Jean bertanya dengan lancarnya.

"Enak aja, gini-gini juga gua masih sayang diri. Kalo engga sekolah gua gimana ntar?" Jawabnya kesal.

"Hah? Sering banget emang?" tanya Dion terkejut.

"Iya sering banget tapi dia gapernah ngasi tau, nih ya kalo sakit gapernah tuh chat kek apa kek inimah ngilang aja. Tapi sekarang udah ngerti sih cara maen Saga, kalo ngilang fix sakit pasti." Alvi mencibir dengan cepat.

Sagara tertawa pelan, "Sorry gak ngasi tau, lagian ngapain kudu ngasi tau? Gak penting-penting amat."

"Idihhh si monyet, kita mah khawatir, bingung tiap lu ngilang. Lahh elu?! Anjir gabisa dibiarin ini engga." Ujar Alvi emosi.

"Iya gabener engga nih si Saga." Jean menimpali.

"Yang mau, ambil aja gausah manja." Ucap Kevi menaruh beberapa makanan dan buah di meja kecil dekat ranjang Sagara.

"Tumben." Ucap Jean, Alvi dan juga Sagara bersamaan.

"Gamau? Yaudah gua bawa lagi." Ucap Kevi yang merasa terintimidasi, seolah ia tak pernah melakukan hal semacam ini.

Tapi jujur ia memang nyaris tidak pernah seperti ini.

"Idihh baperan, sini dahh. Thanks btw." Alvi menarik makanannya.

Kemudian Kevi meletakan semangkuk bubur ke tangan Sagara." Ini bubur punya lu abisin. Obatnya di dalem laci. Udah tau kan dosisnya?" Ucapnya sambil menatap Sagara.

Sagara mengangguk pelan, "Makasih Kev."

"Ya."

Sepeninggalan Kevi, tiba-tiba kamar itu menjadi ramai akibat kehebohan Alvi dan Jean.

"Woyyyy serius itu Kevi?!" Teriak Alvi

"Gua juga kaget btw." Sagara menanggapi.

"Kevi tuh abang lo ya Ga?" Dion yang sedari tadi memerhatikan Sagara kini bertanya lagi.

"Umm, iya." Ucapnya sedikit ragu.

"Ooohh.. kok kalian kaya aneh gitu sama sikap dia? Gua doang nih yang gatau apa-apa." Ucap Dion kebingungan.

"Pokoknya Kevi hari ini tuh berbanding terbalik banget sama sikap dia yang kaya biasa kita tau. Biasanya dia kurang ajar,galak,judes,gak pedulian. Pokonya negatif banget auranya." Jean menjelaskan.

Tanpa mereka tau Kevi yang berdiri diluar kamar berdecak kesal.

"Sialan si Jean."

"Enggak kok heh! Emang jutek sih tapi gak segalak itu. Sebenernya Kevi tuh baik." Bela Sagara dan langsung dihadiahi tatapan-tatapan aneh dari Jean dan Alvi.

Kevi tersenyum puas, "Hmm bagus.." ia menganggukkan kepalanya bangga.
















To be continued

Sagara Место, где живут истории. Откройте их для себя