Thirty One : Destruction

31 2 0
                                    

"Wah, kasar sekali ucapannya. Ternyata, kamu bisa berkata kasar juga, ya. Saya kira, kamu alim." Ryanya berdecih mendengar ucapan Gun.

Sementara, Gun semakin bersemangat untuk menghancurkan SWI AGENCY untuk kesekian kalinya. Ia kembali menepukkan tangannya. Membuat dinding-dinding di sekitar mereka terbuka. Membuat ruangan yang tadinya sempit itu kini menjadi luas layaknya lapangan futsal dengan dinding-dinding besi dan juga, tanah yang menjadi pijakan mereka. Menampilkan jejeran orang berpakaian hitam dengan logo FII AGENCY pada lengan dan punggung kostum mereka. Agen yang lebih seperti pengawal itu tampak berdiri gagah di belakang Gun, di samping kanan dan kirinya, serta belakangnya. Mengepung pergerakan Ryanya sekaligus menyadarkan gadis itu kalau ia tidak memiliki kesempatan untuk lolos dari sana.

Gun tersenyum puas. Melihat musuhnya yang mati kutu. Tidak puas sampai di situ saja, ia pun bersiul dan menggerakkan tangannya. Seolah-olah menyuruh pengawalnya itu masuk. Sontak, kedua mata Ryanya membeliak. Menatap sosok yang berada di depan sana sembari berlutut. Tidak! Jangan-jangan dia ....

"Anya ...," lirihnya yang sukses membuat air mata Ryanya luruh.

"Gybran," ucapnya dengan nada bergetar. Melihat tangan Gybran yang sudah terikat dengan kedua kaki berlutut karena paksaan pengawal Gun itu.

"Bagaimana? Apakah kamu suka dengan hadiahnya?" ucap Gun bahagia. Ryanya semakin mengeratkan genggamannya. Ketika Gun mulai menodongkan pistol ke arah kening Gybran. Yang mana, jika dilecutkan akan langsung tertancap sempurna di dalam otak sepupunya itu.

Seketika hati Ryanya dilanda dilema. Dengan hati nurani yang berkecamuk. Antara ingin menyerang dan menghabisi atau ... diam dengan menyaksikan Gybran mati terbunuh di depannya selayaknya Artsya yang mati dan dikubur hidup-hidup di dalam tanah.

"Kayaknya, kamu tidak ada pilihan lain kan? Coba, saya lihat dulu, barang apa yang dibawa sepupumu ini."

Gun mulai membuka tas kepunyaan Gybran. Yang berisi banyak bahan peledak dan peralatan agen yang lain seperti, baling-baling, kacamata tembus panda, pisau, dan lain sebagainya. Seketika senyuman lebar teraptri di wajah pria paruh baya itu. Seperti baru saja menemukan harta karun. Diambilnya benda yang ada di dalam sana. Mempertontonkan sebuah benda berbahankan besi dan berbentuk seperti seruling. Namun, lebih kecil. Gun yang penasaran pun mencoba untuk meniupnya. Hingga, mengeluarkan suara yang teramat sumbang. Membuat Gun tergelak.

"Cih, barang apaan ini? Kenapa jelek selali? Padahal, saya mengira, kalau benda ini akan menimbulkan bahaya. Ternyata tidak sama sekali," ujarnya menatap remeh barang tersebut.

Ryanya menarik senyumnya. Menampilkan evil smirk yang teramat menyeramkan. Dan dalam sekejap, asap memenuhi ruangan tersebut membuat siapa saja akan terbatuk-batuk. Tak hanya itu, suara tembakan mengiringi asap tersebut. Dan dalam sekejap, membuat ruang tersebut kosong. Menyisakan Gun, dua pengawalnya yang berdiri di belakangnya, Ryanya dan Gybran yang masih berlutut di sana. Ryanya menghembuskan pistolnya yang berasap dengan peredam di sana. Gun menatap sekitarnya bingung. Apalagi, ketika matanya bertemu pandang dengan Ryanya.

"Di mana semua agenku?" tanyanya kelimpungan.

"Agen apa? Perasaan, saya hanya melihat lalat menjijikkan di sini. Dan tepat di depan saya, tong sampah itu berada," jawabnya seraya tersenyum mematikan. Gun menatap Ryanya dalam diam. Semburan tawanya menghiasi ruangan tersebut mendengar ucapan Ryanya barusan.

"Maaf, tapi, lalat saya tidak semudah itu untuk ditaklukan."

"Oh, ya? Kalo begitu, bisakah anda melihat langit-langit ruangan sekarang?" Masih dengan senyum yang meremehkan, Gun mendongak. Dan seketika matanya membola melihat para pengawalnya yang sudah digantung dengan darah yang keluar dari tubuhnya. Tergantung layaknya sebuah kalong raksasa.

SWI AGENCY (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora