Chapter 32

4.6K 538 20
                                    

Tidak butuh waktu lama untuk menunggu reaksi obatnya bekerja, beberapa saat saja Sagara sudah merasakan pusing luar biasa disana.

Pijakannya  kini runtuh begitu saja, ia sudah tidak bisa apa-apa selain menyaksikan wajah sang ibu yang kian memburam di pandangannya.

"Kenapa.. kenapa harus aku Ma.." Lirihnya sebelum benar-benar menutup matanya yang membuat sang ibu puas dengan hasil perbuatannya.

Ia kemudian menarik anak itu sampai ke sofa dan kemudian menaikkannya ke sana. Lalu ia mengambil ponselnya dan mulai memanggil seseorang disana.

"Masuk sekarang. Saya gak bisa bawa dia sendiri." Ucapnya kepada seseorang di telepon.

Tak lama kemudian seorang lelaki masuk kedalam rumah dengan pakaian serba hitamnya. Ia juga mengenakan masker sampai tak bisa dikenali siapapun.

"Tuh." Ucapnya menunjuk ke arah Sagara yang tergeletak di atas sofa.

"Langsung bawa ke tempat itu atau kerumah dulu?" Tanya lelaki itu dengan mengisyaratkan kata 'itu' lewat matanya.

"Langsung aja, lebih cepat lebih baik kan?" Jawabnya yang langsung diangguki oleh lelaki itu.

"Ayo cepetan keburu ada orang." Ucap wanita itu terburu-buru saat sudah mencapai luar untuk menuju mobil mereka.

"Sabar. Anak ini walaupun kecil susah juga bawanya!" Kesal lelaki itu saat membawa Sagara di punggungnya.

"Bentar, cctv-nya gimana? Saya enggak mau tanggung jawab kalo semisal nanti Ibu kena tangkap bawa bawa saya." Ucapnya baru sadar setelah diluar.

"Aduh iya! Kenapa bisa lupa?! lagian kenapa baru ingetin sekarang?! Ribet deh."  Teriak wanita itu marah.

"Maksudnya apa? Kan saya sesuai kontrak kerja. Cuma bantu bawa anak ini sama operasi dia. Saya gak ada tugas buat persoalan cctv." Ucap lelaki itu yang juga tersulut emosi. Tidak terima dirinya disalahkan.

"Permisi Pak, Bu.. ada apa ya? Ini ribut-ribut. Terus itu tetangga saya kenapa?" Ucap seseorang itu otomatis membuat mereka terdiam dan kembali mengutuk kebodohannya yang mengakar sampai ke tulang.

Sang wanita segera menutupi wajahnya dengan sehelai kain selendang miliknya.

"Kamu urus sisanya, saya duluan." Ucapnya kemudian pergi meninggalkan lelaki itu
yang kini tampaknya tidak terima dengan keputusan sepihak wanita itu.

Wanita itu pergi begitu saja setelah sebelumnya sudah memesan sebuah taksi lewat ponselnya.

"Aduh pak! Jangan-jangan kalian mau macem-macem ya?"

"Emh, enggak pak salah paham."

"Halahh, Pak Rudi!! Sini pak!" Teriaknya memanggil tetangga yang lain yang otomatis membuatnya panik.

"Pak kok manggil-manggil orang sih?!"

"Lahh kalau mas nya gak salah kenapa harus marah-marah? Sini serahin anak itu." Ujarnya sambil menarik Sagara.

Tiba-tiba saja lelaki itu berlari terlebih dahulu menabrak seseorang yang mengaku sebagai tetangga Sagara disana.

"Heh! Jangan lari!" Teriaknya refleks mengejar mereka.

Tangan lelaki itu menarik hoodie Sagara sampai membuatnya terjengkang bersamaan dengan pria yang membawanya.

Tak butuh waktu lama tetangga lain mulai datang, dan sudah tak ada jalan lain bagi si pria untuk membawa Sagara. Satu-satunya yang harus ia lakukan terlebih dahulu itu adalah dirinya sendiri.

Maka dengan langkah cepat ia berlari menuju mobil miliknya dan segera bergegas dari sana menerobos siapapun yang menghalangi jalannya.

"Aduh Pak Toni, ada apa ini?" Panik Pak Rudi, yang juga refleks berlari saat melihat Toni berlari mengejar seseorang.

"Ini kayanya penculikan Pak, astaghfirullah. Saya udah curiga dari tadi pas liat mereka."

"Astaghfirullah.. kita laporkan ke polisi langsung Pak, bahaya kalo di diemin."

Ia kemudian menghampiri Sagara yang tidak sadarkan diri disana dan mencoba membangunkan anak itu sebisanya.

Dari awal ia memang sudah curiga dengan kedatangan seorang wanita itu ke dalam rumah tetangganya, puncak dari kecurigaannya yaitu saat sang pria ikut masuk dan keluar lagi sambil membawa Sagara yang ada di gendongannya.

Ia menepuk pelan pipinya berharap mungkin itu bisa membantu, namun tak ada reaksi apa-apa disana.

"Gak bangun, kayanya bawa kerumah sakit aja, sekalian hubungin kakaknya juga." Ucap Toni sambil menggendong Sagara ke punggungnya.

......

Entah sejak kapan lorong rumah sakit terasa begitu panjang dan membingungkan saat tanpa sadar ia tengah merasa panik.

Padahal sebelumnya ia selalu bersikap tenang seburuk apapun situasinya. Namun, kali ini berbeda rasanya.

"IGD.. IGD..." Ucapnya berulangkali.

Raut wajahnya berubah seketika saat menemukan tetangganya disana.

"Adik saya gimana pak?" Tanyanya langsung dengan napas yang tak karuan.

"Tenang dulu.. ayo duduk biar saya jelaskan bagaimana kejadiannya." Ucap Toni menenangkan.

















To be continued

Bye guys kuota saya sekarat💔
Lanjut revisi lain kali babayy

Sagara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang