Four : Pasar Malam

116 11 0
                                    

Ryanya masih tidak mengerti. Dengan apa yang ia temukan tadi. Sebuah foto berisikan sepasang remaja tengah tersenyum bahagia dengan seragam bewarna hitam sembari bersedekap dengan background sebuah dinding berlogo topi serta kaca mata hitam dengan tulisan SWI AGENCY di bawah logonya.

Bukannya itu kedua orang tuanya? Tapi, mengapa mereka di sana? Dan ... maksud dari foto itu, apa? Ryanya terus mengernyitkan kening bingung. Menatap sepasang remaja yang tak lain dan tak bukan adalah Tyo dan Emily—kedua orang tua Ryanya—ketika mereka masih muda. Tentu, Ryanya mengetahui hal itu dengan jelas. Toh, dia kan satu-satunya anak kandung mereka. Jadi, tidak herankan kalau ia mengenali kedua sosok tersebut? Sekalipun mereka masih terlihat remaja di dalam foto tersebut.

Ryanya pikir, ini adalah hal yang aneh. Bukannya orang tua mereka hanya ikut membantu perusahaan makanan cepat saji keluarga besarnya saja? Dan perasaan, nama perusahaan itu bukanlah SWI AGENCY. Melainkan, Delicious yang akhir-akhir ini tengah populer dan melejit di dunia perkulineran Indonesia, yang menyajikan makanan junk food dengan menu utama ayam dan juga burger.

Bahkan, cabangnya kini sudah tersebar se-Indonesia dan juga London—tempat kelahirannya berasal. Apakah mungkin Delicious berubah nama menjadi SWI AGENCY? Tapi, bagaimana mungkin? Dan ... ada hubungan apa orang tuanya dengan agensi tersebut? Hingga kematiannya saja menjadi misteri.

Tiba-tiba saja, Ryanya tersentak tatkala dirinya mendengar suara petasan yang berasal dari langit di atasnya. Tak hanya petasan, ia juga menemukan pantulan lampu sorot muncul dari sebuah tempat. Ia pun mendongak. Dan mendapati sebuah cahaya yang terasa tak asing di benaknya. Ia pun memutuskan untuk berdiri dan memasukkan buku diary sang mama ke dalam tas. Berjalan menuju lampu sorot tersebut 'tuk memastikan sesuatu. Sekalipun ia harus berjalan berkillo-killo meter jauhnya.

Ryanya terengah-engah. Bersamaan dengan senyumnya yang terukir indah. Mendapati sesuatu yang ia temukan di depan sana.

Ya, sebuah pasar malam tampak ramai dengan banyaknya pedagang yang mengisi setiap bagiannya di sana. Ryanya pun merogoh sakunya. Mengecek sisa uang sakunya hari ini. Menghitung jumlah keseluruhannya dan bergegas membeli tiket. Ikut masuk dalam kerumunan tersebut. Menikmati keramaian pasar malam dalam kesendirian hidupnya. Yah, untuk sekarang, ia sendiri. Beda halnya dengan tahun-tahun lalu di setiap dirinya datang ke pasar malam bersama kedua orang tuanya.

Tidak pernah absen barang setahun pun. Selalu menyempatkan diri 'tuk berkunjung ke sini. Bermain bersama menikmati indahnya pasar malam yang hanya datang setahun sekali di daerahnya. Tapi, sialnya, ia harus menikmati tahun terbaik ini sendiri. Begitu pula dengan tahun berikutnya tanpa pendamping siapa pun.

Toh, kalau ia mengajak Gybran, ia pastikan dia tidak akan berangkat sampai kapan pun. Teringat akan sosok Gybran yang sangat perfeksionis dan anti dengan hal-hal murah seperti ini. Dia lebih suka main ke tempat rekreasi besar seperti Dufan dan Ancol. Ketimbang menemaninya ke pasar malam. Yah, namanya juga orang kaya. Jadi, apa-apa haruslah serba mahal.

Beda halnya dengan dirinya yang lebih menyukai hal sederhana dan murah. Lagian, buat apa uang banyak-banyak kalau tidak bisa membuat kita bahagia? Memang, uang bisa membelikan kebahagiaan dalam hidup kita? Tapi, lebih nyaman mana dengan hidup sederhana, tapi bersama keluarga daripada hidup kaya, tapi tidak memiliki keluarga? Pasti, kalian memiliki opsi berbeda-beda.

Tapi, bagi Ryanya, keluarga adalah segalanya. Dan uang? Tidak akan pernah menggantikan dengan umur orang tua kita yang sudah membesarkan kita dari kecil. Mengorbankan nyawa kita demi kebahagiaan hidup kita. Banting tulang ke sana kemari demi menafkahi keluarga. Bahkan, masih bisa tersenyum kepada kita setelah seharian penuh bekerja.

Andai, uang bisa membeli nyawa. Maka, Ryanya sudah mengeluarkan banyak uang untuk menghidupkan kedua orang tuanya lagi. Tapi, apa daya? Itu hanyalah angan semata dan tidak akan terkabul.

SWI AGENCY (END)Where stories live. Discover now